Aku Ingin Balas Dendam

Hampir pukul 11 malam, Alisa mengendap keluar kamar.

Tujuannya adalah ke kamar bi Sum. ART yang sudah ia pekerjaan untuk membantu

pekerjaan rumah. Kebetulan kamar bi Sum masih terlihat terang, pertanda orang

di dalamnya belum tidur.

Alisa mengetuk pintu kamar pelan-pelan, tak berapa lama nampaklah bi Sum membuka pintu.

“Non Alisa. Ada apa malam-malam, Non? Mau saya buatkan sesuatu?” tanya bi Sum, sambil membukakan pintu kamarnya lebar-lebar.

“Bukan, Bi.” Alisa lebih dulu menutup kamar bi Sum, agar tidak ada orang lain yang tahu dirinya hendak mengintrogasi ART mereka.

“Saya mau bicara sama Bibi,” sambung Alisa, membuat ART nya terheran-heran. Pasti bi

Sum berpikir kalau Alisa ingin membicarakan hal rahasia.

Alisa dan bi Sum duduk di pinggir ranjang saling berhadapan.

“Bi, coba katakan sama saya. Apa yang Bi Sum tau tentang Naura?”

Bi Sum nampak terkejut mendapatkan pertanyaan prihal kekasih suaminya Alisa, sekilas bi Sum nampak bingung, matanya melirik ke sana ke mari.

“Bibi gak usah takut, rahasia Bibi aman sama saya.” Alisa serius bertekad ingin membuka tanya dalam hatinya sejak melihat Naura tadi

sore.

“Anu, Non. Saya bingung harus bilang apa, saya takut salah bicara.” Perempuan berusia sekitar 45 tahunan itu sesekali membetulkan jilbab

instannya.

“Semua Bi, semua yang Bibi tau. Apa sudah lama mas Yogas berpacaran dengan Naura? Apa mama mertua saya juga sudah tau sejak awal?”

“Jujur aja, Bi. Katakan yang Bibi tau, daripada hidup Bibi merasa bersalah sama saya jika ternyata suami saya sudah lama berhubungan

dengan Naura.”

“Anu, Non. Maaf sebelumnya, saya tidak berniat ikut campur. Sebelumnya den Yogas wanti-wanti saya supaya jangan bilang sama Non Alisa. Ibu juga ancam saya katanya Nona jangan sampai tau kalau sebenarnya den Yogas dan non Naura sudah cukup lama berhubungan. Bahkan bukan sekali dua kali non Naura datang ke sini, sejak awal hubungan juga sering datang. Itupun Non Alisa sedang

di kantor.”

Tanpa ART nya tahu, Alisa mengepalkan tangannya kesal. Nyatanya suami yang begitu sangat ia cintai sudah lama bermain api.

“Lalu apalagi yang Bibi dengar?”

“Eeem, maaf Non sebelumnya. Non Naura pernah bilang dan saya dengar karena di sana hanya ada ibu dan den Yogas, katanya penampilan Non yang dijadikan topik pembicaraan mereka. Bahkan ibu ikut-ikutan komentarin penampilan Non yang kolot.”

Alisa hampir tak percaya, pengakuan ARTnya sedikit demi sedikit mulai membuka rasa penasarannya pada sosok perempuan yang bernama Naura. Di balik sikap tenang dan santainya, ternyata Alisa tidak bisa

meremehkan keberadaan Naura.

‘Pantas saja perempuan itu seolah sudah lama mengenal rumah ini, ternyata.’ Alisa memejamkan matanya beberapa saat, sebelum ia berterima kasih pada bi Sum dan kembali lagi ke kamarnya.

***

“Din, please.” Alisa terus membuntuti kemanapun Medina pergi seraya membawa majalah fashion dengan sampul seorang model internasional.

“Lupakan rencanamu, Alisa. Sorry, aku gak bisa bantu kamu.” Medina mengatupkan kedua tangannya sebatas dada. Terkesan jahat, tapi

sebenarnya Medina tidak ingin Alisa terjebak masalah baru nantinya.

“Aku ingin balas dendam, Din.”

Pernyataan Alisa berhasil membuat Medina kembali memutar tubuhnya, menatap sesosok perempuan yang berpakaian serba hitam itu untuk mendekat.

“Kenapa kamu ingin melakukannya?”

“Yogas ternyata sudah lama pacaran dengan selingkuhannya, bahkan ibu mertuaku sudah tau sejak awal. Aku ingin membuatnya menyesal!” Nada suaranya penuh penekanan.

