Raja Pembunuh Melawan Takdir!
Di sebuah pulau terpencil yang penuh akan bekas ledakan serta kebakaran di mana mana terbaring lah seorang pria berusia tiga puluh tahun dengan luka di sekujur tubuh nya yang penuh darah bercampur tanah.
Tangan kanan pria tersebut sudah meninggalkan badan dan hampir seluruh kulit punggung nya terkelupas akibat sebuah ledakan.
"Ck.. pandangan ku mulai gelap." Ucap pria tersebut dengan suara kecil saat mata nya di penuhi oleh darah.
"Dalam kondisi ini kemungkinan untuk bertahan hidup kuran dari satu persen, ... apa kah aku akan mati?" Ucap Pria tersebut yang memang terlihat selalu siap mati namun seakan ada sesuatu yang mengganggu nya.
"Aku tidak tau kalau pulau ini terdapat begitu banyak Phantom tipe dua sembilan." Ucap nya masih berusaha untuk merasakan seluruh kerusakan pada tubuh nya.
Semua nya bermulai saat satu jam sebelum nya.
"Seluruh target sudah di lumpuhkan, sekarang sudah aman Oliver." Ucap seorang pria yang terdapat peluru menembus lengan nya.
"Keluarkan peluru di lengan mu itu sebelum mengatakan aman." Tegur pria bernama Oliver tersebut memberikan pisau yang sudah ia panaskan agar dapat menahan pendarahan dari teman nya itu.
Namun dari pada di sebut teman usia mereka terlampau jauh, meskipun Oliver terlihat berusia tiga puluh tahun namun pria di depan nya hampir seperti kakek kakek maco.
"Terima kasih, aku bisa melakukan nya sendiri." Ucap pria tersebut menerima pisau Oliver kemudian menempelkan nya pada luka nya sebelum mencongkel keluar peluru yang ada di lengan nya.
"Entah kapan kapal yang menjemput kita akan datang." Ucap Oliver yang sudah menunggu selama tiga puluh menit sejak misi nya selesai.
"Yah sebentar lagi pasti, aku tidak menyangka kita bisa mendapatkan misi bersama lagi dari organisasi." Ucap pria tersebut membalut lengan nya dengan perban yang ada.
"Misi kali ini cukup sulit jadi akan lebih mudah jika kau membantu ku." Ucap Oliver.
"Kau berbicara begitu seakan kau bisa menyelesaikan misi ini tanpa bantuan ku." Ucap pria tersebut.
"Ya tapi tidak akan secepat ini." Ucap Oliver.
"Aaa!!!" Pria di dekat Oliver tiba tiba berteriak.
"Ada apa?" Oliver langsung bertanya.
"Air ku sudah mau keluar." Ucap pria tersebut seakan menganggap buang air sebagai candaan.
"Ha? Kau mau dapat biji kacang di kepala mu." Ucap Oliver yang entah sejak kapan pistol nya sudah menempel di jidat pria tersebut.
"Sabar sabar aku hanya bercanda, aku buang air dulu sebentar." Ucap pria tersebut melarikan diri.
"Jauh, kau punya urine bau." Ucap Oliver.
Setelah dua puluh detik teman Oliver tersebut kembali berteriak.
"Oliver! Apapun itu cepat berlindung!" Teriak pria tadi penuh peringatan.
"Ada apa!?" Bertanya Oliver karena baru kali ini teman nya itu begitu serius.
"Masih ada yang hidup! Dia membawa phantom tipe dua sembilan!" Jawab teman Oliver yang sedang mengarahkan pistol nya pada seorang laki laki yang membawa bom di tangan nya.
"Sial aku bahkan tidak menyadarinya." Ucap Oliver mengarahkan pistol pada pria yang membawa bom.
"Tentu saja kau tidak menyadari ku, meskipun kau adalah raja pembunuh dunia bawah tapi kau tentu tidak akan bisa melihat orang yang bersembunyi di dalam tanah selama lima hari." Ucap laki laki yang membawa bom tersebut.
'Sial dia bukan amatir, dari sini ke laut membutuh kan waktu dua menit dengan lari tercepat ku, aku juga tidak tau jari dia yang lebih cepat menekan bom atau peluru ku yang menembus kepala nya duluan, sial aku benar benar terpojok.' Batin Oliver berusaha berpikir untuk lolos dalam situasi ini.
"Lakukan apa saja Oliver, aku percaya pada mu." Ucap teman Oliver menurunkan pistol nya.
