kesedihan maya

Maya mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang terhuyung kebelakang agar tidak terjatuh, lalu ia berdiri tegak dan bersandar ke dinding rumah itu.

sejenak Maya melamun melihat punggung Suami nya yang mulai menjauh dari pandangan nya.

tega kamu menyakiti aku mas... bahkan ini bukan yang pertama kamu berbuat kasar padaku, kamu berubah mas... kamu tidak lagi peduli dengan kami, bahkan kamu juga tega menyakiti anak-anak kita.

Maya mengusap cairan bening yang membasahi pipinya, ia tidak ingin anaknya melihat kesedihan nya.

entah apa yang akan dilakukan suaminya itu nanti yang pasti ia akan mendapatkan perlakuan yang lebih kasar lagi dari sebelumnya.

mengingat sorot mata suaminya yang begitu marah padanya tadi.

Maya hanya bisa berharap ia selalu diberi kesabaran untuk menjalani rumah tangga nya ini, ia takut jika ia membantah atau melawan perlakuan suaminya.

itu akan berdampak buruk bagi anak-anaknya, mengingat dulu saat ia tidak mau ikut pindah dengan suaminya semua tetangga selalu mencemooh dirinya dan anak-anaknya.

belum lagi biaya sekolah anaknya yang sering menunggak karena suaminya tidak memberikan nafkah sepenuhnya, dengan alasan ia tidak lagi makan dirumah otomatis biaya hidup untuk Maya dan anak-anaknya akan semakin sedikit.

Maya tidak pernah mengeluh, ia tetap menerima berapa pun suaminya itu memberi nafkah.

bahkan Maya juga menerima cucian dan setrikaan untuk menambah biaya hidupnya.

Disaat suaminya mengajak Maya dan anak-anaknya pindah kerumah ini, ia terpaksa melakukan nya karena suaminya meyakinkan Maya, akan mencukupi segala kebutuhan dirinya dan anak-anaknya.

asalkan Maya mau ikut tinggal bersama dirumah istri mudanya itu.

akhirnya disinilah Maya sekarang memang awal ia pindah kerumah ini Maya dan anak-anaknya mendapatkan perhatian dari suaminya itu, bahkan Maya kembali merasakan keutuhan keluarga nya dulu.

Tapi saat rina mulai hamil, sikap suaminya itu pun berubah total terhadap dirinya dan anak-anaknya.

Maya sering melihat bekas kekerasan yang dilakukan oleh rina terhadap Mayra putri sulungnya, namun Mayra selalu menyangkal jika Maya menanyakan nya.

ah... ternyata anakku sudah besar pikir Maya,

karena ia bisa menjaga perasaan ibunya, Maya selalu menangis saat melihat anak-anaknya tidur malam.

Maya bisa menangkap tubuh Mayra yang semakin hari semakin kurus, mungkin itu akibat Mayra memendam perasaan nya.

bahkan tubuh Maya semakin hari juga semakin kurus karena sering mendapatkan perlakuan kasar dan kata-kata cacian dari suami dan madunya itu.

ingin rasanya Maya pergi dari rumah ini yang selalu memberikan luka terhadap dirinya dan anak-anaknya.

tapi ia bingung harus pergi kemana, karena saat ini anak-anaknya sudah sekolah semua, itu pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

'' ibu...'' panggil anak bungsunya itu

Maya tersentak kaget dari lamunannya, ia kembali teringat akan luka Mayra tadi.

'' ah iya sayang...'' sahut nya karena fiko sudah memegangi tangannya, terlihat wajah fiko sangat khawatir

'' ada apa nak... kenapa kamu terlihat cemas begitu'' tanya nya sambil mensejajarkan tinggi nya dengan putranya itu

'' itu bu... kaki kakak berdarah lagi, bahkan perban ibu tadi sudah basah terkena darah kakak'' adu fali

'' astaghfirullah... ayo nak kita lihat kakak''

Maya menegang tangan putra nya itu dan setengah berlari melihat Mayra yang ada dimeja makan.

'' ya ampun kak..., maafkan ibu nak..., ayo kita ke puskesmas agar luka kakak bisa diobati''

'' tapi ibu kan tidak ada uang''

'' jangan pikirkan itu kak, yang penting sekarang kamu harus berobat dulu''

Mayra mengangguk lemah karena darahnya sudah banyak tertumpah hingga wajahnya sudah mulai pucat saat ini.