Medina lama terdiam sambil menatap lekat Alisa, perempuan yang mengenakan celana bahan itu menunjukkan ekspresi memelas.

“Oke, dengan satu syarat.” Medina mengacungkan satu jarinya ke hadapan Alisa.

“Apapun syaratnya akan aku lakukan,” jawabnya cepat.

Medina tak tahan melihat air mata Alisa yang hampir luruh, sudah terlalu sering Medina melihat sahabatnya itu menangis sejak tahu Yogas berselingkuh. Dan sekarang, wajah perempuan yang tak pernah ber make up itu sudah siap dengan air mata yang hampir saja meledak.

“Syaratnya, setelah kamu berhasil mengubah penampilanmu. Jangan pernah kamu berencana menarik perhatian Yogas lagi.”

“Oke, aku setuju.” Tanpa pikir panjang, Alisa menyetujui syarat yang diajukan sahabatnya tersebut. Ia tak banyak berpikir, yang

terpenting sekarang bagaimana caranya ia berhasil merubah penampilan cupunya supaya

jadi cantik dan menarik.

“Oke, kita ke salon langgananku. Dia profesional make up artis, jam lima teng aku tunggu kamu di bawah!” ucap Medina, sambil menunjuk arloji yang dipakainya.

Meski hujan deras melanda, tak menyurutkan keinginan Alisa serta rencananya untuk pergi ke salon. Dilihatnya mobil Medina sudah menunggunya.

Alisa memutuskan pergi bersama Medina dan meninggalkan mobil sedannya di basement kantor.

Hujan belum surut air, Alisa tak sabaran ingin segera sampai di salon rekomendasi sang sahabat. Sekarang, yang berada di otaknya hanyalah menjadi cantik dan menjadi pusat perhatian.

Rasanya, sudah terlalu lelah Alisa memperhatikan perempuan cantik dengan penampilan yang membuatnya iri. Sebagai sesama perempuan ia juga ingin ada orang yang memanggilnya cantik. Selama ini hanya Medinalah yang sering memanggilnya dengan sebutan seperti itu, cantik.

Sebuah salon dengan tempat khasnya sudah terlihat di depan mata. Medina memarkirkan mobilnya sedikit mepet ke depan, supaya ia dan Alisa bisa keluar tanpa terkena air hujan.

Tulisan 'OPEN' terlihat menggantung di pintu, Medina menghela Alisa masuk.

Seorang pria 'cantik' menatap kedatangan keduanya dan menyambutnya dengan senyuman lebar. Pria itu menghampiri Medina dan mendaratkan ciuman di pipi kanan-kiri Medina.

"Din, tumben dateng hari kerja. Biasanya kan weekend , lo dateng ke sini. Eh sapose ini?" Pria itu memindai Alisa, semua yang dikenakan Alisa.

"Lagi ada misi ni, Mi. Oh iya, ini Alisa. Lis, ini Mimi Perih, orang yang akan memake over kamu. Mi, aku serahin sahabat aku sama kamu ya, jangan dirubah total. Jadiin aslinya dia aja," tukas Medina sambil menyerahkan Alisa ke hadapan Mimi Peri, pria pemilik salon langganan Medina.

"Waw, yakin ini? Apa sekalian fashionnya juga gue yang urus, Din?" Bagi Mimi Peri, Alisa merupakan sebuah tantangan besar dan harus ia taklukan.

Alisa tersenyum tipis pada Mimi, kemudian mengulurkan tangannya pada pria 'cantik' tersebut.

"Kenalin, Alisa," ucap Alisa.

"Haii Darling, kenalin juga. Namaku Arifin, nama samarannya Mimi Perih. Karena aku ini sering dianggap sebagai penolong bagi mereka yang ingin tampil cantik," jawabnya asal, sambil menutup mulutnya.

"Ngarang. Udah, cepetan kerjain!" titah Medina mendorong Alisa duduk di kursi, menghadap cermin besar yang dihiasi lampu-lampu.

Cukup lama Mimi memandang wajah Alisa, harus seperti apa model yang cocok untuk menjadikan Alisa sebagai pusat perhatian nanti.

Medina memang benar, Alisa adalah kliennya dalam artian seseorang yang akan ia rombak besar-besaran.

***

Terpopuler

Comments

Icha Tangahu

Icha Tangahu

suka sma ceritanya

2022-03-27

0

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀🦆͜͡🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ🤎𝗚ˢ⍣⃟ₛ

lanjutkan Thor semangat ok💪💪😁

2022-03-11

0

Naura Rahmashaffiyya

Naura Rahmashaffiyya

lanjuttt,,,cerita dan alurnya bagus

2022-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!