Trik Evan Mendekati Alisa

"Ibarat pepatah, jangan terlalu banyak murung. Nanti cantiknya hilang loh." Evan lantas tersenyum geli, kenapa juga ia bisa memberi pepatah tak jelas pada Alisa. Bisa-bisa julukkan 'pria kalem' yang disematkan padanya mendadak dicabut para fans setia.

Mendengar itu Alisa ingin sekali tertawa, tapi ia tahan-tahan demi menghargai Evan yang nampaknya sudah berusaha membuatnya tersenyum. Alhasil Alisa hanya menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Kenapa garing ya?" tanya Evan.

Alisa menggeleng, "Bukan Pak, cuma saya heran. Pepatah itu dari mana ya, baru dengar saya."

Ujungnya Evan dan Alisa tertawa bersama. Sejenak Evan melihat tawa Alisa membuat dunianya terasa indah. Terlihat warna-warni ditambah debaran di dadanya yang terasa menari-nari.

Apa ini yang dinamakan suka?

Cinta?

Evan menggeleng, menyadari dirinya yang sudah berpikiran yang bukan-bukan.

Entah kenapa pokoknya ia merasa dunia sangat indah. Lupa akan masalah-masalah yang setiap harinya datang menghampiri.

"Sudah sampai, Lis." Evan mematikan mesin mobilnya dan cepat-cepat keluar.

Menyadari atasannya itu hendak membukakan pintunya, Alisa cepat-cepat bergerak membuka pintu. Ia sadar diri, mana ada bawahan yang diperlakukan khusus oleh atasan kecuali mereka memiliki affair.

"Pak, lain kali nggak usah repot-repot bukain pintu. Saya bisa sendiri ko," ucap Alisa tak enak hati.

"Nggak repot, lagian saya nggak harus muterin mobil cuma bukain kamu pintu apa salahnya sih." Evan berhasil membuat Alisa salah tingkah. Terbukti wajah Alisa yang kian memerah.

Selama menikah dengan Yogas, ia tidak pernah diperlakukan istimewa seperti tadi.

Uh, Alisa mendesah. Pikirannya jadi tertaut lagi pada pria menyebalkan itu.

"Jadi, kamu masih mau bareng aku?"

"Heem, gimana Pak Evan?"

"Lain kali kamu masih mau kan barengan sama aku? Lain kali aku jemput kamu atau antar kamu, ya walaupun mobil kamu hari ini sudah bisa diantar. Okay, Lis?"

Alisa memaku, entah ia harus mengatakan apa. Evan seterbuka itu padanya, apa ia harus senang karena Evan nampaknya bersikap berbeda.

"Jawab iya, jarang-jarang aku ngajakin wanita jalan." Pria itu tersenyum manis pada Alisa.

"Jika Bapak tidak repot," jawab Alisa.

Evan mengulas senyum. Itu artinya Alisa menerima permintaannya. Ya, tidak sesulit yang ia bayangkan mengajak Alisa jalan.

Ibarat ia harus menerka-nerka dan memberanikan diri mengajak jalan lawan jenisnya lebih dulu.

***

"Evan bicara dengan seorang wanita? Evan Iskandar? Anak saya?" Morena Iskandar, yang tak lain ibunya Evan cukup terkejut mendapatkan laporan tentang anak bungsungnya.

Morena jadi penasaran siapa wanita yang sudah membuat keberanian Evan kembali, setelah sekian lama Evan mengucilkan dirinya.

"Hendra, kamu nggak sedang ngajak saya becanda kan? Siapa wanita itu? Model? Artis? Atau penyanyi?" cecar Morena lagi.

Hendra, asisten pribadinya Evan menggeleng cepat.

"Bukan Bu, tapi manager keuangan di kantornya pak Evan."

Alis Morena terangkat sedikit, menerka-nerka siapa saja jajaran manager di Merlion. Seingatnya tidak ada yang single atau setidaknya tipe Evan.

"Kalau ngasih laporan itu yang jelas, Hendra. Siapa wanitanya?" Morena tak sabaran, dan sekarang ia berkacak pinggang menghadapi Hendra.

Sore itu sepulang bekerja, Hendra dipanggil mendadak ke kediaman Iskandar. Demi membuktikan validnya kabar yang menyebutkan Evan bersama seorang wanita.

Setelah Evan menyandang gelar duda, puteranya itu sempat menghilang beberapa tahun demi mengobati sakit hatinya akibat di khianati.

Morena menepuk-nepuk tangannya girang, rasaya tak sabar bertemu muka dengan Evan dan menanyakan berita itu.

