Kacang Lupa Kulitnya

Dalam diam Alisa menangis, mengalirkan air mata yang coba ia tahan-tahan dari tadi. Demi apapun ia sama sekali tidak pernah mengira nasib rumah tangganya akan berakhir tragis dan menorehkan luka mendalam.

Menjadi istri Yogas dan diselingkuhi pria itu sungguh sama sekali ia tidak pernah memimpikannya. Berpikir rumah tangganya baik-baik saja, justru tak sebaik itu.

Alisa mencengkram ujung bantal yang ia jadikan alas kepalanya. Air matanya tambah deras ketika melihat foto-foto pernikahannya di galeri ponsel. Seketika ia berhenti menangis, jalan masih panjang dan ia harus berjuang keras melawan semua siksaan yang kini menderanya.

Perlahan ia mendesah, bagaimana menceritakan semua masalah rumah tangganya pada sang ayah. Ayahnya pasti akan bersedih. Semua ayah pasti sama, tidak ingin rumah tangga anaknya hancur. Apalagi ayah dan ibunya dulu bercerai, dan ayahnya pasti tidak ingin ia mengalami hal yang sama.

Suara berisik dari luar kamar mulai terdengar mengusik. Alisa mengerjap melihat hari sudah terang. Ia terperanjat kaget dan langsung melihat waktu di ponsel yang disimpannya di samping bantal.

"Hampir jam tujuh," ucapnya pelan. Kemudian bangkit bergerak membuka koper dan mengambil handuk. Mempersiapkan pakaian kerjanya.

Pintu kamar dibuka Alisa, dan langsung disambut tatapan penuh tanya dari ibu tiri dan adik tirinya yang sedang menikmati sarapan bersama di meja makan.

Kamar Alisa yang terletak di dekat ruang makan membuatnya mau tak mau langsung berhadapan dengan mereka. Ditambah kamarnya yang tidak memiliki kamar mandi pribadi dan harus memakai kamar mandi bersama-sama.

"Ayah, kapan Alisa datang?" Mira, ibu tirinya Alisa malah sama sekali tidak menyapa Alisa, pun dengan Shella.

"Tadi malam. Alisa akan tinggal di sini," jawab Amar tanpa mempedulikan raut kesal di wajah istrinya itu. "Lis, kamu mandi dulu. Setelah itu makan sama-sama ya, Ibu kamu sudah masak banyak."

Alisa tahu, ayahnya tidak akan mempermasalahkan kehadirannya di sana. Mungkin malah akan sangat senang karena bisa bersama-sama lagi.

"Iya Yah, Alisa mandi dulu. Selamat pagi, Bu. Shella." Tak lupa Alisa menyapa keduanya, meski kehadirannya sama sekali tidak pernah dianggap.

Keempatnya masih tidak ada yang bersuara. Setelah Alisa sudah siap untuk bekerja, ia sempatkan untuk sarapan terlebih dahulu. Sedikit canggung berada dalam satu meja dengan Mira dan Shella, karena sudah lumayan lama mereka tidak bertemu.

"Kamu kabur dari rumah suami kamu?" tanya Mira menelisik Alisa, curiga melihat mata Alisa yang sedikit bengkak. Matanya tak berhenti memperhatikan penampilan Alisa yang berubah banyak.

"Aku memutuskan pergi dari rumah mas Yogas, bukan kabur." Alisa terdiam.

"Kenapa kabur Mbak? Mas Yogas mungkin nggak mau lihat Mbak yang berubah seperti ini," cibir Shella menyindir Alisa.

"Sebenarnya aku memutuskan untuk kami bercerai, Yah. Aku dan dan mas Yogas sudah tidak bisa mempertahankan hubungan kami lagi," ungkap Alisa sendu.

Amar sudah menduga jika telah terjadi masalah dalam rumah tangga Alisa, meski ia sangat menyayangkan semuanya. Dan masih berharap bisa dipertahankan.

Mira dengan santai menyuapkan makanannya, sambil mendengarkan cerita Alisa.

"Apapun masalahnya apa tidak bisa dipertahankan?" tanya Amar dengan suara merendah.

"Aku tidak mau dipoligami, Yah. Lagipula wanita mana yang tahan diselingkuhi ditambah selingkuhannya sedang hamil muda."

"Braaakk.." Mira menggebrak meja, kemudian berdiri dengan ekspresi wajah penuh amarah.

"Makanya, jadi wanita itu yang pinter. Pinter nyenengin suami. Di ranjang, di dapur semuanya harus pinter," desis Mira mengomentari permasalahan Alisa. "Lagipula dengan kamu berubah penampilan apa bisa membuat suami kamu tidak berpaling?"

