Di luar, tepatnya di parkiran Apartemen Amelia celingukan mencari alamat apartemen Smith, pria yang baru dua hari ini menjadikan nya simpanan.
"Nona?" Panggil suara yang terdengar familiar, dan itu asisten Roy yang kebetulan akan naik kembali setelah mengantarkan dokter.
"Ehh pak, saya kebingungan mencari apartemen nya." Ucap Amelia sambil cengengesan.
"Mari, saya antarkan.." Amelia mengekor di belakang pria yang tinggi menjulang dengan tubuh tegap nya, sekilas pandang saja orang bisa tau kalau bos dan asisten nya adalah pria penggila olahraga.
Tingg...
Bunyi lift yang berhenti di lantai yang kedua orang itu tuju.
"Mari Nona.." Amelia menganggukan kepala nya dan kembali berjalan pelan di belakang Asisten Roy.
Roy membuka kunci dengan acces card yang Smith berikan padanya, hanya dia satu-satunya yang di beri izin keluar masuk Apartemen karena dia adalah asisten pribadi nya.
Roy membawa Amelia menaiki tangga menuju kamar atasan nya, membuka pintu itu secara perlahan. Disana terlihat pria yang biasa nya terlihat gagah itu terbaring lemah.
"Bagaimana keadaan nya sekarang, Pak?"
"Sudah mendingan Nona, demam nya tidak setinggi tadi pagi." Jawab Roy datar.
"Apa sudah di periksa?"
"Sudah Nona, saya permisi dulu sebentar untuk menebus obat dari resep dokter nya, tolong temani Tuan Smith selama saya pergi. Saya juga harus menghandle beberapa pekerjaan dan meeting di kantor." Jelas Roy.
"Baik pak, hati-hati di jalan." Ucap Amelia dengan senyum manis nya membuat Roy salah tingkah.
Dari awal dia bertemu dengan Amelia, senyum manis gadis itu membuat nya tertarik, mungkin itu juga yang membuat Tuan nya tertarik juga pada gadis manis di depan nya ini.
"Saya pergi dulu, jika ingin makan. Ada di kulkas lantai bawah." Ucap Roy lalu pergi meninggalkan Amelia di kamar tuan nya.
Amelia meletakan tas slempang nya di meja nakas dekat ranjang, dia mengusap wajah pria itu dengan lembut.
"Ameliaa.." Gumam nya lirih.
"Astaga, ternyata benar apa yang di katakan pak Roy kalau tuan Smith memanggil nama ku dalam tidur nya. Ada apa sebenarnya ini?" Batin Amelia.
"Tak mungkin kan orang setampan dan berpengaruh ini jatuh cinta pada gadis miskin seperti ku kan? Mustahil." Gumam Amelia.
"Amelia, kamu disini?"
"Ya tuan, saya disini. Bukankah tuan meminta pak Roy untuk menyuruh saya datang?" Balik tanya Amelia.
"Kemarilah, Mell." Amelia mengangguk dan duduk di sisi ranjang, Smith mengambil tangan nya dan meletakan nya di kepala.
"Aku demam, kepala ku sakit. Bisa pijatkan?" Pinta Smith.
"Duduk disini, aku ingin tiduran di paha mu." Lagi-lagi, Amelia hanya menurut dan duduk di samping Smith.
Smith bergeser dan segera merebahkan kepala nya di paha Amelia, kepala nya bersembunyi di perut datar Amelia.
"Agak kencengan dong, kok lemes banget."
Amelia tak mau menjawab apapun, dia hanya menurut dan memperkuat pijatan nya.
"Aahhsss, pelan-pelan dong. Kau mau membunuhku ya?"
"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja." Ucap Amelia.
"Lanjutkan,"
Smith begitu menikmati pijatan Amelia, meski sesekali mulut nya akan bergumam hal yang tak jelas, tapi kelamaan pria itu tertidur dengan memeluk perut Amelia.
....
Sore hari nya, pukul lima sore. Roy kembali ke apartemen tuan nya dengan sekantong obat yang baru saja dia tebus dari apotik langganan tuan nya.
Roy membuka pintu nya perlahan, takut-takut kalau tuan nya sedang melakukan hal yang tak senonoh seperti dirinya yang pernah terciduk oleh Amelia pagi itu, ahh mengingat hal itu membuat nya malu setengah mati.
Ceklek..
Roy membulatkan mata nya saat melihat Smith tengah tidur di paha Amelia, seperti nya wajah nya tersuru ke perut gadis itu, tangan nya juga terlihat melingkar di pinggang ramping gadis itu.
"Pak Roy, sudah pulang?"
"Saya kesini untuk mengantarkan obat dari apotik, tolong ingatkan Tuan Smith untuk memakan obat nya tepat waktu. Tuan Smith sangat sulit jika di suruh memakan obat." Jelas Roy, dia sangat tau bagaimana kebiasaan Tuan nya itu.
"Baik pak, terimakasih."
"Saya permisi dulu, saya sudah membeli makanan untuk anda dan Tuan Smith. Segera makan sebelum dingin." Ucap Roy, Amelia hanya menganggukan kepala nya mengiyakan ucapan Roy.
Roy keluar dengan wajah murung nya, sudah tak ada harapan lagi bagi dirinya untuk bersama Amelia. Jangan kan bisa bersama gadis itu, menyukai nya saja dia takkan berhak. Apalagi saingan nya bos sendiri, jadi mau atau tidak mau dia harus menyerah sebelum memulai peperangan.
