Salah satu alasan Nayara tidak mau dikenalkan dengan kedua orang tua Rangga, apalagi menikah dalam waktu dekat adalah karena dia ingin menikmati masa mudanya. Masa dimana mencoba menikmati indahnya kehidupan, cinta monyet, tanpa memikirkan rumah tangga. Yang ada dipikiran hanyalah bermain dan mencari pengalaman dalam kehidupan ini.
"I Love You, Beb," ucap Nayara kepada Kevin melalui sambungan telepon.
"I Love You too," balas Kevin diseberang telepon sana.
Dan lagi Nayara sudah jatuh cinta kepada cowok pilihannya yaitu Kevin. Gadis itu merasa sangat beruntung mendapatkan Kevin yang notabennya adalah cowok populer baik di sekolah atau di lingkungan pergaulannya. Banyak sekali cewek-cewek yang mengharapkan cintanya. Justru dengan mudahnya Kevin menyatakan cintanya kepada Nayara hingga akhirnya mereka berpacaran.
"Bagaimana Om Duda kamu sudah datang belum?" tanya Kevin.
"Kalau belum datang aku akan menjemputmu," lanjutnya.
Nayara menoleh kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Namun, Rangga belum juga tiba di apatermennya untuk mengantarkannya ke sekolah.
"Belum nih. Padahal sudah hampir terlambat masuk sekolah," keluh Nayara.
"Oke. Gue jemput ya," tawar Kevin.
"Boleh deh. Aku turun sekarang ya," balas Nayara mulai beranjak dari duduknya.
Gadis yang sudah mengenakan seragam lengkap itu mengambil totebag dan melingkarkannya di bahunya. Segera dia keluar dari apatermen dan tepat saat dia sudah keluar. Disanalah dia menabrak seseorang yang baru saja tiba di depan apatermennya.
"Aw!" teriak Nayara karena seseorang yang menubruknya dengan badan yang lebih besar darinya.
"Maaf Sayang," ucap pria itu yang ternyata adalah Rangga.
"Sayang, aku harus segera berangkat ke sekolah," teriak Nayara saat Rangga menariknya kembali ke dalam apatermen.
"Aku sudah terlambat Sayang."
Waktu sudah beranjak siang, bukannya mengantarkan Nayara ke sekolah. Rangga justru mengajak Nayara kembali masuk ke dalam apatermen. Menyuruh gadis itu duduk di sofa depan televisi dengan Nayara yang terus menggerutu.
"Aku sudah menelepon sekolah kamu untuk meminta izin, karena kau tidak bisa masuk hari ini," ucap Rangga.
"Hah? Kenapa aku enggak masuk? Aku harus masuk Sayang," tolak Nayara.
"Ada ulangan hari ini," lanjutnya hendak beranjak.
Sontak satu tangan Rangga mencegah kepergian Nayara dengan memegang dua tangan gadis tersebut. Rangga mengarahkan tubuh Nayara agar duduk kembali ke tempatnya semula. Akhirnya Nayara menurut saja dengan perintah Rangga, sebenarnya dia takut kalau Rangga marah kepadanya.
"Ada yang ingin aku bicarakan," ucap Rangga dengan napas yang menderu. Tampak sekali pria itu sedang menstabilkan emosinya.
Tak lama Rangga duduk di samping Nayara. Pria itu langsung memijit pelipisnya dengan dua tangannya. Membuat Nayara kembali bertanya-tanya, sedang terjadi apa pada kekasihnya itu.
"Kita harus segera menikah Sayang!" tutur Rangga setelah sekian lama terdiam.
"Sekarang juga kita harus ke rumah untuk bertemu kedua orang tuaku," lanjutnya.
"Kita sudah tidak bisa menunda pernikahan lagi."
"Untuk masalah umur, kita bisa mengambil jalur nikah agama terlebih dahulu."
"Yang penting kau harus bertemu dengan papa dan mama terlebih dahulu."
Bak tersambar petir di pagi hari. Nayara benar-benar terkejut dengan perkataan Rangga itu. Sampai-sampai gadis itu terdiam kaku, tanpa bisa berucap apapun.
"Ayo Sayang kita ke rumah," ajak Rangga memegang kedua tangan Nayara dengan lembut.
"Aku benar-benar sudah tidak dapat menunda lagi," sambungnya.
"Tolonglah aku Sayang. Aku tidak mau berpisah denganmu."
Bagi Rangga, Nayara sudah menjadi separuh hidupnya. Duda satu anak itu sudah mencintai gadis itu seperti mencintai dirinya sendiri. Dia sangat yakin bahwa Nayara adalah jodoh terbaiknya, karena Rangga selalu nyaman saat bersama gadis itu. Hanya Nayara yang bisa memenuhi pikirannya setiap harinya. Dan gadis itu pula yang bisa mencairkan suasana hatinya pasca diselingkuhi oleh mantan istrinya.
"Tidak Sayang ... tidak ..." lirih Nayara dengan menggelengkan kepalanya.
"Aku belum siap untuk ---" ucapan Nayara terjeda.
"Pilihannya hanya kau bertemu orang tuaku sekarang. Atau kita benar-benar berpisah," sahut Rangga cepat.
"Dan aku tidak mau berpisah darimu Sayang," lanjut Rangga seraya bersimpuh di depan Nayara dan mencium tangannya.
Cukup lama pria itu bersimpuh di lutut Nayara. Hingga Nayara merasakan sesuatu yang menetes membasahi lulutnya. Rupanya Rangga menangis karena Nayara yang terus menolak permintaannya.
Nayara sangat kaget dengan itu semua. Bisa-bisanya pria dewasa itu sampai menangis memohon agar dia mau bertemu dengan orang tuanya. Bahkan Nayara tidak percaya dengan apa yang dilakukan Rangga kepadanya.
"Sayang ... jika kau tidak segera ke rumah dan bertemu orang tuaku ..." ucapan Rangga terjeda sejenak.
"Minggu depan aku harus menikah Sayang."
"Aku dijodohkan."
Nayara terperangah kaget mendengar penuturan Rangga yang masih bersimpuh di lututnya. Benarkah apa yang dikatakan kekasihnya itu. Pikirannya langsung menuju kehidupannya kelak jika Rangga benar-benar dijodohkan. Bisa-bisa dia mendadak miskin dan kembali menjadi gembel. Pasti teman-temanya juga menjauhinya.
###
Lalu bagaimana tanggapan Nayara dengan kejadian itu? Apakah akhirnya Nayara mau menuruti permintaan Rangga untuk bertemu kedua orang tuanya. Akankah Nayara luluh? Coba tebak-tebakan dulu deh.
🌱 Halo teman-teman jangan lupa klik favorit, like dan komentar ya. 🌱
Terima kasih sudah mampir di novel aku. Sehat, sukses, dan bahagia selalu 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Yani
nayara wanita matre
2022-03-02
0
Marlina Usmana
nayra orang yang tidak tahu diri
orang yang di tolong tapi jelek akhlaknya.....
2022-02-15
0
Aliem Alief
GK tau diri ya Nayra ya
2022-02-12
0