Bayangan Itu

Kreek ... Kreeek ... Kreek

Suara itu mengagetkan Jenny, yang pada saat itu sedang tertidur.

Waktu baru menunjukan pukul 2 dinihari.

Jenny langsung mengerjapkan matanya dan bangun dari posisi berbaring nya.

Kreek ...Kreek ... Kreek

Kembali terdengar suara itu, suara seperti pagar bambu yang bergesekan.

Jenny mempertajam pendengarannya, suara itu berasal dari belakang rumah itu.

Perlahan Jenny bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya.

Suasana begitu hening dan mencekam. Jenny mengumpulkan keberaniannya karena rasa penasaran yang melandanya.

Perlahan Jenny berjalan melewati ruang makan dan dapur, di dapur banyak terdapat lemari-lemari besar yang berjejer, namun terkunci.

Di ruang dapur itu juga ada sebuah pintu yang mengarah ke halaman belakang rumah itu.

Jenny melihat bahwa pintu itu tidak tertutup dengan rapat, dia berjalan mendekat ke arah pintu, bermaksud untuk menutup rapat pintu itu, karena dia berpikir bahwa suara itu adalah suara pintu yang terkena angin.

Namun baru saja Jenny hendak memegang gagang pintu itu, dia terperanjat kaget ketika dirasakannya ada tangan yang menyentuh bahunya, spontan Jenny langsung menoleh ke belakang.

Bi Ecih sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum.

"Ngapain jam segini masih bermain-main di dapur Neng Jenny?" tanya Bi Ecih.

"Bi Ecih mengagetkan saja! Tadinya aku pikir ada hantu yang menyentuh Bahuku!" sahut Jenny sambil mengelus dadanya.

"Mana ada hantu di rumah ini Neng? sekarang lebih baik Neng Jenny kembali tidur, Bukankah besok harus sekolah?" ujar di Bi Ecih yang kemudian langsung menutup pintu dapur itu dengan rapat.

"Tapi Bi ... apa Bi Ecih tidak dengar tadi ada suara? Seperti bambu yang di gesekan gesekan, atau seperti bambu yang di patahkan?" tanya Jenny.

"Tidak ada suara apa-apa di rumah ini Neng, hanya suara kodok dan jangkrik, mungkin tadi Neng Jenny bermimpi, lebih baik kembalilah ke kamar dan tidur karena sebentar lagi akan subuh!" jawab di Bi Ecih.

"Tapi Bi ..."

"Kembalilah ke kamar Neng, percaya sama Bibi, kan Bibi sudah lama tinggal di sini!" tukas Bi Ecih.

Jenny tak dapat lagi menyanggah perkataan Bi Ecih, dia hanya menganggukan kepalanya dan berjalan kembali ke kamarnya.

Bi Ecih nampak Masih Berdiri di depan pintu belakang dapur itu sambil menatap ke arah Jenny yang berjalan kembali ke kamarnya.

Pada saat Jenny melewati ruang makan, tiba-tiba Indra penciumannya merasakan bau yang sangat menyengat, dengan reflek Jenny langsung menutup hidungnya dengan tangannya.

"Bi Ecih!" panggil Jenny.

Bi Ecih dengan cepat berjalan ke arah Jenny.

"Ada apa Neng?" tanya Bi Ecih.

"Di sini kenapa terdiam bau busuk?? Seperti bau bangkai? Bi Ecih merasakan baunya juga kan?" tanya Jenny balik.

Bi Ecih terlihat mengerutkan keningnya seperti seorang yang sedang berpikir, setelah itu dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada bau apapun Neng, mungkin cuma perasaan Neng Jenny saja!" sahut Bi Ecih.

"Tapi ini bau banget lho Bi, masa sih Bibi tidak menciumnya, aneh!" bantah Jenny.

"Sudahlah Neng, mungkin bau bekas makan malam sisa tadi, kalau sudah basi kan pasti bau!" tukas Bi Ecih.

"Tapi ini bukan bau makanan basi Bi!"

"Sudah, ayo masuk ke kamar, nanti kalau Bu Indah tau Neng masih berkeliaran di jam segini, dia bisa marah!" ujar Bi Ecih yang kemudian menarik tangan Jenny dan menggandengnya naik ke atas menuju ke kamarnya.

