Apartemen

"Hei bangunlah. Jangan pura-pura tidur!" gertak Rangga membangunkan gadis bernama Nayara itu.

"Cepat bangun dan pergilah dari mobilku!" lanjutnya seraya menggoyangkan badan Bayaran yang tersandar di jok belakang.

Sesuai perkataannya kemarin kalau hari ini gadis itu harus segara pergi dari mobilnya. Karena hari itu adalah hari terakhir Arsen di rawat di rumah sakit. Tidak mungkin kan Nayara terus bersembunyi di dalam mobilnya sampai di rumahnya nanti.

"Hei ... cepatlah jangan membuang-buang waktuku!" kesal Rangga.

"Kau ini tidur atau mati sih!" bentak Rangga dengan suara keras. Namun, gadis itu tidak juga bangun dari tidurnya.

Rangga terus berusaha membangunkan gadis itu. Setalah lama berusaha, namun tidak membuahkan hasil. Akhirnya Rangga panik sendiri takut kalau ternyata gadis itu mati di dalam mobilnya.

"Gila saja kalau mati beneran. Nanti mobilku berhantu," gumamnya bergidik ngeri.

Rangga segera meminta bantuan beberapa perawat untuk membawa gadis itu ke UGD. Setelah dilakukan pemeriksaan rupanya gadis itu masih hidup. Hanya lemas dan akhirnya pingsan karena dehidrasi.

"Pasien hanya dehidrasi, Tuan. Setelah minum, makan, dan istirahat sejenak. Kondisinya akan membaik lagi," terang dokter yang menanganinya.

Dia sangat bingung harus bertanggungjawab atas orang yang tidak dia kenal. Setiap kali meminta Nayara untuk pergi. Pasti gadis itu kembali menangis dan tidak mau pergi.

"Sungguh merepotkan!" gerutu Rangga kesal. Padahal dia harus mengurus anaknya yang masih dirawat di rumah sakit itu.

**

"Aku izinkan kau tinggal di apartemenku selama seminggu. Setelah itu kau harus pergi dari sini," ucap Rangga dengan nada suara dingin.

Akhirnya Rangga membawa Nayara ke apartemen miliknya. Dikarenakan kondisi gadis itu yang belum benar-benar sehat dan tampak masih lemas. Apalagi Nayara terus menggelengkan kepalanya saat ditanya dimana alamat rumahnya.

"Ingat. Setelah maksimal hanya seminggu. Kalau bisa lebih cepat dari itu silahkan kau angkat kaki dari apartemen ini," lanjut Rangga.

"Jangan sekali-kali memegang apa pun yang ada di dalam kamar dan apartemen ini."

"Dan jangan keluar dari apartemen ini tanpa izinku. Aku tidak mau tetangga sekitar sini mengira kau simpananku!"

Nayara yang sedang berbaring di atas ranjang hanya mengangguk-angguk kepalanya. Tidak lama setelah itu Rangga meninggalkan dirinya di apartemen itu sendiri.

Setelah memastikan Rangga benar-benar pergi dari apartemen itu. Nayara pun beranjak dari ranjang, "Oh Ya Tuhan. Mewah banget apartemen milik pria itu."

Nayara melangkahkan kakinya menelusuri setiap ruang yang ada di apartemen yang ditempatinya. Matanya terpukau dengan interior apartemen itu. Maklum saja ini kali pertamanya Nayara menapakkan kakinya di tempat yang terkesan sangat mewah itu.

"Boleh juga ini apartemen," gumam Nayara sembari membayangkan apartemen itu manjadi miliknya.

"Sepertinya enak juga kalau apartemen ini jadi milikku."

Terbesit niat jahat untuk menjadikan apartemen itu menjadi miliknya. Nayara teringat pesan Rangga sebelum pria itu meninggalkannya.

"Simpanan?" gumam Nayara mengingat kata-kata Rangga.

"Ehm ... boleh juga," lanjutnya dengan senyuman jahat.

"Tetapi bagaimana caranya?" lanjutnya bertanya pada dirinya sendiri.

Nayara mulai mengkhayal dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar dan pikirannya memikirkan indahnya kehidupannya saat apartemen itu benar-benar menjadi miliknya.

"Baiklah aku bertekad akan mendapatkan apartemen ini," gumamnya senang.

"Aku yakin bisa memiliki apartemen ini dengan sangat mudah," lanjutnya.

###

Apa yang akan dilakukan Nayara untuk mendapatkan apartemen itu? Apakah gadis itu akan benar-benar nekat?

🌱 Halo teman-teman jangan lupa klik favorit, like dan komentar ya. 🌱

Terima kasih sudah mampir di novel aku. Sehat, sukses, dan bahagia selalu 🤗

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***