"Nice! Dia lengah." Ucap Oliver menemukan celah.
Dor!
Peluru Oliver berhasil menembus kepala laki laki yang membawa bom tersebut namun belum sempat mereka berdua merasa lega sebuah suara membuat mereka berdua tiba tiba merasa berada di ambang kematian.
Nit! Nit! Nit!
"Sial bom nya akan meledak dalam tiga puluh detik!" Ucap teman Oliver melihat limit waktu Phantom-29.
"Aku membutuhkan waktu dua menit untuk menjinakkan phantom tipe dua sembilan." Ucap Oliver tidak sempat lagi berpikir dan langsung berusaha untuk menjinakkan bom tersebut dalam waktu tiga puluh detik.
"Tidak akan sempat." Ucap teman Oliver mengambil senapan mesin nya dan menembaki sebuah pohon yang sangat besar di jarak lima meter.
Dorrrrrr!
"Tumbang lah!' Teriak teman Oliver menghantam pohon tersebut menggunakan tubuh nya hingga ia merasa dua tulang rusuk nya patah.
"Sial!" Teriak Oliver saat tersisa lima detik namun ia belum juga bisa menghentikan ledakan bom.
"Oliver!" Teriak teman Oliver menarik kerah baju Oliver dan melemparkan nya ke balik pohon yang ia tebang sebelum melemparkan bom ke arah yang berlawanan.
"Apa yang kau lakukan!?" Bertanya Oliver sebelum ia mendarat di tanah.
Bom!
Sebuah ledakan yang sangat besar terjadi hingga hampir menghanguskan seluruh pulau kecil tersebut, bahkan kayu yang melindungi Oliver pun hancur dan serpihan nya melukai Oliver namun setidak nya Oliver tidak menerima seluruh dampak bom secara langsung.
...
"Seluruh tubuh ku tidak bisa bergerak, sakit."
"Dingin.. apa aku kehilangan banyak darah?"
"Aku tidak dapat melihat apa apa."
Oliver mulai mendengar langkah kaki mendekat sebelum mendengar suara.
"Raja pembunuh di temukan, ganti." Ucap orang yang mendekat dan Oliver dengar dengan jelas.
'Apa itu para Core yang harus nya menjemput kami?' Batin Oliver tidak dapat mengeluarkan suara.
"Dia sudah tidak bernyawa, maaf kami tidak datang tepat waktu ketua, ganti." Ucap orang tersebut seakan melapor pada alat komunikasi nya.
'Oi aku memang sudah sekarat tapi aku masih bisa merasakan jantung ku bergerak, aku belum mati.' Kesal Oliver namun tidak ada yang dapat mendengar nya.
"Oke, kami akan segera kembali, transmisi selesai." Ucap orang tersebut menutup alat komunikasi nya.
'Aku terkonfirmasi mati, jadi aku hanya perlu menunggu ajal di pulau ini?' Batin Oliver merasa seluruh perjuangan hidup nya seakan mencapai puncak dan sudah saat nya tubuh nya mati dan membusuk di pulau tidak berpenghuni.
"Jangan dendam pada ku Oliver, ini karena kau yang mengambil misi ku, setidak nya aku akan menguburkan mu dengan layak bersama kepala rekan mu." Ucap laki laki tersebut dengan suara kunci pistol yang terlepas.
'Ha? Tunggu dulu-'
Dor!
Peluru berukuran satu koma lima centimeter akhir nya menembus kepala Oliver dan membuat nya benar benar meninggal.
Serentak saat peluruh tersebut menempel di kepala nya, Oliver tiba tiba merasakan sakit luar biasa yang bahkan tidak pernah ia bayangkan akan sesakit ini saat menghadapi kematian, seakan sebuah kawat berduri yang masuk kedalam perut nya dan di tarik paksa hingga seluruh organ nya ikut keluar.
"Aku tidak tahu mati di tembak pun akan sesakit ini." Ucap Oliver saat perlahan rasa sakit teraebut menghilang dan ia kembali dapat melihat namun yang tadi melihat kegelapan sekarang malah berganti menjadi putih terang.
"Setidak nya jika ingin memberikan ku penglihatan maka pilih lah api atau surga." Ucap Oliver yang kesal pada dewa.
"Kau terlalu berdosa untuk dapat menyentuh akhirat." Sebuah suara terdengar di kepala Oliver.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments