Kecupan Sebagai Awalnya Perselingkuhan

Demi meyakinkan pernyataan pria yang menyutujui kesepakatan mereka semalam, Alisa sengaja menunggui Evan di lobi Merlion.

Sesekali Alisa melirik pada kedatangan mobil-mobil yang berhenti di area drop in. Berharap pria yang ditunggunya segera datang.

Mengintip arloji di pergelangan tangannya, tepat pukul 08.00 Evan keluar dari mobil. Ia mendesah lega, karena kakinya sudah merasa pegal alih-alih duduk santai menunggui Evan.

Alisa mendadak diserbu situasi canggung setelah meminta pada Evan untuk menjadi selingkuhannya semalam. Terdengar aneh dan berani. Mengesampingkan bahwa Evan adalah pimpinan di Merlion, mengesampingkan bagaimana kalau Evan tidak menerima permintaannya dan malah mendepaknya dari perusahaan.

"Ikuti saya, Alisa."

Alisa tersenyum tipis dan ragu-ragu setelah pria itu berjalan lebih dulu di depannya, sedikit tergesa-gesa memang. Alisa tahu sebagai CEO, Evan memiliki mobilitas tinggi dengan kesibukannya yang segudang.

"Silahkan, Bu. Anda dulu." Hendra mempersilahkan Alisa masuk lebih dulu ke lift.

Alisa menggangguk kecil dan berdiri di sebelah Evan.

Di dalam lift, Evan melirik Alisa. Tatapannya menghangat dibandingkan dengan pertemuan mereka barusan. Hanya demi menjaga tatapan orang-orang yang akan memandang Alisa lain.

Evan tahu siapapun yang bersinggungan dengannya jika di luar ruangan akan dianggap sebagai urusan pribadi, alih-alih orang tahunya mereka adalah atasan dan bawahan.

Beberapa pasang mata mulai memperhatikan mereka yang keluar dari lift. Semuanya mengangguk hormat pada bos besar mereka yang sangat berkharisma itu.

Di sebelah kiri depan ruangan, ada sekretaris CEO yang sudah berada di tempatnya. Mengulas senyum hormat pada Evan dan Alisa.

Tiba di ruangan CEO Merlion, Evan menyuruh Alisa duduk.

"Duduk, Lis." Evan lebih dulu duduk setelah Hendra keluar ruangan hingga meninggalkan mereka berdua di sana.

"Jadi, gimana kesepakatan kita?" Evan bertanya langsung tanpa menunda atau berbasa-basi.

"Justru itu yang ingin saya tanyakan. Bapak serius kan mau menerimanya?"

Alisa menunggu jawaban Evan, setelah memikirkannya matang-matang agar keinginannya menjadikan Evan selingkuhan terkabul.

"Saya tidak pernah becanda, apalagi terhadap hal yang serius."

Alisa tersenyum tipis, entah ia harus mengungkapkannya dengan cara apa. Sebentar lagi rencananya akan terkabul, menunjukkan bahwa ia juga bisa melakukan apa yang Yogas lakukan padanya.

"Tapi, aku punya permintaan untuk kamu." Pria itu memandang Alisa serius.

"Permintaan apa yang Bapak inginkan?" tanya Alisa.

"Segera urus perceraian kamu. Karena tetap aja yang namanya selingkuh itu akan membawa dampak buruk pada kita. Meski perselingkuhan ini hanya kesepakatan demi balas dendam."

Ketika Evan bicara, Alisa tahu Evan orangnya tegas. Ia juga sependapat dengan Evan, bahwa pernikahannya harus segera diakhiri.

"Apa kamu yakin perselingkuhan kita hanya untuk balas dendam aja?"

"Apa, Pak?"

"Harus aku ulangi pertanyaannya?"

Alisa diam mematung, ia memang tidak mengerti apa yang Eva katakan.

"Apa kamu yakin perselingkuhan ini tidak akan ada ujungnya?"

Evan tidak yakin jika nanti akhir dari perselingkuhan mereka bisa menumbuhkan benih cinta yang sesungguhnya. Atau bisa saja Evan menarik Alisa untuk menjalani hubungan yang serius, misalkan ke jenjang pernikahan.

"Saya tidak yakin, Pak. Jujur aja, saya tidak akan menutup kemungkinan itu."

Jawaban Alisa berhasil membuat Evan tersenyum. Evan mengakui Alisa punya keberanian demi kepuasannya.

"Benarkah?" Alisa bergeming mana kala Evan bangkit berdiri, menghampiri tempat Alisa dan duduk di sebelahnya. "Termasuk mental kamu? Karena setelah orang mengendus hubungan kita, otomatis mereka juga akan menggunjingkan kita."

