Sudah hampir seminggu, Asmi berada di rumah Anto. Dia betah di sana karena ada bayi Bagas. Rasanya dia tak ingin pulang jika tidak ingat akan pekerjaannya di toko Mirna adiknya. Entah mengapa Asmi merasa sayang sekali pada keponakannya yang satu itu.
Bayi Bagas tumbuh dengan lucu dan badannya makin berisi saja. Setiap malam dia selalu menjaga Bagas dengan di temani Hasyeem yang selalu setia menjaga dan melindungi mereka berdua.
Malam ini adalah malam tujuh harinya kematian Inah. Sore tadi Anto dan keluarga yang lain berkumpul mengadakan acara tahlilan untuk mendoakan almarhum Inah.
Malam sudah semakin larut. Namun Asmi masih belum bisa untuk memejamkan matanya. Entah mengapa hatinya menjadi gelisah. Malam ini bayi Bagas tidur di kamar neneknya.
" Aneh, mengapa aku seperti merasakan cemas dan takut, " Asmi bergumam sendiri. Asmi menarik selimut yang berada di bawah kakinya. Udara malam ini terasa sangat dingin hingga dia merasa menggigil kedinginan.
Baru saja Asmi hendak memejamkan matanya, telinganya menangkap sebuah suara. Seperti suara bocah kecil yang berteriak nyaring dan heboh.
" Ada hantu ! ada hantu! ada hantu!"
Asmi bergegas keluar kamar untuk mencari asal suara itu. Anto dan bibinya yang duduk di sofa ruang tamu, menjadi terheran-heran dengan kelakuan Asmi.
" Mas, tadi dengar nggak ada anak kecil yang teriak teriak bilang ada hantu, ada hantu!? " Anto dan bibinya saling berpandangan dan serempak menggelengkan kepala. Asmi bingung, apa dia salah dengar? tapi telinganya rasanya jelas sekali mendengar ada suara anak kecil yang berteriak-teriak ada hantu!
" Asmi dari tadi Mas dan Ibu Mas nggak dengar apapun juga.. " kata Masnya itu dengan raut heran.
" Iya, ibu juga baru keluar dari kamar. nggak ada dengar suara anak kecil yang teriak teriak, " kata bibinya menimpali ucapan Anto.
Asmi semakin bingung.. Apa dia tadi berhalusinasi. Dia lalu teringat Bagas, bergegas dia melangkah ke kamar bibinya. Dilihatnya bayi mungil itu masih tertidur pulas di ranjang bibinya. Asmi menarik nafas lega. Namun baru saja dia akan berbalik ke luar, sekelebat bayangan putih melintas di atas kepalanya terbang ke arah bayi Bagas. Asmi terperanjat dan segera berlari ke arah bayi Bagas yang tertidur di atas ranjang. Di peluknya bayi mungil itu dengan erat. Mata Asmi tak berkedip menatap bayangan putih yang kini perlahan-lahan berubah menjadi sosok Inah.
" Mbak Inah!?... Mau apa Mbak Inah datang lagi ? " Asmi gemetar ketakutan menatap arwah Inah yang kini perlahan-lahan melangkah ke arah mereka dengan tangan terulur.
Semakin dekat, Asmi semakin ketakutan. Dia ingin berteriak memanggil Mas Anto dan bibinya, namun mulutnya seakan terkunci rapat. Kaki Asmi rasanya kaku dan tak bisa di gerakan. udara di tempat itu juga mendadak menjadi dingin seperti es.
Di tengah situasi genting itu, ada bisikan halus yang menggugah kesadarannya.
" Asmi, sadarlah! kamu harus kuat melawan roh jahat itu. Dia bukan Inah. Asmi sadar lah!! " Asmi tersadar dan segera membaca beberapa doa yang dia hapal. Tak lama berselang sosok arwah Inah mundur perlahan.
Entah kekuatan dari mana, Asmi tiba-tiba bisa menggerakkan kakinya. Secepat kilat Asmi berlari ke luar kamar sambil menggendong bayi Bagas. Di ruang tamu Anto dan bibinya terperanjat melihat Asmi yang berlari sambil menggendong bayi Bagas dengan wajah yang pucat pasi dan ketakutan.
