Seperti Inikah Rasanya Selingkuh

Berharap memiliki rumah tangga yang harmonis dan jauh dari perselingkuhan adalah impian sederhana Alisa. Istri mana yang tidak mendambakannya, dicintai dan mencintai sampai ajal tiba.

Sayang, impian hanya impian. Kala kenyataan tidak sesuai harapan, yang tersisa hanyalah kenangan.

Alisa menarik napas panjang, membiarkan seluruh rongga dadanya bisa terisi udara segar. Mengentaskan kesedihan yang membelunggunya, berupaya kenyataan pahitnya sekarang tidak meraja.

Suara bel menyadarkan Alisa, ia bergerak dari lantai atas menuju lantai bawah. Pikirnya mungkin Evan yang datang, karena tidak ada lagi orang yang tahu perihal dirinya tinggal di sana.

Benar yang datang adalah Evan, pria itu datang dengan membawakan papper bag bertuliskan restoran ternama di Jakarta. Entah terpukau atau apa yang sekarang sedang bersarang di otak pria itu. Menulikan telinganya yang mengabaikan ajakan Alisa untuk masuk.

"Pak." Alisa mengulang ketiga kalinya.

Evan cepat-cepat tersadar, ia melenggang masuk melewati Alisa.

Seketika wangi parfum maskulin tercium, khas pria itu membuat Alisa tersenyum kecil saat Evan memberikannya kecupan tadi pagi.

Papper bag sudah disimpan di atas meja. Evan duduk menumpang kaki di sofa sudut empuk warna putih. Evan terus saja tak bosa memandangi Alisa yang mengenakan pakaian tidur bahan satin dengan bawahan celana pendek, terkesan santai dan wanita rumahan. Namun, tidak terlepas dari aura seksi yang terpancar dari wajah dan diri Alisa.

Evan tak habis pikir kenapa Yogas sampai hati menduakan Alisa. Mau penampilan Alisa yang dikatakan kolotpun, tetap tidak melepaskan sebuah kenyataan bahwa Alisa memiliki daya tarik sexnya tersendiri.

Bayangan Evan sampai pada Alisa yang berada di atas ranjang, semua atribut yang dipakai Alisa akan dilepas.

"Anda bawa apa, Pak?" tanya Alisa mengarah pada papper bag yang dibawa Evan.

"Makanan untuk kamu. Soalnya isi kulkas belum kamu isi kan? Makan dulu aja, biar nanti besok kita belanja sama-sama."

"Belanja sama-sama?" tanya Alisa tidak yakin.

"Iya, besok kan kita libur. Aku akan temani kamu belanja. Kebetulan tempat ini kebanyakan barang-barangku, kamu pasti ingin sedikit mengubahnya jadi sesuai dengan keinginan kamu."

Alisa mengangguk setuju, membenarkan perkataan Evan. Ia memang membutuhkan barang-barang lain yang diperlukan wanita kebanyakan, setidaknya peralatan kamar yang bukan khas pria.

"Jadi, kamu siap kan menghadapi hubungan kita yang akan mulai ditunjukkan ke publik?"

Alisa menjaga dirinya agar tidak salah tingkah, beberapa pertanyaan yang dilontarkan Evan selalu berhasil membuatnya berdebar.

"Saya siap, siap segalanya. Saya sudah memikirkannya matang-matang sebelum meminta pada anda, Pak."

Evan begitu tenang memperhatikan Alisa saat bicara.

"Okay, aku juga tidak gegabah mengambil keputusan ini. Aku udah pikirkan matang-matang sebelum menjawabnya, dalam artian selain aku bantuin kamu. Aku juga memikirkan diri sendiri, maksudnya aku tertarik dengan kamu. Dan ingin menjalin hubungan dengan kamu. By the way, kamu tau kan kalau aku pernah menjalin hubungan serius sampai menikah dan akhirnya kandas?"

Jujur, mengenai itu. Alisa tidak tahu jika Evan pernah menikah. Alisa hanya tahu Evan seorang single man yang high quality dan quantity.

"Aku pernah menikah, Lis. Sekitar 5 tahun lalu aku menikah dan hubungan pernikahanku kandas karena orang ketiga. Pernikahanku hanya bertahan satu tahun." Evan berani melucuti dirinya di depan Alisa, tanpa mengatakan ia sedang mencurahkan isi hatinya.

"Apa Bapak tidak berniat untuk mencari penggantinya?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja.

Evan tersenyum miris, "Bukan tak berniat. Selama empat tahun itu aku malas untuk memulai hubungan baru. Aku menilai bahwa semua wanita itu sama. Mungkin aku tarlalu naif. Tapi, aku udah terlanjur menikmati kesendirianku. Hingga aku bertemu kamu, menyikapi masalahmu yang sama dengan masalahku. Seolah aku melihat diriku dalam dirimu. Aku mengartikan hubungan perselingkuhan kita dengan serius, Alisa."

Alisa termenung sejenak, memikirkan ucapan Evan yang terakhir barusan.

Serius walau mereka hanya berselingkuh?

Apa karena pria itu pernah gagal hubungan hingga tak waras?

"Kamu bingung, hem?"

"Ah jujur saya masih bingung, Pak."

"Aku pernah gagal, aku anggap hubungan itu ada masa downnya. Dan aku menganggap hubungan apapun, baik pacaran, pernikahan atau yang sedang kita jalani sekarang adalah tidak main-main. Terlepas ke arah mana kita nanti akan mengkhirinya. Jadi, aku minta sama kamu jangan pernah anggap aku main-main. Karena aku tidak suka dipermainkan."

Dalam relung hatinya, Evan sangat ingin memiliki Alisa. Entahlah kenapa perasaan itu sangat kuat sekali dan hanya dalam waktu yang singkat. Ia juga tidak memanfatkan perselingkuhannya hanya demi membuatnya berdekatan dengan Alisa dan berlindung dari kata-kata yang ia ucapkan tadi. Hanya, Evan memberikan jarak untuk Alisa. Menumbuhkan perasaan lain dari sekedar perselingkuhan mereka.

Alisa masih terdiam, terus memaknai setiap kata yang diucapkan Evan. Tidak boleh sampai dirinya keliru atau salah menjawab.

"Dari pada kamu bengong, mendingan kamu buatin aku kopi. Bisa kan?" Evan lebih dulu berdiri, membuka papper bagnya dan mengambil satu toples sedang kopi yang biasa ia minum. "Nih, buatin. Aku ingin coba kopi buatan kamu." Serahnya pada Alisa.

Dengan senang hati Alisa menerimanya. Ia berjalan ke dapur. Mengambil cangkir dan menuangkan kopi bubuk itu. Tak lupa, air panasnya yang baru saja matang untuk mendapatkan cita rasa dan aroma kopi terbaik.

Urusan membuatkan kopi bukan perkara sulit, sangat mudah untuknya. Ia dulu sering membuatkan Yogas kopi saat pagi sebelum berangkat bekerja.

Alisa mendengus, kenapa juga harus memikirkan Yogas.

Alisa mengerjap, terkesiap kaget begitu ia berbalik sudah ada Evan di hadapannya. Sampai deru napas Evan jelas terdengar.

Berkali-kali Alisa menetralkan dirinya agar tidak gugup dan bisa santai menghadapi pria itu. Walau dalam hati, ia menjerit gugup.

'Seperti inikah rasanya selingkuh,' batinnya.

"Kamu tau kan kalau perselingkuhan itu bukan sekedar hubungan biasa?" Evan menatap netra Alisa tajam.

"Saya tau, sangat tau." Bibir Alisa tersenyum tipis kala Evan tersenyum. "Kita adalah dua orang dewasa yang pernah mencecap rasanya berumah tangga. Bukankah begitu, Pak?"

"Ya.. Aku tau karena kita sudah sama-sama berpengalaman. Apa kamu mau mencobanya? Hanya untuk melanjutkan apa yang kita mulai tadi pagi."

Tubuh Alisa mendadak meremang, ketika Evan mendorong tubuhnya hingga menempel ke kitchet shet.

Suara decapan napas terdengar halus, Evan dan Alisa sedang mencoba makna hubungan perselingkuhan mereka yang sebenarnya.

Walau hubungan perselingkuhan apapun alasannya tetap tidak dibenarkan, juga tidak bisa disalahkan dalam beberapa kasus.

Bibir mereka kian berpagut, saling memberikan kepuasan satu sama lain. Sama halnya Alisa yang tidak ingin kalah dari Evan, ia tidak ingin dicap tidak mampu mengimbangi permainan.

"Kita sama-sama yang menginginkan ini ya, Alisa." Suara Evan parau, coba menahan titik dirinya yang mulai mendidih.

Membiarkan suasana kembali normal dan ia bisa dirinya untuk tidak tercebur ke dalam kubangan kenikmatan yang belum waktunya ia coba.

***

Jangan lupa support, like dan komennya ya...

Terpopuler

Comments

Icha Tangahu

Icha Tangahu

lanjuuuuttt

2022-03-27

0

M Farhan Farhan

M Farhan Farhan

2a3344545

2022-03-24

0

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

mantap seruuuuu Thor 👍👍😍

2022-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!