Alisa menahan napas, semuanya sudah Alisa pertimbangkan. Makanya ia melayangkan permintaan itu walau ia juga tidak yakin kalau Evan akan menerimanya.

"Justru hal itu yang saya khawatirkan. Saya takut nama Bapak akan ikut terbawa-bawa," ucap Alisa jujur.

Jantung Alisa bertalu-talu saat Evan mencekal lengannya. Pria itu merunduk lebih dekat lalu melontarkan tanya dengan suara rendah.

"Aku tidak masalah. Asal kamu tahu, mengajakku berselingkuh sama aja dengan menyerahkan diri kamu. Sama aja kita berhubungan meski hanya untuk balas dendam. Beda konteksnya dengan kamu mengajakku pura-pura selingkuh."

Deg,

Alisa susah payah menelan ludahnya, mendadak wajahnya memanas.

"Kamu siap, Lis. Kamu siap kita berselingkuh, hem?" Tatapan Evan semakin intens dan dekat, sedikit lagi jarak mereka akan terkikis habis.

Hingga tak terasa Alisa memejamkan mata saat bibir Evan datang menyapa. Sejenak perasaan Alisa ikut mengalir, dengan deburan di dadanya yang semakin cepat.

Evan menarik diri, melihat Alisa yang baru saja membuka mata. Keduanya saling menatap lama.

"Kamu tau, kecupan itu sebagai tanda awalnya perselingkuhan kita."

Alisa tak mengelak, ia mengakui bahwa sekarang mereka telah resmi berselingkuh.

Ponsel dalam jas blezernya bergetar, ia tahu siapa yang menghubunginya. Jika pukul 8 lewat Alisa belum menampakkan dirinya di ruangan, Medina akan terus-terusan menghubunginya. Alisa hanya mendiamkannya saja sampai getarannya itu berhenti sendiri.

Ingin sekali Alisa segera keluar, menghirup udara segar kala gugup melanda. Mimpi apa dirinya, baru kenal sudah menjalin hubungan berani dengan pria lain.

"Mau lagi?" tanya Evan menggoda karena Alisa terlihat kebingungan.

Alisa menggeleng, salah tingkah.

"Saya hanya terkejut, Pak." Alisa menunduk, kemudian ia mengambil tasnya. Menyimpannya ke atas pangkuannya.

"Kamu harus menyiapkan hati dan mental kamu untuk memulai hubungan kita, Alisa."

Alisa mengulas senyum, tentu saja ia harus menyiapkan itu semuanya. Alisa sudah tahu apa makna selingkuh, bukan hanya menduakan perasaannya saja.

***

"Van, duduk dulu sini." Morena menunjuk sofa di seberang tempatnya dengan dagu, saat Evan baru datang dari kantor.

Morena memasang wajah serius dan memindai penampilan Evan.

"Kenapa ngeliatinnya kaya gitu banget?" tanya Evan, duduk dengan santai.

"Kaya gimana? Kamu tau kenapa Mami nyuruh kamu duduk?" Morena menyimpan kaca mata bacanya, kemudian fokus mengalihkan tatapannya hanya pada Evan saja.

"Nggak. Aku nggak tau," jawabnya.

"Ck." Morena berdecak, "Jadi kamu tidak mau jujur sama Mami, kamu sedang dekat dengan siapa?" Suara Morena terdengar ketus. Ia sangat kesal karena sampai detik ini belum tahu tentang wanita yang tengah dekat dekat putranya itu.

"Nanti juga Mami bakalan tau," timpal Evan, sambil membuka ponselnya. Tadi, ia mengirim pesan pada Alisa. Tapi, Alisa sama sekali belum membacanya.

"Jadi, beneran kamu udah punya pacar?" Morena mendadak berbinar, senang akan berita yang didengar. Serasa menambah jiwanya yang sudah berkurang banyak.

"Ada, Mam. Tapi, nanti ya. Evan nggak mau terburu-buru. Evan nanti bakalan bawa dia dan dikenalkan sama Mami. Okay?" Evan meyakinkan Morena sampai ibunya itu bisa tenang.

"It's, okay. Mami akan tunggu kamu bawa pacar kamu dan kenalkan sama Mami. Mami senang sekali, Evan."

Syukurlah, Evan juga senang melihat binar kebahagiaan pada diri ibunya. Setelah sekian lama mengabaikan permintaan ibunya agar ia terus menjalani hidup dan memilih pendamping yang baru.

Meski nanti ia akan memperkenalkan Alisa ke hadapan ibunya. Tidak peduli akan status mereka yang hanya menyandang selingkuhan.

***

Baru up niiih...

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Wadaw ko jd merembet ke mami morena....pingin cepat punya mantu

2023-05-30

0

angkasa

angkasa

siiip evan maju terus

2022-03-23

1

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

josss lanjutkeun Thor 👍👍😁😍

2022-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!