" Asmi, ada apa? kenapa mukamu pucat dan tampak ketakutan seperti itu? " Anto bertanya pada Asmi sambil memeluk Asmi yang ketakutan . Bibinya segera mengambil bayi Bagas yang berada dalam dekapan Asmi.
" Ada...ada mbak Inah, Mas! "
" Hah, apa?!!" Anto dan ibunya terperangah tak percaya.
Belum lagi hilang keterkejutan mereka, dari arah kamar Bu Yati, muncul sosok Inah yang berjalan pelan ke arah mereka.
" Inah, apa benar itu kamu? " Anto seakan tak percaya dengan penglihatannya. Ada rasa kerinduan di mata Anto pada almarhum istrinya itu.
Sosok arwah Inah berjalan ke arah Anto dan begitu berada tepat di hadapan Anto, tiba-tiba Inah mengangkat tubuh Anto dan melempar tubuh laki-laki ke dinding. Tak ayal tubuh Anto terlempar membentur dinding dan jatuh ke lantai.
" Akhhh! " Anto menjerit kesakitan dengan tubuh yang terasa remuk. Asmi dan Bu Yati menjerit bersamaan.
" Ya Allah, Anto!! " jerit bu Yati seraya berlari mendekati Anto. di susul Asmi yang juga berlari ke arah Anto.
"Hi.hi.. Hi.., serahkan anakku! " arwah Inah tertawa cekikikan dengan wajah menyeramkan.
" Tidak, kau bukan Inah. Kau hanya iblis yang menjelma menjadi Inah! " kata Asmi yang entah mendapat keberanian dari mana maju menghadang sosok arwah Inah.
"Hi... Hi.... Hi..! rupanya kau mau menentangku , wanita lemah? " tubuh arwah Inah kemudian perlahan-lahan naik ke atas dan lalu melesat terbang ke arah Asmi dan mencengkeram leher wanita itu dengan kuat membuat Asmi menjadi kesulitan bernafas.
" ya Allah, Asmi, tolong! Anto, tolong Asmi! " Bu Yati menjerit-jerit minta tolong melihat Asmi yang hampir mati di cekik oleh arwah Inah.
Anto yang melihat hal itu berjuang sekuat tenaga untuk bangkit.
Dia menubrukkkan tubuhnya ke Asmi sehingga cengkraman arwah Inah menjadi terlepas.
Tubuh Asmi jatuh terkulai ke lantai yang segera di peluk oleh bu Yati. Bu Yati membawa tubuh Asmi ke sudut ruangan bersama bayi Bagas dalam gendongannya. Bayi itu kini mulai menangis akibat suara gaduh dalam ruangan itu.
Tatapan arwah Inah kini terfokus ke arah bayi yang ada dalam gendongan bu Yati. Dia mulai mendekati bu Yati yang kini mulai cemas dan ketakutan. Tubuh bu Yati gemetar sambil memeluk Asmi dan Bagas.
" Serahkan anakku!" bentak arwah Inah sambil mengulurkan tangannya ke arah bu Yati yang menggeleng tak rela jika cucunya harus di serahkan.
Asmi kembali membaca doa memohon kepada Allah agar terbebas dari gangguan roh jahat, yang telah di rasuki oleh iblis.
Arwah Inah menjadi murka karena rasa panas yang menyerangnya. Dia menarik tubuh Asmi dengan kasar dan melemparnya ke atas dengan kekuatan penuh.
" Asmi, ya Allah, Asmi!!! "? Bu
Yati menjerit jerit saat melihat tubuh Asmi melayang ke atas langit langit
rumah dan jatuh kembali ke lantai.
Namun sebelum tubuh Asmi benar-benar menyentuh lantai. Sebuah kekuatan seakan-akan menahan tubuh Asmi hingga tubuh wanita itu mengambang hanya beberapa sentimeter dari lantai. lalu setelah itu perlahan-lahan bergerak melayang menuju sofa di ruang tamu dan terbaring di sana dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"IBLIS JAHANNAM, CUKUP SUDAH KAMU MENGGANGGU KELUARGA INI ! " suara bentakan nyaring membuat arwah Inah mundur beberapa langkah.
" Siapa kamu yang berani mencampuri urusanku!! " suara
Inah tiba-tiba berubah menjadi suara laki-laki. Anto dan Bu Yati terkejut dan saling pandang.