"Pi...." Morena berteriak memanggil suaminya yang berada di lantai atas. "Re... " Beralih memanggil puteri sulungnya untuk menyebarkan berita hangat yang akan membuat satu rumah jadi gaduh.

Renata lebih dulu turun bersama Adinda, melihat kehebohan apa yang telah diperbuat ibunya tersebut.

Adinda lebih dulu turun bergelayut manja di kaki sang nenek.

"Ada apa sih, Mi?" tanya Renata heran.

"Iya, Oma. Ada apa?" si kecil Adinda ikut-ikutan bertanya ala-ala Renata.

"Ini loh, Hendra bilang Evan jalan sama wanita." Morena bersorak senang.

"Wanita? Nggak salah, Hendra?" Giliran Renata yang menelisik asistennya Evan itu.

"Benar, Bu. Pak Evan memang jalan dengan wanita. Tapi, maaf saya juga tidak tahu siapa wanita itu," jawab Hendra, sambil tersenyum canggung. Pasalnya jika sampai Evan tahu, jika ia yang membocorkan perihal wanita itu maka habislah nanti ia dimarahi Evan.

"Belum tentu dia pacarnya Evan, Mi. Jangan girang gitu ah, nanti kecewa berat loh." Renata menggeleng tak mengerti.

"Tapi setidaknya Evan sudah mulai berani lagi dekat dengan wanita. Mami pastikan Evan akan menemukan pasangannya."

Kebetulan yang dibicarakan sudah sampai di rumah. Evan menatap heran pada Hendra yang berada di rumahnya tanpa ia suruh.

Menyadari tatapan atasannya yang tajam, Hendra undur pamit menghindari pertanyaan-pertanyaan Evan yang akan membuatnya tersudut.

"Mau kemana kamu?" tanya Evan menahan langkah Hendra.

"Saya mau pamit, Pak. Pekerjaan saya sudah selesai, pekerjaan buat besok juga sudah saya selesaikan dan disimpan di meja Bapak."

"Aku nggak nyuruh kamu pergi kan, kenapa buru-buru?"

"Mami yang nyuruh Hendra ke rumah. Ada yang mau Mami tanyakan sama Hendra, kalau nanya sama kamu kan bisa-bisa Mami dapat jawabannya." Morena tersenyum lebar menatap Evan.

"Apa? Nanyai apa Mami sama Hendra?"

"Itu loh katanya kamu jalan sama wanita. Benar itu, Van?" seloroh Renata sampai membuat Hendra berkeringat dingin. Karena setelah ini pasti Evan akan berceramah panjang lebar kenapa sampai buka mulut pada orang rumah.

"Cuma karyawan kantor butuh bantuan, nggak lebih." Evan melengos pergi naik ke lantai atas.

"Butuh bantuan sampai nebeng mobil. Udah dari mana itu?"

"Dari mana aja bukan urusan Mami," jawab Evan asal tanpa melihat lagi ke belakang.

Semakin Evan berkelit, Morena yakin Evan sedang menyembunyikan sesuatu.

"Udah deh, Mi. Lain waktu kita juga bakalan tau ko siapa wanita yang lagi dekat dengan Evan. Jangan sampai buat Evan mundur dan ngumpet lagi. Kasian Evan, masih muda tidak bisa menikmati hidupnya dengan indah." Renata menarik Adinda mengajaknya bermain di taman belakang.

Sejujurnya, Morena jadi sedih jika mengingat masa lalu Evan. Di mana rumah tangganya harus kandas di usia perkawinannya baru menginjak dua tahun.

"Mami cuma pengen lihat kamu bahagia, nggak lebih," lirih Morena memejamkan matanya sejenak. "Siapapun itu jika membuatmu bahagia, Mami nggak akan halangi. Asal jangan sampai berhubungan dengan istri orang," sambung Morena mendesah pelan.

Hendra jadi serba salah, harusnya ia menutup rapat urusan pribadi atasannya tersebut. Ia juga tidak punya pilihan ketika di desak karena tidak ingin membuat Morena penasaran.

***

Jangan lupa tebar komentar kalian ya.. dan like

Terpopuler

Comments

ReD

ReD

Emank bu tapi ada yg otw single 😜

2022-05-07

1

Jelly Tintilo

Jelly Tintilo

lanjut seru ceritanya 👍👍

2022-03-13

1

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

cepetan dibuat berpisah aja Thor supaya si yogas nyesel bin nyesek dapat yg lebih baik hehehe...hanya saran aja😁🤭👍

2022-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!