Alisa menelan ludah susah payah, ia tidak harus menceritakan semuanya pada Mira. Semua itu hanya akan menambah masalah dan tetap saja ia yang disalahkan. Apapun yang ia lakukan tidak pernah benar di mata Mira.

"Bu, jangan bicara seperti itu," ujar Amar.

"Lah, yang aku bicarakan ini bener loh. Yogas gak mungkin selingkuh kalau Alisa bisa melayaninya dengan baik. Kamu tidak sayang apa sama Yogas, karier dia bagus loh. Malah kamu mau jadi janda. Tinggal terima di poligami apa susahnya sih."

"Bu!" seru Amar memperingatkan Mira untuk tidak bicara sembarangan.

"Yah, lagian ni anak seperti kacang lupa kulitnya. Sejak dia nikah sama Yogas, coba berapa kali dia nengokkin kita? Sekarang malah seenaknya datang dan mau tinggal di sini."

Mira terus memercikkan api, sampai Amar tidak tahan.

"Diam!" Napasnya naik turun karena emosinya terpancing sempurna. "Lis, lebih baik kamu berangkat sekarang ya."

Alisa mengangguk pelan, ia mendorong kursinya lalu keluar dari rumah.

Dengan langkah gontai ia menunggu taksi online yang baru saja aķan dipesannya di depan pagar.

Beberapa kali ia menarik napas dan mengembuskannya, untuk membuat hatinya tenang.

"Tiiin." Sebuah mobil berheti tepat di depan Alisa.

Alisa heran, perasaan ia belum memesan taksi. Kenapa ada mobil berhenti di depannya.

Kaca jendela terbuka, munculah Evan di belakang kemudi menyapa Alisa.

"Pak Evan?" Alisa baru ingat ternyata itu adalah mobilnya Evan.

"Sedang apa kamu di sana? Mau ke kantor?"

Alisa mengulas senyum tipis lalu mengangguk.

"Iya, Pak. Saya sedang menunggu taksi," jawab Alisa.

Evan turun dari mobilnya kemudian menghampiri Alisa.

"Mobil kamu selesai hari ini. Sekarang kita berangkat sama-sama saja. Ayo," ajak Evan membukakan pintu mobilnya untuk Alisa.

Alisa dibuat canggung bukan main, diperlakukan sebaik itu oleh atasannya.

"Jangan mikir, daripada telat. Aku marahin kamu nanti," ucap Evan memaksa Alisa masuk.

"Iya, Pak. Sebelumnya maaf merepotkan."

Alunan musik mengalun merdu dari audio mobil, diikuti suara Evan yang mengiringi suara penyanyinya. Berhasil menarik perhatian Alisa.

Alisa kira Evan seorang pendiam dan pemalu, ternyata cukup bisa membuatnya terhipnotis.

"Kalau boleh tahu anda dari mana?" tanya Alisa.

"Aku dari rumah Jingga, repot pagi-pagi harus nganterin dia."

Alisa mengangguk pelan dan memilih untuk tidak bertanya lagi. Mungkin atasannya itu baru mengantarkan pacarnya pulang pagi-pagi.

"Ngomong-ngomong kenapa kamu dari sana? Bukannya rumahmu bukan di daerah sini ya?" Pria itu tetap fokus mengemudi, sesekali melirik Alisa.

"Ah, saya sekarang tinggal sementara di sini. Tadi itu rumah ayah saya. Mungkin nanti baru akan pindah," jawab Alisa memaksakan senyum. Jika boleh jujur pikirannya sedang bercabang tak menentu.

"Apa ada masalah?" Entah kenapa ia sangat ingin tahu apa yang tengah terjadi pada wanita yang menumpang di mobilnya tersebut.

"Masalah saya cukup banyak. Saya bingung harus menceritakan yang mana dulu." Alisa tertawa lebar menutupi kegundahan hatinya yang semakin menyiksa.

Evan melihat mata Alisa sudah berair, untuk sejenak membuatnya sangat ingin menarik Alisa ke dalam pelukannya.

***

Hari ini aku up 2 bab ya.. sudah lunas..

Jangan lupa terus vote, tap love dan berikan komentarnya..

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

kita menemani dari awal susah dari Nol sampe akhirnya punya segalanya eh diambil pelakor 🤣🤣🤣 pelakor jaman skrg ga ada urat malunya yg penting tu7an dia tercapai menguasai suami dan harta....maaf Thor jadi curcol itu masa lalu sudah saya tutup...saya berikan aja mending berpisah daripada di madu

2022-03-11

0

netizen maha benar

netizen maha benar

punya kerjaan bagus..gaji bagus,,knp gk cari rmh sndr..minimal ngontrak...

2022-03-02

0

Iba Shayra

Iba Shayra

bkin Alisa jadian SM Evan Thor KLO Uda kelar ceraix...dn bkin yoga nyesal dn nangis darah

2022-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!