Suasana langsung hening, Han mengerakkan kursi rodanya untuk menuju ke kamar. Tirta masih terdiam saat Han mengatakan jika Kristal istrinya.
Dia wanita yang sudah dijual oleh ayahnya sendiri demi harta, wanita yang bermalam dengan Tirta secara hukum istri Alhan.
Mutiara juga kebingungan, dia tidak mengerti apapun. Langsung membantu Han ke kamarnya.
"Semalam aku berada di sini." Muti menyakinkan Han jika dirinya tidak berhubungan dengan Tirta.
Han mengabaikan Mutiara, langsung mengambil tongkat dan berdiri untuk melangkah ke tempat tidur.
Muti langsung memegang tangan Han, tubuhnya langsung terlempar saat didorong secara tiba-tiba.
Kepala Mutiara berdarah, langsung melihat Han yang sudah memejamkan matanya.
Tatapan mata Muti merasakan kasihan melihat Han yang sempurna wajahnya, tapi cacat kakinya.
Satu tangan Han menutup wajahnya, Muti langsung menarik selimut menariknya untuk menghangatkan tubuh Han.
Kursi roda Han dirapikan, ponselnya yang pecah layar di letakan di meja. Perlahan Muti meninggalkan Han yang tidak mengatakan apapun.
Tirta sudah melangkah pergi, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Sekarang hidup Mutiara akan lebih kacau lagi.
"Kristal, apa yang terjadi antara kamu dan pria ugal-ugalan?" Muti melihat tubuh Kristal penuh tanda merah.
"Apa yang Alhan katakan?"
Muti duduk melihat tubuh Kristal, dia tidak memahami Han sama sekali. Dia langsung masuk kamar dan beristirahat, tapi Muti yakin ada kesedihan saat melihat ekspresi Han.
Tangan Muti menyentuh tanda merah yang membuatnya binggung, apa yang menyebabkan tubuh kristal merah semua.
"Ini luka apa? kamu alergi."
Kristal langsung tertawa, Mutiara terlalu polos sampai tidak tahu apapun soal hubungan lelaki dan wanita.
Kris menjelaskan hidup di kota sangat keras, pergaulan juga bebas. Kris salah satu wanita yang memiliki kehidupan bebas, karena dia tidak betah di rumah melihat ulah ibu tirinya.
Tirta lelaki yang sudah merenggut kehormatannya, tapi Kris tidak menyalahkannya karena dia juga dalam keadaan mabuk dan saling menginginkan.
"Oh, kalian berhubungan dan mendapatkan noda ini?" Muti menganggukkan kepalanya, dia sebenarnya tidak begitu paham apa yang Kris jelaskan.
Pintu kamar secara tiba-tiba terbuka, Kristal dan Mutiara langsung tengkurap. Keduanya saling tatap dan kebingungan siapa yang harus muncul.
Kristal langsung berdiri, menatap tajam asisten rumah tangga yang kurang ajar masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu.
Kris menariknya keluar, mendorong dan memperingati jika tidak ada yang boleh masuk ke dalam kamar tanpa izin darinya.
Maid meminta maaf, dia mendengar suara percakapan dan langsung masuk karena takut Kristal terluka.
Pintu kamar ditutup kembali, Kris menguncinya sambil memegang dadanya.
"Muti, lain kali jangan lupa kunci pintu. Kita berdua tidak boleh ketahuan." Kris melihat ke arah balkon kamar.
Mereka berdua harus mencari cara untuk melarikan diri, meskipun resikonya sangat besar jika sampai Alhan tahu.
Mutiara langsung melangkah keluar, meninggalkan Kristal sendirian dan menyiapkan makanan untuk Alhan yang belum juga keluar dari kamarnya.
Pintu kamar Han terbuka, Muti kaget melihat Han sudah mandi keringat, wajahnya merah, bibirnya gemetaran.
"Tuan, bangun tuan." Muti mengusap keringat dari wajah Han, membuka bajunya yang sudah basah keringat.
Suara Han berteriak terdengar, memegang dadanya yang terasa sesak. Mutiara semakin kebingungan, Han menunjuk ke arah laci untuk mengambil obat.
Muti membuka laci, mengeluarkan seluruh obat. Menyerahkan kepada Han dan mengambil air minum.
Perlahan Han mulai tenang, meminta Muti mengambil obat yang menggunakan bahasa asing. Cukup lama Muti mencarinya, mengeja satu-persatu huruf.
Kening Han berkerut memperhatikan, Kristal terkenal dengan kecerdasan, tapi kenapa mencari obat saja kesulitan.
"Yang mana?" Muti menunjukkan dua obat.