Setelah sampai di kamarnya, Jenny kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya itu.

Namun dia tidak bisa langsung memejamkan matanya, pikirannya masih mengarah pada kejadian tadi, pada saat dia di dapur, apalagi bau busuk yang tiba-tiba datang menyengat Indra penciumannya.

Selama Jenny tinggal di rumah ini, baru sekali Jenny merasakan bau busuk yang seperti itu, sebelumnya Jenny tidak pernah mencium apapun apalagi bau busuk seperti bau bangkai.

Sementara suara aneh yang Jenny dengar tadi pun sudah tidak terdengar lagi, seolah menghilang begitu saja tertiup angin.

Jenny menatap ke arah jam dinding, Bahkan waktu sudah menunjukkan jam 03.00 dini hari, kalau Jenny tidur kembali, tentunya Jenny akan bangun kesiangan, apalagi saat ini dia sama sekali tidak merasa ngantuk.

Jenny kemudian bangkit kembali dari posisi tidurnya, Dia berjalan ke arah jendela kamarnya dan menyibakkan tirai jendela kamar itu.

Suasana terlihat begitu sunyi dan sepi, terlihat seperti kabut tipis yang berjalan berseliweran di halaman besar rumah itu, Jenny menatap ke arah gerbang.

lagi-lagi mata Jenny mengarah kepada sosok bayangan laki-laki yang memakai hoodie berwarna hitam, yang belakangan ini mengusik kehidupannya.

Tanpa sadar Jenny menyunggingkan senyum, pada saat melihat bayangan laki-laki itu.

"Kak Han!" gumam Jenny.

Bayangan laki-laki itu menoleh sambil tersenyum ke arah Jenny, kemudian nampak melambaikan tangannya seolah memanggil Jenny.

Seperti terhipnotis, Jenny kemudian menganggukkan kepalanya lalu dia berjalan perlahan ke arah pintu kamarnya lalu membukanya.

Jenny terus berjalan menuruni tangga, sampai tiba di ruang tamu dan dengan perlahan dia membuka pintu ruang tamu itu.

Hawa dingin menerpa rambut dan wajahnya, namun entah mengapa Jenny seolah tidak merasakan itu.

Dia terus berjalan ke arah gerbang rumahnya itu, sampai dia berhenti di hadapan seorang laki-laki yang sudah dia kenal sebelumnya.

"Kak Han ..."

laki-laki yang dipanggil Han itu kemudian mengulurkan tangannya, Jenny pun juga mengulurkan tangannya, dan mereka pun saling bersentuhan.

Ada aliran-aliran Hawa dingin yang menjalar ke seluruh tubuh Jenny, yang pada saat itu dia seperti tidak sadar dengan keadaan sekelilingnya.

****

"Jenny, bangun sayang, kenapa kamu bisa tidur di halaman rumah seperti ini? Apa yang terjadi padamu??" Terdengar suara Bu Indah yang memanggil Jenny sambil menepuk pipi putrinya itu.

Jenny mulai mengerjapkan matanya, di hadapannya kini sudah ada Bu Indah, juga Pak Surya, juga ada Nesya yang mengelilinginya, Jenny menatap wajah mereka satu persatu, dia sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa berada dan bahkan tertidur di depan rumahnya seperti ini.

"Mama?? Apa yang terjadi padaku?" tanya Jenny tak mengerti.

"Tadi pagi-pagi benar, Bi Ecih menemukanmu tergeletak di depan halaman rumah ini, kemudian dia memanggil mama dan semuanya, sehingga kami semua ada di sini sekarang!"Jawab Bu Indah.

"Apa? Jadi aku tertidur di sini??"

"Iya Kak, apakah kakak sedang bermimpi dan mengigau jalan??" sahut Nesya.

Jenny mengerutkan keningnya, Entah kenapa kepalanya tiba-tiba menjadi pusing, semua bayangan orang-orang yang ada di hadapannya seolah berputar-putar.

Jenny kemudian memegangi kepalanya yang pusing itu, sambil memejamkan matanya.

"Papa, tolong angkat Jenny ke kamarnya!" terdengar suara Bu Indah, Jenny hanya merasakan tubuhnya di angkat oleh Pak Surya yang berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Bersambung ...

****

Terpopuler

Comments

Sharon

Sharon

Iih serem

2022-08-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!