Tatapan Laser

Yogas masih menatap Alisa tak percaya, sejak kapan istrinya sekarang bisa sangat cantik dan menarik. Kaki putih bersihnya bersinar-sinar. Yogas bahkan tak menyangka Alisa bisa memakai sepatu setinggi itu.

Naura tak senang Yogas menatap Alisa seakan mengharap dan mendamba, tak rela Alisa berubah cantik dalam sehari. Ia akui Alisa tidak harus dioperasi untuk berubah cantik, namun tetap saja perubahan itu tak membuatnya suka. Harusnya Alisa terlihat sedih kalau perlu harus terlihat nelangsa. Dugaan Naura salah, sekarang Alisa tampil sempurna dan percaya diri.

"Tapi kamu terlihat cantik da berbeda sekali loh, Lis. Kulit kamu juga jadi cerah,kapan-kapan ajak Mama sama Mika bisa kan?" sambar Ratna menebalkan mukanya membuat Naura kesal.

"Boleh Ma, nanti kalau libur aku ajak ke salon tempat aku ya." Alisa tersenyum canggung, bisa-bisanya sang ibu mertua malah meminta diajak ke salon. Meski dalam hati ia senang karena Naura sangat terlihat kesal.

"Oh ya, Mbak mau berangkat jam berapa? Aku baru mau siapin sarapan nih, Mbak mau tunggu bentar kan?" Naura bangkit dari duduknya, berusaha mengalihkan pembicaraan dan menutup celah Yogas takut akan ikut-ikutan memuji Alisa.

"Memangnya kamu nggak ada kegiatan lain, Naura? Kamu nggak kerja? Soalnya setiap pagi aku lihat kamu sampai repot-repot mau datang ke sini dan ngurusin dapur rumah kami," cecar Alisa tak tanggung-tanggung, tak peduli leretan mata ibu mertuanya seolah tak senang Alisa berkata seperti barusan.

Alisa ikut berdiri dan mendekati Naura yang sedang mencuci sayuran di wastafel.

"Kenapa harus repot lagian aku kan gak harus tiap hari datang ke butik. Aku ini punya butik, Mbak. Aku juga punya asisten yang menangani semua kerjaan aku, aku kan bukan kamu yang jadi karyawan. Aku ini owner." Tercetak jelas Naura yang pongah.

"Aku emang bukan owner, tapi seenggaknya aku juga bukan pengangguran." Alisa mengambil tasnya di atas meja, ia sudah hilang nafsu untuk sarapan di rumah, apalagi sarapan yang dibuat tangan Naura.

"Aku berangkat dulu ya, Mas. Ma, aku berangkat dulu." Alisa menggeleng pelan melihat ibu mertuanya yang hanya diam tanpa menjawab sama dengan sikap yang ditunjukkan Yogas.

Ia sudah salah menilai, berubah cantik tak membuatnya sedikitpun mendapatkan perlakuan berbeda dari sebelumnya. Hasilnya tetap sama, Yogas hanya memandangnya tanpa kata.

"Ngomong-ngomong mobil kamu di mana?" tanya Yogas.

"Mobil aku tinggal di kantor, kemarin berangkat sama Dina ke salon pakai mobil dia. Aku pakai taksi online ko ke kantornya. Emangnya kenapa, Mas?"

"Gak apa-apa cuma nanya aja," jawabnya tanpa melihat ke arah Alisa.

Belum jauh melangkah keluar dari pintu rumahnya, jelas sekali Naura merajuk pada Ratna.

"Ma, Mama kenapa sih muji-muji Alisa? Bisa besar kepala dia nanti."

"Bukan muji, Mama cuma mau dia ajakin kesalonnya aja, kan Mama gak usah bayar sendiri. Alisa pasti bayarin, Meskipun dia berubah cantik, bagi Mama tetap cantikkan kamu Naura."

Masih pagi perasaan Alisa dibuat bergejolak tak karuan, dua wanita itu ternyata sama saja.

***

"Bu Alisa." Yudo, wakil direktur perusahaannya menatap Alisa tak berkedip. Bibirnya menyeringai melihat penampilan Alisa yang berubah drastis. "Kamu Alisa kan?" tanyanya lagi saat mereka bertemu di depan lift.

"Benar, Pak. Ini saya, Alisa." Alisa tersenyum canggung.

"Wah, kamu berubah banyak jadi terlihat cantik dan menarik."

Medina yang berdiri di samping Alisa, mencubit kecil pinggang Alisa. Secara siapa yang tidak tahu rekam jejak Yudo yang merupakan player. Dia kerap mengejar karyawan wanita baik yang masih single atau yang sudah menikah.