Bluss!! Sesosok tubuh tinggi besar berpakaian ala Timur Tengah muncul di hadapan arwah Inah. Sosok itu tinggi sekali hingga mencapai langit langit rumah. Anto dan Bu Yati menatap takjub ke arah sosok itu.
" Namaku Pangeran Hasyeem. Aku adalah sahabat dari wanita yang sudah kau ganggu itu! " jawab Pangeran Hasyeem santai.
" Hahaha, rupanya ada makhluk jin yang mau ikut campur " suara tawa keluar dari mulut arwah Inah.
" Aku minta kamu pergi sekarang juga atau aku akan mengusir kamu dengan paksa!!!" kata Pangeran Hasyeem lagi masih dengan ekspresi datar.
" Bagaimana jika aku tak mau.?! " jawab arwah Inah. Tiba-tiba wujud arwah Inah berubah menjadi cahaya terang dan kemudian menjelma menjadi sosok kepala yang melayang layang dengan wajah yang menyeramkan dan mulut menyeringai lebar.
Anto dan Bu Yati menjerit kaget ketika melihat penampakan makhluk yang beberapa hari lalu telah menghisap habis darah Inah hingga wanita itu harus meregang nyawa.
" Sudah aku duga. Kamu yang ada di balik semua ini. " kata Pangeran Hasyeem sambil bersiap menghadapi serangan makhluk iblis yang hanya berupa kepala dengan usus yang menjuntai.
" Hahaahaha, bukan urusanmu. kau urus saja wanita lemah yang di sana itu!! " jawab sosok kepala sambil melesat terbang ke luar rumah dengan menembus dinding.
Pangeran Hasyeem tak tinggal diam. Tubuh Pangeran Jin itu berubah menjadi gumpalan asap putih dan melesat mengejar hantu kepala yang kini sudah melesat jauh meninggalkan rumah Anto.
Para warga yang terbangun karena teriakan Bu Yati bergegas mendatangi rumah Anto. Mereka ingin memberikan pertolongan pada keluarga Anto begitu melihat penampakan hantu kepala yang terbang melesat keluar dari rumah Anto. Mereka segera masuk dan mendapati Anto yang terkapar tak berdaya dan Asmi yang tak sadarkan diri.
Sementara itu Pangeran Hasyeem masih mengejar hantu kepala itu yang kini terbang melesat ke arah hutan Larangan. Pangeran tampan itu terus mengikuti arah makhluk itu terbang hingga masuk ke sebuah gua di celah bukit.
Di dalam gua, hantu kepala itu berusaha untuk menyatukan kepala dan raganya. Pangeran Hasyeem yang melihat hal itu berusaha mencegahnya. Dia merebut tubuh tanpa kepala itu dan langsung menancapkan sebilah pedang emas yang berhulu kepala naga, tepat di tengah-tengah lubang lehernya. Sehingga tubuh makhluk itu terbelah menjadi dua.
Makhluk yang hanya tinggal kepala itu menjadi geram. Dia berusaha menyerang Pangeran Hasyeem dengan membabi buta. Pangeran Hasyeem berkelebatan menghindari serangan makhluk itu.
Hasyeem kemudian mengeluarkan Ajian Tapak Petir nya dan menghantam telak pada kepala makhluk itu yang sedang melayang layang di udara. Kepala itu terbakar di udara dan kemudian jatuh ke bumi meninggalkan bau daging yang terbakar.
Pangeran Hasyeem lalu membawa potongan tubuh yang terbelah dua beserta kepala makhluk itu yang kini sudah gosong hangus ke tempat terbuka. Hari sudah hampir menjelang subuh.
Pangeran jin itu berdiri dengan sabar menunggu sampai matahari terbit dan secara perlahan-lahan kepala itu terbakar hingga menjadi abu dan menyisakan hanya potongan tubuh yang kini sudah terbelah menjadi dua.
Setelah selesai, tubuh Pangeran Hasyeem lenyap tak terlihat lagi. Dia pergi meninggalkan tempat itu untuk kembali menemui Asmi. Wanita yang telah menjadi kekasih hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Eti Eti
baru kali ini aku baca cerita horor,
ngeri2 sedep😱😱😱
2023-09-01
0
Julia Setyaningtyas
sampai tegang bacanya
2023-08-27
0
Erni Kusumawati
ya Allah seram juga ya
2023-05-20
0