'' fali kamu ambil kain panjang yang ada dikamar ibu ya nak''

'' baik bu...'' fali berlari menuju kekamar ibunya mengambil kain panjang yang diminta ibunya.

sementara fiko terus menangis melihat kakak nya yang terus mengeluarkan darah.

'' sudah sayang kamu jangan menangis lagi, kita akan bawa kakak berobat ya nak...''

Maya teringat ia bisa mengunakan surat berobat gratis yang diberikan oleh pak RT waktu itu.

mungkin itu bisa ia gunakan untuk mengobati Mayra nanti.

'' sebentar ya kak ibu ambil sesuatu dulu kekamar''

''iya ibu...'' sahut Mayra lemah

fiko kamu jaga kakak sebentar ya nak...''

'' iya bu...''

Maya meninggalkan Mayra dan fiko untuk mengambil kartu berobat nya itu.

'' ibu ini aku sudah menemukan kain panjang yang ibu minta'' sebut fali saat ia melihat ibunya masuk kamar

'' terimakasih nak, sekarang kamu temani kakak ya nak, ibu mau ambil kartu berobat dulu siapa tahu itu bisa dipakai nanti''

'' baiklah ibu'' fali meninggalkan kamar ibunya, namun saat ia melintasi kamar dirinya dan kakaknya itu fali berhenti dan berpikir sejenak.

*hemm... aku dan fiko kan ada sedikit tabungan, aku ambil saja itu untuk berobat kakak agar ibu tidak khawatir lagi, sebagai jaga-jaga jika ibu membutuhkan nanti, fiko pasti tidak akan keberatan jika aku memakai uang tabungan kami untuk biaya berobat kakak.

lain kali aku dan fiko akan menabung lagi untuk membeli mobil remote control itu gumam fali*..

lalu ia memasuki kamar untuk mengambil uang tabungannya yang berada dilemari.

pyar.... fali memecahkan celengan keramik itu lalu mengutip uang yang berserakan dilantai tak lupa fali menghitung dan mengikatnya dengan Keret gelang yang ada ditangannya.

entah kenapa ia hobi sekali memakai karet gelang ditangan itu. hemm rupanya kamu berguna juga ya ucap fali pada karet gelang yang ada ditangannya.

setelah selesai ia langsung berlari lagi keluar kamar untuk menjaga kakaknya.

hah... hah... fali terengah-engah saat sampai didepan kakak dan adiknya itu.

'' ada bang... kenapa kamu berlari seperti itu'' tanya fiko

'' tidak ada apa-apa, aku hanya khawatir dengan kakak makanya aku berlari kemari, ibu mana dek..? apa ibu belum datang kemari?''

'' belum bang, ibu bilang mau ambil kartu berobat.''

sementara Mayra semakin merasa lemah ia tetap menampilkan senyum nya kepada adiknya itu agar kedua adiknya tidak khawatir, dapat Mayra rasakan pandangan nya yang sudah mulai berkunang-kunang saat ini.

'' kak.. kakak masih bisa tahan kan,? sebentar lagi ibu datang sabar ya kak'' ucap fali sambil terus memandangi wajah kakaknya yang mulai pucat.

Mayra hanya mampu mengangguk lemah pada adiknya itu.

'' sayang ayo kita berangkat ibu sudah temukan kartu nya, oh iya fali mana kain panjang tadi nak?'' tanya Maya

'' ini bu'' fali menyerahkan kain panjang itu pada ibunya

Maya membalut kaki Mayra yang basah karena darah dengan tangan gemetar ia membalut kaki anaknya itu, berharap kain panjang itu bisa mengurangi Keluar nya darah dari kaki mayra.

'' tahan sebentar lagi ya kak..., ibu yakin kamu pasti kuat nak...''

Maya terus memberi semangat pada putrinya itu, hatinya sakit melihat keadaan putrinya saat ini, ia selalu berdoa dalam hatinya agar putri nya itu kuat.

Ya Allah kuatkan putri hamba...

beri kesabaran pada kami melewati ujian ini aaamin....

bersambung dulu ya... 😊

berikan dukungan nya ya say...

terimakasih... 💗💗💗

Terpopuler

Comments

Yayuk Handayani

Yayuk Handayani

Lanjut lagi

2022-01-07

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!