"Alisa.. Alisa..dengarkan aku dulu." Evan berhasil mencekal tangan ketika wanita itu hendak menyetop taksi.
Mata Alisa yang sudah berembun itu akhirnya mengalirkan air mata yang membasahi pipinya.
"Bapak mau jelasin apa? Apa Bapak mau minta maaf karena tidak mengatakan kalau Bapak ini kenal dengan Naura?" Suaranya bergetar, menahan kekesalahannya yang ia tahan sejak tadi.
"Aku nggak bermaksud nutupin semua itu dari kamu. Aku akan jelasin sama kamu," jelas Evan berusaha meyakinkan Alisa. "Kita pulang sama-sama." Diurainya cekalan tangan Evan berganti menghela tangan Alisa masuk ke mobil.
Di dalam mobil, Evan tak segera menyalakan mesinnya. Ia mendesah berat, niatnya menghabiskan hari ini dengan Alisa harus terganggu dengan pertemuannya dengan Naura.
"Aku dan Naura masih ada ikatan keluarga. Tapi, hanya ikatan sebagai saudara sepupu tiri. Dia anak bawaan dari istri omku. Adik Mami. Kenapa aku diam aja pas dia datang ke kantor nemuin kamu, karena aku nunggu momen yang pas saat nanti jika kita mengadakan pertemuan keluarga, aku akan membuat dia malu karena udah menyebabkan rumah tangga orang lain hancur. Eh ternyata kita bertemu lebih cepat dan kamu yang salah paham." Evan tersenyum miris mengingat kembali ketika Alisa pergi.
Alisa hanya terdiam mendengarkan pembelaan Evan. Ia diliputi kekesalan dan sakit hati yang perlahan menghampirinya lagi.
Ratna, mertuanya. Yogas dan Naura. Wajah-wajah menyebalkan mereka yang semakin terbayang di benak Alisa.
Semakin Alisa mengingatnya, semakin bersarang rasa dendam yang memenuhi hatinya.
"Asal kamu tau, Alisa. Ketika orang lain menghujatmu, aku yang akan berada bersamamu. Aku janji nggak akan ngelepasin kamu." Evan meraih tangan Alisa. Menggenggamnya erat, meyakinkan bahwa ia memang serius dan tidak ada keraguan dalam dirinya.
Bibir Alisa yang tipis, perlahan tertarik ke atas. Membingkai wajah cantiknya semakin cantik. Beberapa kali Evan memperhatikan kecantikan Alisa, mengenakan dress warna navy berkerah V. Dengan panjang selutut itu, kian menambah warna kulit putihnya yang seputih gading begitu kontras.
Anak rambutnya yang tergerai, menutupi sedikit wajahnya dari samping.
"Bagiku, kamu yang dulu dan sekarang tetaplah sama. Kamu sama-sama cantik, Alisa." Evan mengaitkan anak rambut Alisa ke belakang telinga. Menatap mata teduh itu untuk merasakan wanita itu sudah merasa nyaman.
***
Evan menjejakkan kakinya di rumah menjelang malam. Kedatangannya tentu saja ditunggu-tunggu Morena yang sudah tidak sabar ingin segera menanyai putranya tersebut.
Bukannya menyapa, Evan malah mengabaikan Morena yang mewanti-wanti untuk duduk dulu bersamanya.
Mengabaikan Adinda yang biasanya selalu Evan cium dan mengajaknya bermain sebelum ia masuk ke kamar.
"Evan, Mami mau bicara!" tegas Morena mengikuti Evan menaiki anak tangga.
Evan pura-pura menulikan telinganya. Ia hanya malas dan tidak ingin membahas apapun, terutama masalah Alisa. Karena Evan tahu pasti Morena sangat menunggunya sejak tadi.
Morena mengeram kesal, menggedor pintu kamar Evan yang baru saja ditutup.
Berulangkali Morena coba memutar knop pintu, rupanya Evan menguncinya dari dalam.
"Evan, kamu bisa nggak sih bukain pintu. Mami mau bicara sama kamu." Morena berdecak kesal karena pintu tak kunjung dibuka.
Beberapa detik kemudian pintu terbuka. Morena bergegas masuk dan melihat Evan yang sudah duduk di sofa malas. Menunggui Morena bicara.
"Coba jelasin. Apa bener kamu berhubungan dengan mantan istri calon suaminya Naura?" Tatapan Morena tajam mengunci Evan agar tak bergerak.
"Kalau iya, bagaimana? Mami mau larang?"
"Ya jelas dong Mami larang. Berarti kamu itu selingkuh. Gimana sih kamu." Ibunya bersedekap menunggu sanggahan Evan.
