Berkeras Diri Menginginkanmu

Suara dering ponsel menggema di ruangan meeting.

Semuanya menatap pada Evan, sebagai pemilik ponsel. Tapi, Evan balik menatap semua orang yang sedang menatapnya.

Hendra segera mendekati Evan dan membisikannya sesuatu ke telinga atasannya itu.

"Ponsel anda yang bunyi, Pak," bisik Hendra.

Kening Evan mengernyit, perasaan ia tidak menyetel suara dering di ponselnya dan juga suara deringnya berbeda dengan suara miliknya.

Seketika Evan mengambil ponselnya yang berada di dalam saku jas, benar saja kata Hendra. Ponsel dalam sakunya yang berdering nyaring, ponsel dengan logo apel digigit itu menampilkan layar dengan nama 'Mas Yogas' terpampang jelas.

Kening Evan semakin mengernyit dalam.

'Yogas?'

Kalau tidak salah bukankah itu nama suami Alisa yang berkenalan dengannya tadi pagi.

Kapan nama Yogas ada di ponselnya.

Evan melirik pada orang-orang yang menungguinya, ia mengulas senyum sesaat dan mohon undur diri sebentar untuk keluar ruangan menjawab panggilan ponselnya.

Ditekannya tombol hijau itu. Belum sampai menempelkan benda pipih itu ke telinganya, terdengar suara nyaring seorang pria menyerukan nama Alisa.

"Alisa, aku mohon untuk kita ketemu dulu. Aku jemput kamu ya sepulang kerja. Aku nggak peduli ada kamu dekat dengan siapapun. Aku tetap ingin memperbaiki hubungan kita dan aku tidak akan mau bercerai dari kamu." Suara Yogas terdengar lantang.

Evan mendesah pelan, menerka apakah mungkin ponselnya tertukar dengan ponsel milik Alisa?

"Maaf, ponsel Alisa ada sama saya."

Untuk beberapa detik tidak ada jawaban dari Yogas, hanya suara embusan napas kesal terdengar sangat jelas. Kemudian berganti suara sambungan terputus.

Evan sesaat terdiam, kemudian tersenyum samar. Ia memeriksa galeri ponsel dan menemukan banyak foto Alisa di sana. Cukup hanya mengetahui ponsel milik Alisa tak menjadikannya maruk membuka semua yang bisa saja ia cari info lebih detail.

Untuk mengetahui apakah ponselnya ada pada Alisa, Evan mengetikkan nomor ponselnya sendiri. Dan mendapatkan ponselnya tidak tersambung sama sekali.

Andai ia tidak sedang meeting, sudah ia cari Alisa dan menukar kembali ponselnya.

***

Di lantai bawah, seorang wanita dengan dress long putih tak berlengan sedang menuju ke bagian resepsionis.

Wanita itu tersenyum ramah terlihat dibuat-buat, mengibaskan rambutnya yang tergerai panjang. Dengan suasana hati yang sedikit muram, wanita itu ingin menanyakan keberadaan seseorang yang sangat sekali ingin ia temui.

"Saya ingin menemui bu Alisa, beliau menjabat sebagai manager keuangan di sini. Apa beliau ada di tempat?" Naura berharap cemas, semoga Alisa masih ada di kantor dan bisa ia temui.

Sejenak bagian di resepsionis melirik arlojinya, melihat waktu yang sudah hampir mendekati jam pulang.

"Sebentar ya, Bu. Saya akan menghubungi bu Alisa dulu." Karyawan itu bersikap sopan pada Naura sebagai tamu.

Naura mendengar karyawan itu bicara lalu menanyakan namanya.

"Bilang aja saya adiknya bu Alisa," jawab Naura diangguki karyawan tersebut.

Naura masih menunggu karyawan itu bicara hingga selesai menutup teleponnya.

"Bu, maaf. Bu Alisa bilang mohon tunggu sebentar. Bu Alisa kebetulan sudah akan pulang dan akan menemui Ibu di sini. Mohon Ibu tunggu di sebelah sana, silahkan sambil bersantai." Karyawan tersebut menunjuk sofa yang berada di jajaran sebelah kanan.

"Oh ya, terima kasih. Kalau begitu saya akan menunggu di sana." Sebelum pergi Naura tersenyum ramah lantas menunggu Alisa dengan duduk santai di sofa.

Alisa turun tergesa-gesa ke lantai dasar Merlion secara adiknya menunggu. Tidak disebutkan dengan jelas siapa adiknya, hingga itu yang membuatnya cukup penasaran.