"Kamu tidak sekolah ya?" Han merampas obat dan langsung meminumnya.
"Kenapa tuan bisa tahu? aku memang tidak sekolah hanya bisa membaca sedikit." Muti tersenyum, langsung menutup mulutnya melihat Han yang tidak menyimak ucapannya.
Han menghubungi dokter, menceritakan kembali mimpi buruk yang selalu muncul. Meminta dokter datang dan memeriksa kondisinya.
"Kenapa kamu masih ada di sini? keluar." Han melihat makanan yang Kris siapkan.
Muti mengambil makanan, meminta Han mencobanya. Kepala Muti tertunduk mendengar ucapan Han yang menyebutnya ingin meracuni.
Mutiara memakannya di depan Han, dia tidak mengerti banyak jenis masakan yang maid ucapkan. Muti hanya bisa masak makanan seadanya, dan tidak tahu soal makanan orang kota.
"Lihatlah, makanan ini tidak ada racun."
"Aku tidak akan pernah percaya, orang-orang seperti kamu sangat licik." Han menatap sinis melihat Muti makan dengan lahap.
Senyuman Kristal terlihat berbeda, Han tahu siapa Kris yang memiliki sikap keras kepala juga bebas, tidak mungkin dia bisa bersikap baik.
"Curiga boleh, tapi tidak semua orang boleh dicurigai." Muti meminta Han memberikan satu kali kepercayaan kepada seseorang, jangan menilai langsung buruk agar Han bisa memiliki teman.
"Semuanya bisa berubah karena kekuasaan, siapa yang kuat dia akan memiliki teman, bawahan, dukungan." Alhan tahu keluarga Kristal sama seperti kebanyakan orang yang memandang dengan harta.
Mutiara mengangguk-anggukkan kepalanya, cara pikir Han tidak ada yang salah, Daddy Kristal bahkan rela menjual anaknya sendiri kepada lelaki yang kejam.
"Kenapa Tuan menikah? apa demi kekuasaan?"
"Apa kamu pikir aku membutuhkan cinta? aku tidak perduli soal kamu, sekalipun kamu tidur dengan Tirta. Aku menikahi kamu bukan untuk memiliki, tapi untuk dipergunakan saat yang tepat." Han tersenyum sinis, memegang dagu Muti lalu mencengkram rahangnya.
Mutiara tersenyum, langsung mengejek Han jika dia cemburu dengan pria ugal-ugalan yang kebut-kebutan di jalanan.
"Kenapa kamu tertawa? apa aku bagi kamu lelucon?"
"Tidak, tuan terlihat aneh. Kata orang benci tandanya suka, mungkin Tuan mencintai Kristal, tapi tidak ingin mengakuinya." Muti tersenyum merapikan obat-obatan.
Tatapan Han tajam, menarik tangan Mutiara yang kukunya terlihat polos, sedangkan biasanya Kristal selalu menggunakan cat kuku.
"Kenapa kamu tidak menggunakan cat kuku?"
"Cat kuku?" Muti menggelengkan kepalanya, dia tidak pernah mewarnai kukunya.
Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran Han, dokter datang dan langsung menyapa Alhan.
Mutiara mempersilahkan dokter untuk memeriksa, Han tidak sempat bicara. Mutiara mulutnya sangat lancar menjelaskan kondisi Han yang menggigil, berkeringat juga wajahnya pucat.
Saat terbangun Han secara tiba-tiba sesak dan langsung minum obat. Muti menjelaskan semuanya, dokter tersenyum langsung mengecek keadaan Han.
Dokter menjelaskan kondisi Han yang harus melakukan pemeriksaan detail ke rumah sakit, sejak kecelakaan dan mengalami kelumpuhan satu kakinya Han sering sakit dan kondisi tubuhnya selalu menurun.
Han menolak untuk melakukan pengobatan, dirinya baru saja mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak akan membiarkan ibunya Tirta menggunakan kesempatan untuk menjatuhkan posisinya.
"Kenapa Tuan lebih mementingkan harta daripada kesehatan?"
"Apa bedanya sama kamu yang lebih pilih menghamburkan uang daripada bekerja?" Han menatap tajam Mutiara yang menggaruk kepalanya.
***
Jangan lupa like coment Dan tambah favorit
vote hadiahnya ya ditunggu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R◇Adist
adewww g Sabr laut Han tau klo muti itu kembran kristal
2022-02-28
0
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
ahlan ga liatin lehernya jg ???? knpa tdi kris ada bnyak jejaknya .. muti kn ga da ... yg diliat kukunya doank ...
2022-02-12
0
new07
semangat authornya..lanjut
2022-02-09
0