"Apa bedanya sama Naura? Aku heran, kenapa Mami ikut datang dan bertemu dengan keluarga suaminya Alisa." Evan beberapa kali mendesah berat. Membuka jas yang melekat di tubuhnya, menyisakan kaos putih yang ia pakai.
"Sebentar, kamu lupa kalau Naura adalah anaknya om kamu. Mami itu diminta om kamu buat gantiin pertemuan keluarga dengan calon besannya. Wong Naura nikah tinggal menghitung hari. Makanya kamu punya saudara itu yang akur dan akrab. Biar tau, Van." Tubuh tingga Morena kian leluasa mengatai anaknya yang duduk di tepian ranjang. Baginya Evan tetaplah anak kecil yang ia lahirkan sejak tiga puluh tahun lebih dan hingga sekarang akan tetap jadi anak kecilnya yang tak berubah.
"Mami yang lupa, Naura itu hanya anak tiri om. Lagipula asal Mami tau, sebelum ikut membela Naura. Baiknya Mami cari tau siapa calon suami Naura. Gimana perasaan Mami kalau tau suami Mami selingkuh dan hamil anak selingkuhannya. Ditambah mertuanya yang selalu menekan. Mami bakalan gimana?"
Morena cukup terkejut, apa mungkin Naura hamil?
Morena menelan ludahnya susah payah. Memikirkan kata-kata Evan yang menuduh Naura selingkuh dengan suami orang lain.
Cukup lama Morena berdiri memaku, membiarkan dirinya tenang dan berpikir rasional.
***
Ratna benar-benar tak percaya, bagaimana ia menyembunyikan mukanya di depan Morena. Selalu saja ia tidak bisa menjaga mulutnya untuk tidak gatal.
Berniat membuat malu Alisa demi menarik simpati Naura. Ratna malah mendapatkan malu karena ternyata pria yang digandeng Alisa adalah putranya Morena.
"Mama tidak habis pikir, bagaimana Alisa bisa menjerat anak tantenya Naura." Ratna merasa bersalah dan tidak bisa tenang.
Mika, yang melihat ibunya mondar-mandir tak jelas hanya bisa menggelengkan kepala. Mika juga tak percaya Alisa bisa bersama dengan pria tampan dan mapan.
Jauh dari ekspektasinya yang menyangka Alisa akan jatuh terpuruk dan tidak bisa bangkit lagi.
"Ma, Mama jangan cemas. Mama tinggal bilang aja sama tantenya mbak Naura, kalau mbak Alisa itu diceraikan mas Yogas karena selingkuh."
Ratna melirik Mika, lantas tersenyum tipis. Ternyata walaupun Mika masih remaja, tapi otaknya cukup encer dan bisa memberikannya ide cemerlang.
"Mama datang ke rumahnya gitu?" tanya Ratna.
"Iyalah, Mama datang bawa buah tangan biar tantenya mbak Naura senang dan percaya sama Mama."
Tetiba, Ratna kembali diliputi cemas. Bagaimana kalau Alisa menikah dengan Evan, bisa-bisa mereka akan sering bertemu dan membuat hubungan jadi canggung. Alisa akan memandang keluarganya terutama Yogas lebih rendah dari dirinya.
"Yogas." Ratna memanggil Yogas.
Yogas yang hanya diam sejak siang tadi tidak terima dengan hubungan Alisa dengan Evan. Pria yang berkenalan dengannya di Merlion.
Perasaannya diliputi kecemburuan luar biasa karena bagaimanapun Alisa masih sah jadi istrinya.
Ratna membuka pintu kamar Yogas, mendapati putranya sedang membaringkan tubuh sambil melamun.
Merasa kesal, Ratna melempar Yogas dengan bantal kecil yang ia ambil dari atas sofa.
"Kamu ngapain melamun terus? Kamu mikirin Alisa sama selingkuhannya tadi? Jangan kamu coba untuk berpikir tidak mau menceraikan Alisa ya. Kamu tetap harus menceraikannya!"
'Karena jika tidak, bisa-bisa Naura akan semakin kesal dan perutnya juga semakin membesar. Niatku untuk menjadikan Naura menantu akan sulit nanti.'
***
Pagi-pagi up nih. Mana like dan komennya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ
jossss pokoknya Author lanjutkan 😁👍👍👍
2022-03-11
0
Kartika Patricia Arumwangi
Ngonoh diplok nek reti ulet keket kismin tau rasa noh 😤
2022-03-03
0
Ross Ida
ditunggu kelanjutannya
2022-02-19
1