"Tumben gak bawa mobil sendiri?" tanya Nena saat melihat Chacha berjalan dari gerbang.
"Abang disini belum ada mobil, jadi aku menyuruhnya pakai mobilku saja, lagian aku juga males nyetir" jawab Chacha.
"Kalian baru dateng?" tanyanya.
"Baru juga Cha, terus lihat kamu jalan jadi kami tunggu saja" jawab Karin yang diangguki lainnya.
"Ya sudah, ayo kita cari si Mira. ajak Chacha pada keempat sahabatnya.
Mereka berlima berjalan menuju kelas mereka, selama perjalanan menuju kelas tak sedikit siswa laki-laki yang mengajak berkenalan atau sekadar basa-basi. Namun, mereka harus menelan pil pahit karena Chacha berubah menjadi gadis yang dingin tak seperti dulu saat menjadi gadis culun.
"Sudah di pilih untuk tim lomba antar kelas kali ini?" tanya Chacha setelah sampai di kelasnya.
"Belum Cha" jawab salah satu temannya.
Chacha menghela napas pelan lalu maju ke depan. "Khem... Sebagai ketua kelas disini saya hanya akan menyertakan bagi yang berminat berpartisipasi dalam lomba kali ini, bagi yang tak berminat silahkan keluar kelas terlebih dahulu" Beberapa siswa keluar dari kelas termasuk Chiara dkk.
"Oke, langsung saja untuk lomba hari ini saya akan maju bersama tim saya untuk mewakili kelas kita dalam lomba volly. Saya dan keempat sahabat saya ditambah Mira."
"Untuk basket saya serahkan pada Levy. Bagaimana Lev kau setuju?" tanya Chacha pada Levy. Levy hanya mengangkat jempol tanda setuju.
"Lomba hari ini hanya volly dan basket, bukan? Jadi saya harap kalian hadir di lapangan untuk memberi semangat. Dan, untuk lomba besok saya harap sekretaris dapat memberikan rincian dan nama-nama siswa yang bersedia berpartisipasi" ucap Chacha menoleh pada sekretaris kelas yang langsung diangguki.
"Jika kita menang untuk setiap lomba kali ini, saya berniat untuk memberikan pada warga sekolah yang kurang mampu. Apa kalian setuju?" tanya Chacha. Mereka hanya mengangguk.
Sedangkan di luar kelas Chiara menggerutu kesal. "Sialan emang tuh anak ya, sok banget"
"Wajarlah Chi, dia kan anak pemilik sekolah apalagi dia ketua kelas kita, jadi sah-sah saja dia kayak gitu, kan" ucap Fatin tanpa dosa membuat Chiara geram.
"Lo itu temen gue apa dia, kenapa malah belain dia sih" bentak Chiara pada Fatin.
"Udah deh. Tapi Chi, itu seriusan muka lo gak kenapa-napa?" tanya Viola.
"Lo pikir gue pake masker buat gaya-gayaan" ucap Chiara makin geram.
"Ya kali"
"Pipi gue bengkak, makanya gue pake masker" jawabnya.
"Kenapa sekolah sih lo Chi, maksa banget, kenapa gak istirahat aja di rumah lo, ucap Viola.
"Gue penasaran se jago apa dia sampai berani nantangin gue kayak gitu. Sok ngegeser gue dari tim volly kelas lagi" ucap Chiara.
Tak lama mereka berbincang Chacha dan yang lainnya keluar dari dalam kelas terus berjalan melewati Chiara dkk.
"Gue tahu cara bales dia" ucap Chiara.
"Gimana caranya?" tanya Viola.
"Ikut gue" jawab Chiara.
...****************...
Di lapangan Chacha dan lainnya menunggu tim yang akan menjadi lawannya.
"Siapa lawan kita di babak kali ini?" tanya Chacha pada Mira.
"Musuh bebuyutan kelas kita, jawab Mira.
"Bukankah tahun lalu kelas kita menang?" tanya Fany.
"Ya, karena campur tangan Chiara kelas kita bisa menang" ucap Mira.
"Santai aja kali ini kita akan menang dengan cara bersih" jawab Chacha.
Tim lawan datang ke lapangan membuat semuanya tercengang pasalnya Chiara dan dua kawannya ada di tim musuh. Chiara maju ke tengah lapangan dengan angkuh dan sombong.
Chacha menepuk pundak Fany seraya mengangguk. Fany menjawab dengan menampilkan smirknya.
"Dia salah telah memprovokasi Chacha saat ini" ucap Karin.
"Maksud lo?" tanya Mira.
"Chiara akan menyesal, dia tak tahu kalau Chacha hampir menguasai seluruh ekskul di sekolah ini dan Fany sejak SMP, dia adalah kapten tim, baru-baru ini aja dia sering bermain basket dengan Chacha" jawab Zeze.
"Jadi lo gak usah pesimis Mira, kita akan lolos di babak ini, percayalah, ucap Nena. Mira mengangguk, meskipun hatinya tak yakin karena selama ini dia tak pernah melihat Chacha dan keempat sahabatnya mengikuti ekskul.
Kedua tim telah berada di lapangan dan pertandingan di mulai.
Diawal pertandingan Chacha sengaja membiarkan tim musuh mencetak skor sesuka hati dan itu membuat tim musuh heran.
"Segini doang cara main lo, dan lo sok mewakili kelas kita" teriak Chiara seraya melepas maskernya.
Chacha mengeluarkan smirknya, menoleh ke arah Fany dan yang lainnya, saat semuanya mengangguk Chacha memulai permainan kali ini, ia benar-benar membalik keadaan dan membuat semuanya tercengang. Hingga satu skor lagi yang akan menyatakan dia dan timnya lolos babak ini. Chacha keluar dari lapangan sambil berkata, "tuntaskan, Fan," dijawab anggukan oleh Fany.
Dia sendiri berjalan ke arah Levy dan yang lainnya. Levy menyodorkan air mineral pada Chacha langsung disambut oleh Chacha karena ia memang haus.
"Lo gak tanding, Lev?" tanya Chacha setelah menghabiskan setengah botol air mineralnya.
"Ada perubahan" jawab Levy malas.
"Maksudnya?"
"Tim basket dan volly putra putri digabung bukan dipisah"
"Jadi maksudnya dalam satu tim campur cewek dan cowok gitu?" Levy mengangguk.
"Terus kenapa lo kusut kayak gini?"
"Lawan tim kita kelasnya si Putra, lo tau sendiri gimana Putra, Kinos, dan Elang mainnya"
"Tim mereka adalah tim inti sekolah?"
"Kelas kita hanya akan jadi lelucon jika memaksa melawan mereka, Queen"
"Tak akan, gue pastikan itu. Lo cari sisanya gue sama Fany ikut dalam pertandingan"
"Lo gak capek, Queen?"
Chacha menggeleng, "udah biasa"
"Terus itu ngapain lo tinggalin teman-teman lo, skor mereka ke kejar,"
"Sengaja, biar mereka seneng dulu"
"Maksud lo?"
"Bentar lagi lo juga tahu" ucap Chacha santai.
Sedangkan di tengah lapangan pertandingan masih berlangsung. Tim musuh mulai mengejar ketertinggalannya. Fany menoleh ke arah Chacha dan melihatnya mengangguk. Fany memberi kode pada Zeze, bola dilambungkan tinggi. Fany melompat untuk melakukan smash. Namun, kali ini berbeda dengan sebelumnya, Fany mengarahkannya tepat sasaran. Wajah Chiara. Chiara yang kaget tak sempat mengelak hingga dia terjatuh dan diam layaknya orang linglung. Para siswa yang menonton langsung menyorakinya.
"Gue tau lo yang udah gunting baju Chacha di loker, dan lo berniat mempermalukan Chacha dengan kekalahan tapi lo salah besar" ucap Fany mendekati Chiara dan berbisik. "Lo boleh jahat dan satu hal yang harus lo tahu, Chacha dalam diamnya itu kejam dan sadis."
Jika kalian berpikir kenapa wasit hanya diam? Itu karena kejadian barusan dibuat seolah-olah tidak sengaja.
Fany dan lainnya menghampiri Chacha yang duduk di pinggir lapangan dengan Levy.
"Gila kamu Fan, anak orang dibuat linglung" ucap Chacha tertawa.
"Kesel aku Cha" jawab Fany.
"Emang kenapa sih sama tuh anak, dendam banget kayaknya lo Fan?" tanya Levy.
"Tadi tuh mak lampir guntingin baju olahraga Chacha di loker sebelum kita tanding, mau gue labrak tapi ditahan sama Chacha dan sekarang gue puas" ucap Fany.
"Terus, ini yang dipake Queen?"
"Cadangan, untung dia bawa kalo nggak?" timpal Karin.
"Sudah tidak usah dibahas lagi, Fan kita langsung ke lapangan basket " seru Chacha.
"Ngapain?"
"Berenang" ucap Chacha berlalu meninggalkan lapangan volly.
"Yang kena bola si Chiara kenapa jadi Chacha yang eror sih" ucap Fany sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lainnya hanya tertawa melihat ekspresi bodoh yang Fany tampilkan.
"Kita tanding basket Fan, gue jelasin disana, ayo susul Chacha sekarang" seru Levy.
...****************...
Sesampainya di lapangan basket Chacha duduk di pinggir lapangan sambil menatap lurus ke depan melihat tim Putra yang sedang melakukan pemanasan. Hingga ada pandangannya berubah menjadi gelap.
"Ehh.." Chacha meraba ada tangan yang menutupi pandangannya. Bukan tangan sahabatnya pastinya.
"Abang udah ah, Chacha bentar lagi tanding gak mood bercanda tau" ucapnya cemberut.
Pandangannya kembali terang, Chacha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
"Abang siapa pula, masak gak kenal sama tangan aku sih Yang"
"Loh... Kok Yang?" ucap Chacha sambil menoleh ke samping.
"Loh..." ucap Chacha kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
V᭄ᭃ͢dєͮvͥiͤl₲₲»̶̳͓✧ᴾᴳ ⃫⃟ ⃟⅌
hai hai q mampir n m'ninggalkan jejak😉
2020-05-01
3