Dikota B.
Raja baru saja keluar kelas dan menunggu Sarah didepan kelasnya. Raja bersandar pada tembok percis disebelah pintu kelas Sarah dengan headset ditelinganya yang tersambung dengan ponselnya dan kedua tangan yang masuk kedalam saku celana seragamnya.
"Ja, nunggu Sarah ya?" Tanya Amira teman Sarah yang baru saja keluar jelas.
Raja mengangguk tanpa menjawab.
"Tadi sehabis istirahat kedua, Sarah ijin pulang duluan, katanya ada kepentingan keluarga." Ucap Amira yang biasa dipanggil Mira.
Raja menghela nafas, kemudian pergi meninggalkan Mira tanpa sepatah katapun.
Tak lama kemudian, Sarah keluar dari kelas dan menghampiri Mira.
"Udah Ra?" Tanya Sarah sambil celengak celinguk memastikan Raja sudah tidak berada disana lagi.
"Udah, kebangetan ya Raja, gak ngomong sepatah katapun main pergi begitu aja. Pacar kamu gak bisa ditebak Sar."
"Sory Ra, Raja memang begitu."
"Terus kenapa kamu menghindari Raja, Sar?" Tanya Mira penuh selidik.
Sarah dan Amira jalan menelusuri koridor kelas, dan Sarah mulai menceritakan alasannya.
"Aku sama dia mau LDR an Ra, dan aku gak yakin hubungan kita akan berhasil, ditambah keluargaku tidak menyukai Raja hanya karna Raja bukan orang berada."
"LDR Sar?"
Sarah mengangguk. "Setelah lulus nanti, Raja akan pindah ke kota J, Ibunya menikah lagi dan ikut dengan suaminya yang tinggal disana, dan aku juga akan meneruskan kuliahku di luar negri."
"Tapi komunikasi sekarang kan udah canggih Sar, LDR tidak akan berarti apa-apa asal komunikasi kalian terus terjaga."
"Tapi bagaimana dengan keluargaku Ra? Mereka tak menyukai Raja."
"Iya sih, susah juga kalo urusannya soal keluarga."
"Menutmu, sekarang aku harus bagaimana Ra?"
"Kamu mencintai Raja?" Bukannya menjawab, Mira malah bertanya balik.
Sarah mengangguk.
"Kalo cinta ya perjuangkan, yakini keluargamu Sar."
Sarah mendesah tak bersemangat, tetiba matanya menangkap seseorang yang sangat ia kenali sekaligus sedang ia hindari, "Raja." Gumam Sarah pelan yang terdengar oleh Mira.
Mata mira mengikuti arah pandang Sarah. Mira melihat bagaimana Raja menatap Sarah, tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Gimana ini Sar, kita ketauan berbohong." Ucap Mira.
"Aku gak akan libatin kamu Ra, kamu duluan aja, biar aku samperin Raja."
Mira berjalan kearah lain, sementara Sarah menghampiri Raja.
"Kenapa membohongiku? kamu sedang menghindari aku?" Cecar Raja dengan tatapan tajam menatap mata Sarah.
"Bukan gitu Ja.. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri." Lirih Sarah.
"Kenapa Sar? Bilang padaku kenapa?"
"Hubungan kita tidak akan berhasil Ja, keluargaku menentang hubungan kita, dan sebentar lagi juga kamu akan pindah ke kota J."
"Lalu, kamu mau menyerah Sar?"
"Bukan menyerah Ja, tapi memang tidak ada yang mendukung hubungan kita. Mengertilah."
"Aku akan menemui orang tuamu Sar." Ucap Raja mantap.
"Tidak Ja, jangan, aku tidak ingin kamu sakit hati dengar penghinaan Papa." Lirih Sarah.
"Penghinaan apapun aku sudah terbiasa Sar, asal hinaan itu bukan dari mulutmu. Cukup kamu mengatakan mencintaiku, makan aku akan terus bertahan."
"Ja.. Kamu tau aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak ingin melihatmu disakiti oleh keluargaku."
Raja diam seolah berfikir. "Tunggu aku Sar, aku yakin akan menjadi apa yang keluargamu Mau."
"Berapa lama?" Tanya Sarah tak yakin.
"Ulang tahunmu yang ke dua puluh lima, aku akan datang membuktikan bahwa aku bisa menjadi orang yang berhasil dan menjadi apa yang keluargamu inginkan."
"Delapan tahun?" Tanya Sarah tidak semangat.
