Sebulan sudah Levy bersekolah di SMA Harapan. Sebulan juga Chiara gencar mendekati Levy tanpa mendapat respon serius dari Levy. Seperti saat jam pelajaran olahraga kali ini.
"Lev, ajarin main basket dong" ucapnya mendekat ke arah Levy yang sedang melakukan pemanasan.
"Kamu kan jago, aku sering loh liat kamu main bareng temen-temen kamu" tambahnya.
"Minggir" satu kata penuh tekanan ditambah tatapan tajam menjadi jawaban Levy.
Chiara dkk langsung menyingkir dari tengah lapangan. Dan berganti duduk ditepi lapangan, sama halnya seperti murid perempuan lainnya hanya menonton para siswa laki-laki bermain basket.
Chacha yang juga duduk diantara mereka bersama keempat sahabatnya dikejutkan dengan bola basket yang berhenti tepat dihadapannya. Levy datang mengambil bola itu hanya tersenyum mengejek ke arahnya.
"Lain kali hati-hati kalo main" ucap Chacha, dia enggan berdebat. Di otak cantiknya sedang memikirkan rencana ke depan untuk cabang perusahaan ayahnya yang mulai bangkit.
"Suka-suka gue dong. Kalo perlu kena kepala lo juga boleh."
Fany berdiri mencengkram kerah Levy. "Maksud lo apa?" ucapnya dengan emosi yang mulai tersulut. Levy kaget dengan keberanian gadis di depannya.
Chiara dkk yang melihat keributan langsung menghampirinya. "Eh.. Gadis miskin lo mau apain pangeran gue" bentaknya seraya melepas kasar cengkraman Fany pada kerah baju Levy.
"Kasih tau sama pangeran lo, perlu gue ajarin main basket yang benar? Main basket kok asal" ucapnya lagi.
"Maksud lo apa?" ucap Levy dingin.
"Perlu gue ajari main basket yang bener?" ucap Fany lagi. Gadis tomboy jago bermain basket itu.
"Lo ngeremehin pangeran gue. Dasar gadis miskin" Chiara hendak menarik rambut Fany. Namun, tangannya langsung ditarik kebelakang, dia kaget oleh sambil meringis kesakitan.
"Eh, cupu lepasin princess kita" ucapan Viola membuat Chiara kaget. "Cupu lepasin gue, mau gue keluarin lo dari sekolah ini" Chacha hanya diam tanpa menggubris Chiara yang terus meronta.
"Apa mau lo?" ucapnya dengan suara dingin sambil menatap Levy. Membuat semua orang yang di sana merasa bahwa atmosfir berubah menjadi dingin. Bahkan, Chiara yang meronta langsung terdiam.
"Gue mau lo tanding basket sama gue" Levy terpaksa menantang Chacha karena tak ingin dikatakan pec*nd*ng oleh temannya. Tantangan Levy membuat semua orang melongo tak percaya, tak salahkah Levy mengajak gadis cupu tanding basket?
Chacha melepaskan Chiara dan langsung menuju ke tengah lapangan. Sorak sorai para penonton menggema di lapangan basket saat itu. Apalagi bertepatan dengan bel istirahat berbunyi. Lapangan bertambah ramai.
Awalnya Chacha hanya mengejar Levy tanpa berniat merebut bolanya. Namun, emosinya mulai bangkit saat Levy berulang kali dengan sengaja melempar bola basket ke kepalanya.
Ia lalu melepas kacamata tebalnya, membuat para penonton kaget dengan wajah cantik yang bersembunyi dengan apik di balik kacamata itu. Ia juga membuka kepangan rambutnya dan mencepolnya asal, memamerkan leher jenjangnya. Tak hanya para penonton yang kaget dengan perubahan Chacha yang sekejap mata berubah menjadi bidadari. Levy juga dibuat kaget bahwa gadis didepannya adalah orang yang selama ini ia cari.
"Queen"
"Lo nantangin gue kan, ayo" setelah berucap seperti itu Chacha langsung merebut bola dari Levy.