"Semoga anda yang bisa membuat Tuan Smith bahagia.." Gumam Roy, menyunggingkan senyum kecut nya lalu melangkah pergi ke rumah nya sendiri. Dia memang punya apartemen di gedung ini, tapi dia tak mau tinggal disini, dia masih nyaman tinggal di rumah nya.
...
Sith menggeliat saat mendengar bunyi perut Amelia yang keras.
"Aduhh waktu yang tidak tepat, memalukan sekali kau perut.." Batin Amelia, dia menepuk perut nya pelan.
"Kamu belum makan?" Amel hanya cengengesan dan menggaruk tengkuk nya yang terasa gatal, apalagi pandangan mata pria itu begitu lekat padanya.
"Ayo makan dulu sayang.."
"Sayang? Ya ampun jantung ku jedag jedug Tuan Smith.." Batin Amelia lagi.
"Saya akan makan kalau tuan juga makan, lalu minum obat nya."
"Obat? Aku tak mau.." Ucap Smith, kembali memeluk tubuh mungil Amelia.
"Tapi aku lapar tuan." Keluh Amelia, dia memegangi perut nya dan memasang wajah menggemaskan nya.
Cup..
Amelia mematung saat bibir Smith menempel di bibir nya, bahkan sedikit melumaat nya.
"Siapa suruh pasang muka lucu gitu, aku gemes. Ayo makan, tapi suapin.." Amelia menganggukan kepala nya, dia bangkit dari posisi nya dan mengambil makanan dari dalam kotak yang tadi di bawa Roy.
Amelia menyuapi Smith dengan telaten, pria itu beberapa kali curi-curi pandang pada Amelia yang mengurus nya dengan baik.
Selesai makan, Amelia kembali membujuk Smith yang tak mau makan obat.
"Tuan harus makan obat, biar cepat sembuh."
"Obat itu pait.." Jawab Smith, dia memalingkan wajah nya ke samping.
"Minum obat atau saya pulang?" Ancam Amelia.
"Kamu berani mengancam ku, Amelia?"
"Maafkan saya tuan.." Ucap Amelia.
"Sebenarnya ada satu cara, tapi apa kamu mau?"
"Bagaimana cara nya tuan?" Tanya Amelia polos.
Smith mengambil obat dari tangan Amelia, dan memaksa Amelia untuk memakan nya.
Amelia hanya pasrah dan memakan nya tapi tak menelan nya, kening Amelia berkerut menahan rasa pahit.
Saat itulah Smith memakan habis obat itu dari mulut Amelia melalui ciuman dalam nya.
"Pait sekali tuan.." Ucap Amelia, dia segera minum air yang tersedia di gelas.
"Aku kan sudah bilang obat itu pait, tapi kalo lewat mulut mu pait nya berkurang."
"Tuan gombal.." Ucap Amelia.
"Mandiin saya." Amelia membulatkan mata nya, melihat paha Smith saja tempo hari nya membuat nya panas dingin, apalagi ini di suruh memandikan pria yang notabene nya incaran seluruh wanita di dunia?
"K-kenapa harus saya tuan? Mandi sendiri ya, nanti saya yang menyiapkan pakaian ganti nya."
"Kamu mencoba menghindari tugas mu sebagai simpanan, Amelia?" Tanya Smith datar.
Amelia meneguk ludah nya dengan kepayahan, dia sangat terintimidasi dengan tatapan tajam pria itu.
"B-baiklah tuan.." Ucap Amelia pasrah.
Smith berjalan mendahului Amelia yang masih duduk di tempat nya, dia malas sebenarnya tapi mau bagaimana lagi.
"Cepatlah, jangan bermalas-malasan dalam melayani ku." Ucap Smith membuat Amelia segera berjalan cepat mengikuti pria itu ke kamar mandi.
Di dalam sana terdapat bath up besar, bilik shower dengan kaca transparan.
"Kamar mandi orang kaya, gede buanget.." Gumam Amelia.
"Baru kali ini liat kamar mandi kayak gini ya Mel, udahan bengong nya." Suara bariton tegas yang membuyarkan lamunan nya.
Tapi setelah sadar, dia malah terkejut setengah mati saat melihat penampilan pria di depan nya. Dari kapan pria itu membuka pakaian nya? Apa ini, hanya menggunakan celana boxer saja?
Ternyata Smith juga mempunyai tatto yang memenuhi sebelah lengan nya hingga ke jari nya, itu membuat Amelia malah tambah melotot saja. Sungguh demi apapun, Smith terlihat sangat keren di mata Amelia, belum lagi jejeran roti sobek yang terpampang nyata dan sangat menggoda untuk di sentuh. Sungguh pemandangan indah di sore hari, dia beruntung bisa melihat tubuh asli Smith yang biasa nya tertutup rapat dengan setelan jas nya.
"Berani memelototi ku, Amelia? Tunggu apalagi, cepatlah aku kedinginan."
"Tuan kedinginan, aku kepanasan." Gumam Amelia.
"Kau mengatakan sesuatu?"
"T-tidak tuan, mari saya mandikan.." Ucap Amelia dengan senyum yang di paksakan.
....
🌻🌻🌻
jangan lupa jejak, like,komen,vote, hadiah, follow akun author juga ya☺️ Happy reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Yuliani Dwiyektikawati
🤭🤭🤭🤭
2023-05-22
1
Rahmawaty❣️
Kn km udh ada cwe roy yg keciduk itu😂
2023-05-10
1
sandi
bayanginnya org eropa w🤣🤣
2022-05-16
1