Keesokan paginya, Jef sudah bangun terlebih dulu. Sedangkan Rich, masih larut dalam mimpinya. Jef segera mengambil handuk dan bergegas keluar kamar.
Ketika hendak menuju kamar mandi, Bu Lilis menyapa Jef sambil membuatkan sarapan.
"Eh Pak Bos, sudah bangun?" Ucap Bu Lilis.
"Iya Bu, ini mau langsung mandi." Jawab Jef.
"Kalau begitu nanti langsung ke depan saja, ya? kita sarapan bersama." ucap Bu Lilis.
"Baik Bu, Nanti setelah selesai mandi saya langsung ke depan. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, karena kalian mau menerima kami sementara disini." sambil tersenyum Jef menjawab Bu Lilis. lalu berjalan menuju kamar mandi dan Bu Lilis melanjutkan pekerjaannya didapur.
Setelah selesai mandi, Jef masuk kembali kedalam kamar, Untuk mengganti pakaiannya. Tiba-tiba terdengar Rich berteriak memanggil pembantunya.
"Bi Parti.. Bi Parti"
Jef segera menghampiri Rich dan perlahan menutup mulutnya. lalu berbisik kepadanya.
"Hai Rich, kenapa lu harus teriak. Lu kira kita sedang dirumah, kita ini sekarang ada dirumah si Asep, tahu enggak sih lu."
"Oh no Im forget ,Jef. Sorry gua masih belum sadar betul." sahut Rich.
"Iya udah, mending lu sekarang mandi, terus kita keruang tamu untuk sarapan.Tuh Bu Lilis udah siapkan semuanya." Ucap Jef.
"Oke deh kalau begitu, gua mandi dulu, ya." Jawab Rich.
Rich pun segera beranjak dari kasur. Untuk bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi dia segera menuju kamar untuk mengganti pakaiannya. Lalu menyusul Jef yang sedari tadi telah terlebih dulu menuju ruang tamu.
"Sini Pak Bos, kita sarapan bersama?" Ucap Pak Nandang.
"Baik pak, terima kasih." Jawab Rich, sambil melihat menu yang telah tersedia. Dengan penuh heran dia hanya duduk terdiam.
"Kenapa? lu malah diam bukannya langsung sarapan." sahut Jef.
"Iya Pak Bos, Silahkan ambil nasi gorengnya. Jangan lupa diminum teh hangatnya." ucap Bu Lilis.
Dengan berat hati, Rich terpaksa mengambil nasi goreng tersebut. Lalu memakannya secara perlahan. Baru suapan pertama masuk kedalam mulutnya. Ia malah melanjutkan suapan kedua, ketiga dan seterusnya dengan lahap. Hingga membuat Jef merasa keheranan. Jarang sekali Jef melihat Rich selahap itu. Setahu Jef, Rich jarang sekali menghabiskan sarapannya.
"Pak, Bu, kalau boleh saya ingin tambah nasi goreng ini. karena buatan Ibu sungguh lezat." Ucap Rich.
"Oh silahkan pak Bos, Dengan senang hati saya mempersilahkan. Justru saya malah bersyukur, jika Bapak menyukai masakan ini." Jawab Bu Lilis.
"Makanya, kalau makan itu jangan kelamaan mikir.Bisa jadi yang lu anggap biasa aja. Justru luar biasa, hahahaha." Canda Jef pada Rich.
"Hehehehe, ya Jef, lain kali gua gak bakalan pakai mikir lagi, tapi langsung gua lahap." Jawab Rich. Mereka pun tertawa bersama mendengar apa yang dikatakan Rich.
Setelah sarapan dan berbincang-bincang seadanya. Pak Nandang mohon pamit pada mereka, karena akan kepasar. Untuk belanja bahan dagangan yang akan dijual nanti siang. entah ada angin apa. Tiba-tiba Rich berkata kepada pak Nandang.
"Pak, kalau boleh saya mau ikut kepasar, ya. Agar tahu situasi ditempat ini."
"Pak Bos yakin mau ikut kepasar? nanti Pak Bos malah kecewa." sahut pak Nandang.
"Iya, tumben banget lu mau kepasar. biasanya jalan ke Mall kecil aja lu alergi, hahahaha." ledek Jef kepada Rich.
"Apaan sih lu Jef, gua serius mau ikut kepasar! bukannya main-main." ucap Rich.
"Iya, gua heran aja mendengar pemilik Sugondo Corporation mau masuk pasar." jawab Jef masih dalam candanya.
"Memang kecewa kenapa, Pak Nandang?" tanya Rich penuh penasaran.
"Dipasar itu pasti becek Pak Bos, karena akhir-akhir ini kan hujan turun terus. Saya takut, nanti kaki pak Bos yang bersih akan kotor" jawab pak Nandang.
