Part 19

Dua hari setelah Lea mengetahui bahwa Perusahaan Richard sedang mengalami masalah, ia pun memutuskan untuk kembali ke Paris. Lea ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kondisi keluarganya.

"Janji kau akan kembali ke Jakarta?" tanya Alana.

"Kau itu aneh sekali menyuruhku berjanji pulang ke Jakarta, kenapa? Kau pasti merasa kesepian jika aku tidak ada?" Lea menaik turunkan kedua alisnya.

"Ck, aku ini bukan merasa kesepian jika kau tidak ada, tapi aku itu butuh dirimu sebagai pelayanan ku."

"Sialan kau!" Umpat Lea sembari memukul Alana menggunakan tas nya.

"Loh memang benarkan? Ingat perjanjian kita bahwa selama satu bulan kau menjadi pelayan ku, dan selama kau ada di Paris aku tidak akan menghitungnya."

"Oh my God, kau itu kejam sekali Al. Kau berubah tidak berperikemanusiaan semenjak berpisah dengan calon suami mu." Sindir Lea dengan ketus.

"Sialan kau!" Kini gantian Alana yang mengumpat Lea, membuat kedua wanita itu tertawa bersamaan lalu saling berpelukan.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih enam belas jam Lea pun sampai di mansion nya. Dan setelah melepas rasa rindu terhadap Mom Lily, Lea memutuskan pergi menemui Lou dan Lio yang saat ini tengah berada di perusahaan Richard.

"Lea kau ada di sini? Kenapa tidak memberitahu kami kau akan pulang?" tanya Lou yang begitu terkejut saat melihat kedatangan saudara kembarnya.

"Ya, sejak kapan kau ada di Paris?" Lio yang juga terkejut melihat kedatangan adiknya sampai memeluk Lea dengan sangat erat.

"Sejak dua jam yang lalu." Lea membalas pelukan Lio lalu berganti memeluk Lou. "Jadi bisa kalian jelaskan kenapa perusahaan keluarga kita mengalami kesulitan?" tanya Lea tanpa ingin berbasa-basi dengan kedua saudara kembarnya. Karena Lea merasa kecewa pada Lou dan Lio yang menyembunyikan semua permasalahan keluarga mereka.

Lio dan Lou saling menatap lalu menceritakan semuanya pada Lea, menjelaskan secara singkat tentang kondisi yang dialami perusahaan keluarga mereka. Dan satu-satunya jalan untuk menstabilkan perusahaan mereka adalah mencari investor, namun bukan sembarang investor karena dana yang mereka butuhkan sangat banyak.

Setelah mendengarkan semua penjelasan dari Lio dan Lou, Lea pun memutuskan untuk pulang. Tapi bukannya kembali ke mansion, ia justru mengendarai mobilnya ke hotel milik Bara, hotel tempat dimana ia dulu bekerja.

"Kenapa aku ke tempat ini?" Lea menghela napasnya sembari menatap sekitarnya, sungguh ia merindukan bangunan tersebut di mana banyak kenangan dirinya bersama Bara, terutama di ruang kerja si brengsek itu. "Tidak ada salahnya aku masuk, lagi pula Bara pasti masih ada di Jakarta." Gumamnya. Ia pun memutuskan berjalan masuk ke dalam hotel hanya untuk melihat seperti apa ruang kerja milik Bara saat ini.

Dan setelah mendapat ijin dari orang yang berjaga di ruang kerja milik Bara Klopper, Lea pun segera masuk ke dalam ruangan tersebut sembari menatap ke sekelilingnya, ruangan itu ternyata tidak berubah sama sekali masih sama saat terkahir kali ia menginjakkan kakinya di tempat tersebut. Namun ada satu pemandangan yang membuatnya begitu terkejut, yaitu sebuah foto yang terpajang di meja kerja milik Bara. Bukan foto pernikahan pria itu dengan Arneta, melainkan foto dirinya yang entah kapan pria itu mengambilnya.

"Foto itu yang selalu menemani di saat aku merindukanmu."

Deg.

Lea menatap kebelakang dan melihat sang pemilik ruangan tengah berjalan kearahnya

"Ba-Bara!"

"Sudah aku katakan bukan? Kau yang akan datang mencariku." Bara berhenti tepat di depan wanitanya, menatap lekat wajah cantik itu dengan senyum tipis dibibirnya.