Kaki jenjangnya membawa langkahnya menemui Naura yang duduk menunggungi dirinya. Sesaat Alisa diam, menerka siapa wanita itu.

"Naura," ucap Alisa dengan suara rendah begitu melihat sosok Naura dengan air muka datar melihat ke arahnya.

Sedikit berbasa-basi, Alisa menanyakan apa maksud kedatangannya sampai repot menemuinya segala.

"Kamu tidak mau duduk? Kamu mau karyawan di sini tahu kalau aku ini calon madu kamu?" tanyanya sengit cukup membuat darah Alisa naik.

Ternyata Naura cukup punya nyali besar untuk menunjukkan taringnya di hadapan Alisa, tentunya dengan menebalkan muka hingga rasa malunya terkikis sampai habis.

Alisa memutar bola matanya jengah, menghadapi Naura yang bersikap main belakang.

"Cepat katakan apa mau kamu?" tanya Alisa begitu ia duduk dan berhadapan dengan Naura. "Aku ada janji dengan orang lain," sambungnya.

"Okay, karena kamu tidak mau basa-basi aku akan mengatakan dengan jujur. Tolong, segera urus surat gugatan perceraian kamu. Aku tidak mau kamu seolah berlama-lama menunda gugatanmu hanya demi membuat mas Yogas nahan-nahan dan merengek buat kembali sama kamu."

Alisa tersenyum kecut, meremehkan permintaan Naura.

"Aku tidak menunda, aku juga tidak menunggu mas Yogas merengek sama aku. Kamu jangan khawatir, aku pasti akan menggugat cerai mas Yogas," tegas Alisa.

"Oh ya, baguslah. Kamu juga tidak mau kan karier suami kamu jatuh karena rasa sakit hati kamu."

"Maksudmu apa?"

"Dengar ya, Alisa. Kalau kantornya mas Yogas tau aku sedang hamil anaknya dia, pasti mas Yogas akan kena tegur dan bisa berakibat pada pekerjaannya. Bukan cuma mas Yogas yang kena imbas, nama baik kamu juga pasti akan kebawa-bawa. Kamu mau berita suami kamu selingkuh tersebar di kantor ini?"

"Aku nggak takut," jawab Alisa tenang.

Naura berdecak kesal lantas berdiri. Mengangkat satu telunjuknya dan menunjuk-nunjukkannya tepat di wajah Alisa.

"Kamu nantangin aku?"

Banyak karyawan yang lewat memperhatikan mereka, moment Naura menunjuk wajah Alisa bertepatan dengan jam pulang. Untungnya mereka hanya melewati saja karena segan pada Alisa yang mempunyai jabatan penting di Merlion.

"Aku nggak nantang. Kamu sendiri yang nantangin aku dengan datang ke tempatku. Kamu yang menebalkan mukamu dan tidak punya malu. Harusnya aku yang mengatakan semua yang kamu katakan barusan, kamu yang harusnya malu. Bagaimana jika karier mas Yogas habis gara-gara perselingkuhan denganmu tersebar? Kamu tidak takut mas Yogas bangkrut dan jadi pengangguran? Meskipun kamu kaya, kamu pasti menginginkan suami yang menafkahi kamu kan?"

Naura berdecak kesal, ia sudah salah menilai Alisa.

"Alisa. Kamu di sini? Udah lama nunggunya?"

Alisa dan Naura menoleh ke sumber suara. Evan berjalan ke arahnya, dengan satu tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana.

Bibir Evan tersungging manis, menampakkan dirinya yang semakin tampan mempesona.

"Pak Evan," gumam Alisa.

Naura tersenyum miring, ia menggeleng seperti tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Waw, pacar kamu Alisa? Ternyata kamu juga selingkuh dari mas Yogas," ucapnya sarkas menemukan bukti membuat Yogas tidak akan lagi mengejar Alisa.

"Kalau saya selingkuhannya, memang ada yang salah?" tanya Evan hampir membuat Alisa sesak napas dan tak berani berkata apa-apa lagi.

Sikap Evan yang terang-terangan di depannya membuat Alisa membaca apa yang tersirat di mata pria itu, seolah mengatakan bahwa 'Aku berkeras diri menginginkanmu'.

***

Dua bab aja ya...

Terpopuler

Comments

supriyadi azizah

supriyadi azizah

mantap bossq

2022-05-17

0

Icha Tangahu

Icha Tangahu

waw makin seru

2022-03-27

0

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

josss suka Ama karakter Evan😍😁 lanjutkan Thor mantap 👍👍👍

2022-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!