Levy yang sadar dari keterkejutannya langsung mengejar Chacha yang dengan lincah mendrible bola. Para penonton dibuat kagum dengan kelincahan Chacha menghindari Levy sambil membawa bola basket.
"Segini doang" ucapnya setelah memastikan dirinya menang melawan Levy. "Jangan suka usil, belum tentu orang yang lo ganggu ada dibawah lo" sambil melempar bola ke kepala Levy. Membuat penonton berteriak ketika bola mengenai kepala Levy.
"Eh.. Cupu berani lo ya lempar bola ke kepala pangeran gue" teriak Chiara sambil berlari menghampiri Levy yang memegang kepalanya.
"Lempar ke kepala lo gue juga berani. Mau coba?" ucap Chacha dengan smirknya.
"Berani lo ya, lo lupa gue anak kepala sekolah, jadi gue bisa ngeluarin lo dari sekolah ini" teriaknya dengan sombong.
"Yakin lo bisa ngeluarin gue?" tanya Chacha dengan senyum mengejek, lalu pergi meninggalkan lapangan.
...****************...
"Cha, kamu yakin buka identitas kamu sekarang?" tanya Zeze saat mereka sampai di loker. Chacha hanya mengangguk.
"Cha, bukannya kamu gak boleh pakai nama besar keluarga kamu sementara waktu ini?" Nena menimpali.
"Well, cabang perusahaan ayah sudah bangkit"
"Oh.." jawab mereka saling manggut-manggut dan.. "WHAT" teriak mereka bersamaan.
"Berarti kamu berhasil Cha?" tanya Karin memastikan.
Chacha mengangguk mantap. "Ini berkat support dari kalian juga, thank you girls"
"Selamat sayangku" ucap mereka sambil memeluk Chacha bersamaan.
"Kalian sendiri gimana?" tanya Chacha balik.
"Lancar, tapi kita masih terus belajar kok" jawab Fany.
"Syukurlah, semangat terus aku percayakan usahaku pada kalian. Oh ya, tiga hari ke depan aku akan keluar kota mengecek langsung cabang perusahaan ayah"
"Semoga lancar yang sayangku" ucap Nena hanya dijawab senyum cantik Chacha.
...****************...
Levy masih terdiam di pinggir lapangan. Dia masih tak habis pikir bahwa ia dikalahkan oleh seorang wanita. Terlebih lagi orang yang ia cari selama ini. Yang ada dibenaknya sekarang kenapa dia menyamar di sekolah?
"Lev, lo kok bisa kalah sama cewek sih?" tanya Putra saat menghampirinya.
"Dia Queen, cewek yang gue ceritain nolong gue waktu dikeroyok preman" jawab Levy.
"Apa jangan-jangan dia juga orang yang sama saat balapan dengan Kinos malam itu" ucap Elang.
"Bisa jadi, karena saat dia menolongku waktu itu dia pergi menggunakan motor" jawab levy lagi.
"Bawa motor bukan berarti bisa balapan juga" ucap Kinos menimpali argumen temannya.
"Aneh sih, padahal taruhan dia itu seratus juta tapi waktu dia menang cuma minta gue berhenti balapan doang" tambah Kinos lagi.
"Masalahnya ini orang yang sama atau hanya namanya saja yang sama" putus Elang.
"My prince ngapain disitu, panas loh" teriakan Chiara mengagetkan keempat pemuda itu.
"Princess lo dateng, kita ke kantin duluan" ucap Putra tertawa meninggalkan lapangan.
"Geli gue lo bilang gitu, gue ganti baju dulu terus nyusul kalian ke kantin." jawab Levy.
Chiara yang melihat Levy pergi meninggalkan lapangan hanya bisa cemberut
...****************...
Sesampainya di kantin Levy mencari teman-temannya.
"Lev" teriakan itu membuat Levy menoleh, ternyata teman-temannya duduk di meja pojok dekat dengan meja yang di duduki Chacha dan sahabatnya.
Bukannya berjalan ke arah meja temannya, Levy malah berjalan menuju meja Chacha.
"Queen" Chacha mendongak, menatap Levy dengan tatapan dingin.
"Queen, aku minta maaf soal kejadian tadi di lapangan basket" ucapnya sambil menatap Chacha.
Chacha menghembuskan napas kasar. "Sudah lupain aja, jangan di ulangi lagi apalagi ke yang lain atau lo tau sendiri akibatnya." bukannya mengancam, Chacha memutuskan membuka jati dirinya karena selain berhasil menjalankan hukuman dari ayahnya, dia juga mulai geram dengan Chiara yang suka melakukan bullying di sekolah.
"Aku janji, mulai sekarang kita berteman" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Selama ini lo anggep gue apa? Patung?" ucap Chacha dengan nada marah yang dibuat-buat membuat keempat sahabatnya menahan tawa. Tapi tak urung dia menerima uluran tangan Levy, membuat Levy tersenyum.
"Apa nih salam-salaman gak ajak-ajak" ucap Putra yang berdiri menjajari Levy disusul lainnya.
"Gue minta maaf sama Queen soal tadi, dan sekarang kita berteman" jawab Levy.
"Wah asik nih, eh btw lo dilihat dari deket cakep bener ya" ucap Kinos nyengir.
"Berasa jadi ratu lo didatengin sama my prince" ucap Chiara yang datang entah darimana.
"Berisik amat sih lo, lo udah kayak jailangkung tahu nggak" ucap Elang sewot.
"Gue gak ada urusan sama lo" balas Chiara tak kalah sewot.
Di tengah-tengah perdebatan antara Chiara dan Elang. Ponsel Chacha bergetar.
"...."
"Iya" langsung memutuskan panggilan.
"Fan, kamu berangkat naik apa tadi?" tanyanya pada Fany.
"Bareng Zeze" jawabnya. Karena semenjak menyetujui untuk mengelola usaha Chacha kehidupan mereka berubah drastis. Awalnya tinggal di lingkungan sederhana kini mereka tinggal perumahan elit. Jika ke sekolah naik angkutan umum kini mereka memiliki mobil masing-masing. Chacha menepati janjinya. Memberikan mereka fasilitas itu.
Chacha mengeluarkan kunci motor dari saku bajunya. "Motor aku kamu bawa pulang dulu, aku harus berangkat sekarang."
"Kamu ke sekolah ngapain kalau jam segini pergi?" tanya Zeze.
"Cuma nyerahin surat ijin, aku berangkat dulu ya" jawab Chacha.
"Jangan lupa tiga hari lagi kita ada pentas seni" ucap Nena mengingatkan hanya dijawab anggukan oleh Chacha dan langsung pergi.
"Kita boleh duduk disini?" tanya Kinos pada keempat gadis yang duduk di hadapannya.
"Duduk aja kursinya gak berlabel, kok jadi aman" jawab Karin.
"Oh, iya, kita boleh gak nih temenan sama kalian juga?" tanya Elang.
"Boleh kok kita mah santai mau temenan sama siapa aja, justru kalian, emang mau temenan sama kita?" tanya Fany balik.
"Iya lah mau, jadi sekarang kita teman nih ya" tambah Putra yang mendapat anggukan dari semuanya.
"Kalian apaan sih, temenan sama gadis-gadis miskin ini, my prince jangan temenan sama mereka ya, mereka cuma mau morotin kamu aja. Mending kamu sama aku aja ya" ucapnya manja.
"Sorry gue gak suka barang bekas" ucap Levy membuat semuanya kaget.
"Maksud kamu apa?" tanya Chiara dengan wajah geram.
"Gue udah tau lo siapa sebenarnya" jawab Levy. "Lo pergi atau gue bongkar sekarang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Dewi Kijang
lanjut
2023-01-31
1
Wayan Kawaii
gak seru bget. cwoknya lemah
2022-02-24
1
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2021-01-13
2