"Lis, nanti malam kamu datang kan ke acara ulang tahun perusahaan kita?" tanya Yudo berniat mengajak Alisa sama-sama.

"Ya ampun, nanti malam ya. Saya hampir lupa kalau acaranya nanti malam. Datang ko, Pak. Masa saya tidak datang, ini kan hajat perusahaan kita," jawab Alisa lugas.

"Kamu juga kan Medina?" Yudo beralih pada Medina.

"Datang ko Pak, saya datang sama Alisa."

"Bagus, nanti kita ketemu lagi nanti malam. Kalau mau nanti saya kirim sopir buat jemput kalian berdua."

Medina mencium ketidakwajaran pada Yudo, bukan tanpa alasan.

"Hmm, kayanya tidak usah Pak. Saya berangkat bawa mobil sendiri," tolak Alisa sopan.

"Tidak masalah, persiapkan diri kalian. Karena malam ini CEO kita akan datang, kalian tahu kan CEO kita itu selalu absen jika menyangkut acara-acara kantor. Just information." Sambil matanya melirik nakal.

Pintu lift terbuka, Alisa dan Medina pamit lebih dulu dari hadapan Yudo.

Di dalam lift, Medina tak henti-hentinya tertawa. Mengingat Yudo yang sudah berumur tapi tak segan menggoda itu.

"Kamu lihat kan, Lis. Dia itu ganjen, ada korbannya loh anak personalia sampai dibohongin mau nikah, eh taunya hahaha. Aku kalau jadi wanita itu sudah bisa nebak kalau pria buntet itu sudah punya istri dan beranak lima, heran deh."

Alisa tertawa geli melihat eksperesi Medina, sedari masuk sampai mereka keluar lagi dari lift.

"By the way, udah siapin bajunya buat acara nanti malam?"

Ditanya seperti itu Alisa jadi diam, ia memang lupa dan belum menyiapkan pakaian pesta. Selama bekerja di Merlion, ia jarang menghadiri pesta atau acara kantor, sekalinya datang hanya berdiam diri saja di pojok tempat memperhatian para wanita yang memakai gaun cantik bertebaran di mana-mana.

***

Acara perayaan ulang tahun Merlion Group yang ke-40 berjalan lancar, terlihat banyaknya tamu undangan yang hadir memenuhi kursi yang diselenggarakan di ballroom hotel Ritz Carlton Jakarta.

Alisa datang belakangan setelah dirinya lebih dulu berbelok ke toilet, ia cukup merasakan demam panggung sebelum akhirnya tatapan orang-orang tertuju padanya. Menarik banyak perhatian, hingga semua mata mengarah padanya.

Sialnya, Alisa tak percaya diri dengan gaun yang dipakainya. Menampilkan seluruh lekuk tubuhnya tampil jelas.

Medina melambaikan tangan menyuruh Alisa duduk satu meja dengannya.

Baru akan melangkahkan kakinya ke tempat Medina, ia hampir saja menubruk seorang pria dari arah belakang.

Pria itu sadar ada seseorang di belakangnya dengan jarak rapat, ia menoleh memutar tumitnya lagi dan melihat Alisa berhadapan dengannya.

Beberapa saat, pria itu diam memaku. Begitupun dengan Alisa yang juga menatap pria itu tak berkedip.

Merasa jadi tontonan orang banyak, Alisa menundukkan kepalanya kemudian meminta maaf undur diri dan berlalu pergi dari hadapan pria itu.

“Kamu beruntung banget bisa tatap-tatapan dengan si tampan mempesona itu,” bisik Medina dengan seringaian menggoda.

“Nggak sengaja,” balas Alisa singkat.

“Dia itu bos besar kita loh, Lis.”

“Maksud kamu? CEO kita?”

Medina mengangguk mantap, “Yap, beliau CEO kita. Ganteng ya, gantengnya maksimal.”

Alisa tertunduk, begitu menyadari pria itu sedang menatapnya tajam bagaikan tatapan laser.

***

Haii aku up lagi, mana like sama komentarnya......

Terpopuler

Comments

ReD

ReD

Calon jodoh baru 😅 klo laki melenceng ikutan melenceng jgaa buang yg butut ganti yg baru 😏

2022-05-07

0

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

semangat ya Thor kalo ceritanya bagus ntar q kirim hadiahnya sungguhan 😁👍

2022-03-11

0

Iba Shayra

Iba Shayra

nnti aliisa d taksir SM ceox kli ya

2022-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!