"Tunggulah aku Sar, selesai kuliah aku kan berusaha untukmu."
"Delapan tahun bukan waktu sebentar Ja, bagaimana jika kamu tidak datang dan melupakan janjimu."
"Mungkin tandanya aku gagal dan kita tidak berjodoh. Jika aku tidak datang, maka kamu boleh menikah dengan pria lain, pria yang mungkin sesuai dengan kriteria keluargamu."
Sarah menatap mata Raja, mata yang penuh dengan cinta untuknya, tatapan penuh harap berharap Sarah mau menunggu Raja.
"Baiklah Ja, aku akan menunggumu. Kita masih bisa komunikasi lewat medsos."
Raja mengangguk. "Untuk saat ini, biarkan seperti ini dulu Sar, jangan hindari aku hingga kelulusan tiba." Pinta Raja.
Sarah mengangguk, entah bagaimana kedepannya hubungannya dengan Raja.
***
"Sebentar lagi ujian kenaikan kelas, Kamu gak ikut Les tambahan Nan?" Tanya Ayla saat mereka duduk dikantin bersama.
Nanda menggelengkan kepalanya, "Buat apa punya temen pinter-pinter, kayak kamu dan Regan." Jawabnya santai.
"Ishh serius Nanda sayang."
"Serius Ay, aku gak mau ikut les tambahan, bikin aku makin sibuk, bikin waktu bermain aku sama kamu dan Regan jadi berkurang."
"Tapi kan Nan..." Ucapan Ayla terpotong karna Nanda menyelanya.
"Please Ay, cukup kamu sama Regan yang bantu aku belajar, pokonya kalo udah dekat-dekat ujian, kamu sama Regan wajib nginep dirumah aku."
"Susah klo Nona muda ngomong, gak bisa dibantah Ay." Sahut Regan yang tiba-tiba duduk disebelah Ayla dan didepan Nanda.
"Kamu datang gak diundang, udah kayak jalangkung Re." Kesal Nanda.
Regan dan Ayla tertawa, Nanda memang lucu, dia sering kali berbicara asal tanpa dipikir dulu, apa yang terlintas dipikirannya langsung ia ucapkan tanpa memikirkan perasaan orang lain.
"Ok, imbalannya apa? berani bayar berapa?" Tanya Regan.
"Minta langsung sama Papa." Jawab Nanda cuek.
"Bisa gak jadi minta bayaran ini sih, mana bisa aku minta langsung ke Om Aryo."
"Kalo gak mau nemenin aku belajar ujian kenaikan kelas, aku akan bilang ke Papa kalau kalian berdua jahatin aku."
"Aku kan mau Nan, aku gak bilang enggak, jangan bilangin Om Aryo." Ucap Ayla.
Nanda tersenyum penuh kemenangan, "Ayla ku memang terbaik, gak kayak Regan ngeselin."
Regan menghela nafas, "Iya deh iya, jangan ngambek lagi."
Lagi-lagi Nanda tersenyum penuh kemenangan. "Pulang sekolah kita ke mall yuk, aku mau main di T*me Z*ne."
"Nah itu oke." ucap Ayla.
"Bener Ay, kalo main sih oke." Sahut Regan.
"Ishh kalian ini kompak banget, harusnya kalian pacaran aja." Nanda tertawa, sementara wajah Ayla merona merah, dan Regan menyentil kening Nanda.
Pletak..
"Awww, sakit Regan!!" Pekik Nanda sambil mengusap keningnya.
"Kalo ngomong tuh dipikir dulu Nan, jangan asal aja." Balas Regan sedikit tak suka.
Nanda tertawa, "Abisnya kalian ini kompak banget, tapi bagus sih kalo Ayla jadi pacar kamu Re, Ayla gak cemburuan sama aku. Aku gak bisa bayangin kalo kamu nanti punya pacar, pasti pacar kamu possesif banget, bisa juga cemburu sama aku dan Ayla karna kita ini dekat, ah gak asik."
"Nona muda, udah ngomongnya? jangan ngawur kemana-mana." ucap Ayla yang sudah berhasil menetralisir perasaanya.
Nanda hanya nyengir sambil sesekali meminum jus alpukat kesukaannya.
***
Pulang sekolah, mereka bertiga main diarena permainan, mereka bermain dengan riang, tertawa bersama tanpa beban, Nanda dan Ayla sudah seperti saudara kembar, mereka kompak sekali.