"Tenang saja pak, sewaktu kecil saya sering diajak kepasar, oleh pengasuh saya. Jadi sedikit banyaknya, saya tahu keadaan dipasar itu seperti apa? itupun jika Bapak tidak keberatan mengajak saya"
"Wah.. saya justru senang Pak Bos mau ikut. masa saya harus keberatan ditemani oleh Bapak." Jawab pak Nandang.
"Oh iya pak! Kalau bisa, jangan panggil saya pak Bos lagi. Panggil saja, saya Richard atau Rich juga boleh. Agar terlihat akrab dan tidak ada jarak diantara kita." pinta Rich pada pak Nandang.
"Haduh.. saya tidak berani pak! Saya takut, Asep akan marah pada saya. Jika tahu saya memanggil Bos nya, Dengan namanya saja" jawab pak Asep dengan penuh ketakutan.
"Sudah.. tidak apa-apa pak! Nanti urusan Asep biar Jef yang memberi pengertian, iya kan Jef."
"Iya pak, tenang saja, nanti saya yang beritahu Asep. kalau bisa Bapak dan Ibu juga panggil saya Jef saja, ya. Agar apa yang kita rencanakan tidak berantakan. Bukankah Asep sudah memberitahu Bapak. kalau kami disini sebagai keponakan Bapak. Jadi kita mainkan peran itu dengan sungguh-sungguh. Agar terlihat alami dan tidak dibuat-buat." Jawab Jef, dengan sedikit memberi pengertian terhadap mereka.
"Baiklah, saya sih menurut saja. kalau begitu, hayu Pak Bos kita berangkat" ajak pak Nandang kepada Rich.
"Loh kok masih panggil Bapak!" Tegur Rich ke pak Nandang.
"Maaf saya lupa! Maksud saya Richard." Jawab pak Nandang sambil cengengesan.
"Nah gitu dong Pak-kan terdengar cukup akrab. Oh iya pak, sampai lupa nih. Agar tidak ketahuan orang disini. Saya panggil Bapak apa, ya?" Tanya Rich meminta kepastian.
"Panggil saja, saya mang Nandang dan ibu bisa juga dipanggil, Bibi Lilis."
"Emangnya Mang dan bibi itu apa disini? Setahu saya. Bibi itu di lingkungan kami, adalah panggilan terhadap seorang asisten rumah tangga, atau sama saja pembantu pak " Rich mengajukan pertanyaan kembali.
"Disini, orang memanggil adik ayah atau adik ibu dengan sebutan mamang, yang artinya adalah paman. Kalau bibi itu artinya Tante chard." pak Nandang mencoba memberi penjelasan kepada Richard.
"Oh begitu Pak. Baiklah, akhirnya saya jadi tahu dan mulai sekarang saya akan memanggil kalian dengan sebutan Mamang dan Bibi, ya." sahut Richard.
Setelah panjang lebar berbicara. Pak Nandang dan Rich-pun berangkat kepasar. Sedangkan Jef, menemani Bu Lilis membersihkan rumah.
Akhirnya mereka berdua berjalan kaki menyusuri gang. Pak Nandang-pun menghentikan sebuah angkot (Angkutan kota). Lalu mengajak Rich masuk untuk duduk.
Sepanjang perjalanan. Pak Nandang begitu bangga kepada Rich. Terlihat jelas, Rich tidak mengeluh sedikitpun. Padahal keringat di sekujur tubuhnya mulai bercucuran. Sehingga membuat pak Nandang tidak tega dibuatnya.
Tapi mau apalagi. Memang keadaannya demikian. Dari pada banyak bicara, takut membuat Rich jadi tidak enak hati. Lebih baik diam, ucap pak Nandang dalam hatinya.
Akhirnya mereka pun sampai dipasar dan hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit saja. Pak Nandang mengajak Rich untuk Turun. Lalu mereka melanjutkan perjalanan kedalam pasar. Untuk belanja kebutuhan dagangannya.
Tempat demi tempat disambangi oleh mereka, Dirasa sudah komplit belanjaannya. Mereka-pun segera beranjak pulang.
Didalam angkot menuju arah pulang, mereka bertemu dengan tetangga pak Nandang. Yang bernama Bu Romlah. Ternyata Bu Romlah tidak sendiri, dia bersama Cicih anak perempuan nya.
Pak Nandang-pun mulai mengenalkan mereka satu sama lain. Pak Nandang bilang pada mereka. Jika Rich adalah keponakannya yang baru datang dari kampungnya, di Tasik Malaya sana.
Bu Romlah dan anaknya percaya dengan perkataan pak Nandang. Sampai anaknya yang bernama Cicih, selalu mencuri pandang kepada Rich.
Namun seperti biasa, Rich tidak menghiraukannya. Tapi untuk menghormati pak Nandang, Rich sedikitnya mau berbasa-basi mengajak mereka berbicara. Hingga tak terasa mereka telah sampai di gang, arah rumah Pak Nandang.
Merekapun turun semua dari angkot dan berjalan beriringan. ikarena rumah mereka kebetulan sekali satu arah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments