FOTO

"Sudah jangan menangis, bukankah anak laki laki tidak boleh cengeng." ucap Nyonya Winston.

Mendengar kata nyonya Winston, Tian langsung mengusap mata nya dan menatap wajah nyonya Winston sang sudah tidak lagi muda.

"Terimakasih karena sudah membela saya nyonya." ucap Tian.

"......." nyonya Winston tersenyum melihat kesopanan Tian. "Siapa nama mu anak manis?" tanya nya.

"Nama saya Tian Nyonya." jawab Tian.

"Tian, nama yang bagus." ucap Nyonya Winston tersenyum.

"Baiklah, karena ini waktu makan siang, mari kita cari makan." ajak nyonya Winston.

Namun sebelum mereka berdua beranjak. Supir nyonya Winston menghampiri.

"Maaf nyonya saya mengganggu anda." ucap Supir.

"Ya, ada apa?" tanya nyonya Winston.

"Tuan menelepon saya, meminta nyonya untuk segera kembali ke rumah, karena tamu yang telah di nanti sudah datang nyonya." ucap Supir.

"Ah...iya, kenapa aku bisa lupa. Baiklah kita akan segera pulang." ucap Nyonya Winston.

Tian yang mendengar nyonya Winston akan pulang menggenggam tangan keriput itu.

Merasakan genggaman lembut dan kecil itu, Nyonya Winston menyadari bahwa Tian ada bersama nya.

"Anak manis, saya harus pulang karena ada tamu penting yang datang. Sebagai permintaan maaf saya, aku berikan ini untuk mu untuk membeli makanan ok." ucap Nyonya Winston mengambil uang dalam dompet nya, dan setelah itu memberikan beberapa lembar uang kepada Tian.

"Ini ambillah, belilah makanan kesukaan mu." ucap nya lagi menyerahkan.

"Tidak nyonya, saya tidak mau." ucap Tian menolak.

"........"Nyonya Winston mengerutkan alis nya. "Kenapa?" tanya nya.

"Saya berterima kasih karena nyonya sudah menolong saya, tapi saya tidak bisa menerima uang pemberian anda. Saya hanya meminta, bisakah saya tahu nama anda?" ucap Tian.

"Nama, Nama ku Alina dari keluarga Winston. Ingat ya dan jangan sampai lupa. Memang nya kenapa kamu ingin tahu nama ku?" tanya nyonya Winston penasaran.

"Saya hanya ingin tahu, jika kelak saya sudah besar dan bertemu anda atau anda dalam masalah saya akan membalas budi kebaikan anda." ucap Tian sungguh sungguh

Nyonya Winston yang mendengar ucapan Tian tercengang. Karena tidak mungkin anak seusia ini memiliki memikirkan seperti ini. Apalagi tahu tentang balas Budi.

"Baiklah baiklah. Semoga kita berjumpa lagi anak manis. Tapi terimalah uang ini dan jangan menolak." ucap Nyonya Winston memberi uang ke tangan Tian .

"Sampai jumpa di lain waktu, aku pergi dulu." ucap Nyonya Winston pergi meninggalkan Tian di taman yang terus melihat ke arah nya hingga masuk mobil.

Setelah mobil itu pergi jauh, Tian melihat uang yang ada di tangan nya. Tian tersenyum kecil.

"Lain waktu jika aku bertemu, aku akan membalas budi." ucap Tian.

Setelah itu Tian pergi untuk membeli makanan Karena memang ia sudah sangat lapar. Setelah membeli dan memakan nya. Tian kembali ke tempat tinggal nya, ia tidak melanjutkan memulung sampah.

Beberapa hari kemudian.

Tian tidak bekerja, ia tetap berada di kediaman nya. sambil melihat kalung peninggalan mama nya.

"Ma...Tian merindukan mama. Tian sendirian di sini, Tian kesepian tidak ada teman atau pun keluarga yang menemani Tian. Bolehkah Tian menangis, hiks...hiks....Tian ingin ikut dengan mama." Tian menangis menumpahkan kesedihan nya karena hidup sebatang kara.

Tian terus menangis, langit pun menjadi mendung seakan tahu kesedihan yang di alami oleh Tian. Titik titik air hujan pun jatuh ke tanah dan membasahi tanah yang kering. Tian memeluk tubuh nya, tanda ia rapuh dan kedinginan sambil menggenggam kalung mendiang mama nya.

Kalung itu jatuh dari tangan Tian, dan terbuka menampilkan foto seorang laki laki dan wanita. Tian yang melihat mengambil kalung itu kembali. Mengamati wajah pemilik foto.