"Capek?" Tanya Ayla pada Nanda.
"Lumayan, tapi happy banget." Seru Nanda.
"Kamu kenapa Nan? kamu gak lagi baik-baik aja kan?." Ucap Ayla, Saat ini mereka hanya berdua, sedangkan Regan sedang ke toilet.
"Kamu slalu tau suasana hati aku Ay." Nanda berkata dengan pandangan lurus kedepan. "Aku rindu Mama." Ucapnya lirih.
Ayla pun menatap kedepan, "Setidaknya kamu tau wajah Mamamu dari foto Nan, ketika kamu memimpikannya, maka wajah itu yang hadir didalam mimpimu, dan kamu akan tau itu Mamamu." Sejenak Ayla menghela nafas, "Sementara Aku, aku tidak tau wajah Mama dan Papaku seperti apa Nan, dan bodohnya aku, aku slalu menunggu mereka akan menjemputku, padahal aku tau kalau aku anak yang tidak harapkan oleh mereka, karna itu mereka membuangku dipanti asuhan."
Nanda menoleh kearah Ayla yang duduk disebelahnya, "Kita sama Ay, sama-sama kesepian." Nanda menggenggam tangan Ayla.
"Terus jadi sahabat aku ya Nan, aku tidak tau jika tidak ada kamu dan Om Aryo bagaimana kehidupanku, mungkin aku sudah diadopsi dengan orang tua yamg entah akan menyayangi aku atau tidak."
Nanda mengangguk, diam-diam Regan mendengar obrolan mereka sedari tadi, Regan pun sama seperti Nanda dan Ayla, ditinggal begitu saja oleh Ibunya, beruntung Haris sang Ayah tidak meninggalkannya, hal ini sempat membuat Regan menjadi anak nakal, ikut tawuran saat SMP, mencoba merokok dan pergaulan buruk lainnya, beruntung saat kelas dua SMP, Regan satu kelas dengan Nanda dan Ayla. Nanda adalah cinta pertama Regan yang tidak pernah ia ungkapkan.
Flaschback On.
"Kamu mau satu kelompok dengan ku dan Ayla?" Tanya Nanda saat pelajaran Biologi.
Regan hanya diam tidak menjawab dan Nanda tidak menyerah.
Meski Nakal, Regan adalah anak yang pintar, karna itu saat kelas dua, Regan masuk kekelas unggulan.
"Cuma kamu yang belum dapat kelompok lho."
Regan tidak merespon ajakan Nanda.
"Baiklah, jika kamu diam aku anggap kamu menyetujuinya. Pulang sekolah kita akan mengerjakannya dirumahku." Nanda memutar tubuhnya untuk duduk menghadap depan, karna posisi Regan duduk dibelakang Nanda dan Ayla.
Saat pulamg sekolah, Regan berniat akan berkumpul bersama teman-temannya.
"Hei, apa kamu lupa kita akan mengerjakan tugas biologi." Pekik Nanda.
"Aku gak berminat." Ucap Regan.
"Kenapa?" Tanya Nanda tidak putus asa.
"Aku bisa mengerjakannya sendiri." Jawab Regan dengan percaya diri.
"Baiklah kamu kerjakan sendiri, tapi aku dan Ayla numpang nama ya, karna jujur aku dan Ayla tidak terlalu paham dengan pelajaran biologi." Ucap Nanda dengan santai.
"Terus kalian santai-santai?" Tanya Regan dengan sinis.
"Tidak, aku dan Ayla akan kepanti menemani adik-adik belajar." Jawab Nanda.
"Panti?" Tanya Regan menatap Nanda dan Ayla bergantian.
"Aku anak panti dan tinggal dipanti." Sahut Ayla menjelaskan.
"Dan aku sering bermain kepanti karna aku kesepian." Ucap Nanda.
Entah kenapa, obrolan mereka saat itu membuat hati Regan terenyuh, ternyata ada orang yang yang bernasib sama dengan dirinya, dan dari situ pula awal kedekatan mereka yang pada akhirnya Regan meninggalkan pergaulan yang slama ini menyesatkannya. Regan pun menaruh hati pada Nanda.
Falshback off.
.
.
.
...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Tiara
kalo regan ibunya meninggal atau gmana ini ya, kalo Nanda ibunya meninggal
2024-05-16
2
Irawati Soetojo
kok raja?
2024-04-26
0
═ NISA ═
mampir thor
2023-03-20
1