Berharap Perasaan Sesaat

"Lu mau nginep gak di rumah gue?" Reno menawarkan Gibran untuk menginap di rumah kecilnya. Kebetulan Gibran mengantar Reno pulang malam ini.

"Lain kali aja, No."

"Tapi rumah gue masih kecil, bro." Reno memang berbeda dengan Gibran dan Bram, dia bukan dari kalangan berada.

"No problem, gue gak pernah mempermasalahkan itu, yang penting lu idup bro."

"Dasar lu!"

"Sebenarnya gue naksir seorang cewek, makanya gue gak pernah pacaran." Reno mencoba curhat dengan teman lamanya itu, mereka masih berada di dalam mobil.

"Lu tinggal tembak aja, apa susahnya sih!"

"Buat lu gampang, buat gue kagak. Hmm... ngaku lu, lu pernah tidurin berapa cewek?"

Gibran menggeleng, "Sebrengsek-brengseknya gue, gue gak berani nidurin cewek,"

Reno memelototkan matanya, "Wah serius lu?"

"Gue cuma iseng aja, buat seru-seruan, apalagi di Amerika gue jauh dari keluarga, senang aja gitu banyak yang perhatian sama gue."

"Tapi tanpa lu sadari, lu udah nyakitin mereka, bro!"

Gibran tak menggubris perkataan Reno, dia melihat jam tangan, "Sudah jam sebelas, gue pulang dulu ya."

Reno mengangguk dan segera keluar dari mobil Gibran. Gibran pun segera melajukan mobilnya, sementara Reno sedang memperhatikan sebuah rumah, rumah itu adalah rumah cewek yang ditaksir Reno.

Setelah tiba di rumah, Gibran memutuskan untuk membaca berkas-berkas kembali yang masih menumpuk di atas meja di ruang kerja ayahnya.

Bagaimanapun juga besok dia harus belajar jadi seorang Ceo, dia gak boleh merusak reputasi perusahaan yang sudah dibesarkan oleh ayah dan ibunya itu.

TVC Media adalah perusahaan yang bergerak dibidang periklanan, dan termasuk salah satu perusahaan terbesar di negara ini.

Dia membaca satu persatu sambil menguap, "Huammm!" dia menutup mulutnya.

Gibran jadi teringat dengan ucapan kedua temannya itu yang mengatakan bahwa Gibran itu naksir kakak iparnya.

Gibran menggeleng-menggelengkan kepala, "Ah gak mungkin, gak mungkin, mana mungkin gue naksir tuh cewek."

Gibran segera memfokuskan dirinya untuk membaca berkas-bekas itu kembali, walaupun harus bergulat melawan dengan rasa kantuknya itu.

Paginya...

Keluarga Pak Reza selalu menyempatkan untuk makan pagi bersama, Ghea memang suka sekali memasak, dia tiap pagi membantu Bi Sarti memasak di dapur, dan ikut menyajikan semua makanan di meja makan.

Gibran memperhatikan Ghea yang sedang menyajikan berbagai lauk pauk dan nasi di atas meja makan beserta minumannya. Dia rasa Ghea tidak seharusnya melakuan semua itu walaupun dia berasal dari panti asuhan tapi tidak seharusnya dia merendahkan diri seperti itu, tapi Gibran tidak mau mempermasalahkan semua itu.

Ghea duduk di samping suaminya, "Aku sengaja memasak tuna asam manis kesukaan mas Romi,"

Romi tersenyum tipis, "Terimakasih ya, sayang." Dia membelai rambut Ghea.

Romi memang ingin selalu terlihat jadi suami yang baik di dekat ayahnya. Entah kenapa Gibran tak suka melihat pemandangan itu, dia tidak bisa menafsirkan perasaannya mengapa seperti itu.

Setelah selesai makan, Romi berangkat bareng dengan sang istri, sementara Gibran berangkat sendirian. Dia menatapi mobil yang melanju di depannya itu.

"Come on Gibran, lu sadar dong. Masa lu naksir kakak ipar lu? Gak mungkin, gue pasti salah." Gibran tak ingin mengakui perasaannya,berharap perasaan ini hanya sesaat.

"Ya gue cuma suka sesaat aja sama kayak ke cewek-cewek lainnya, pasti perasaan ini hilang lagi nanti juga."

...****************...

...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...

...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat! ...

...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya. ...

...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya! ...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***