Sakti belum juga menyudahi aksinya. Ia masih intens menciumi Fanya dengan ******* gemas. Terlebih Fanya seakan memberi ruang untuknya dengan ikut membalas ******* itu.
TOK TOK TOK. Pintu diketuk. Sakti menyudahi permainannya. Ada raut kesal di wajahnya. Saat pintu dibuka, Mamanya langsung menerobos masuk ke dalam kamarnya. Mama langsung duduk di tepi ranjang. Sesaat merapikan anak rambut di wajah Fanya.
"Tau nggak Sakti, dari dulu Mama selalu menginginkan anak perempuan. Tapi takdir tak pernah berpihak pada Mama. Setelah melahirkanmu, Mama harus menjalani operasi pengangkatan rahim. Yah, karena insiden kecelakaan tabrak lari." Sakti meremas lembut tangan Mamanya.
"Papamu yang saat itu syok dengan apa yang Mama alami, rela tidak menuntut kehadiran buah hati lagi selain kamu. Dia selalu meyakinkan Mama bahwa meski hanya memiliki seorang anak laki-laki, nantinya akan datang seorang anak perempuan. Yah, Mama rasa maksud Papamu ini. Akan ada seorang gadis cantik datang padamu." diangguki oleh Sakti.
"Apa tidak sebaiknya kita panggil dokter? Kasian gadis ini."
"Tidak perlu Ma. Biarkan saja dia beristirahat sejenak. Sakti yakin dia hanya terlalu lelah menjalani kehidupannya. Oh iya, apa Mama perlu karyawan di butik Mama?"
"Belum butuh banget sih. Tapi nggak ada salahnya kalo nambah karyawan baru. Kenapa Sayang?"
"Boleh nggak kalo gadis ini bekerja di tempat Mama? Mama jangan khawatir, dia lulusan Sarjana kok. Dia cukup pintar dan..."
"Baiklah. Boleh saja. Kebetulan Mama perlu asisten. Kamu tau kan akhir-akhir ini Mama sering kerepotan mengelola butik kita yang semakin berkembang? Semoga saja dia mau ya."
"Ma..."
"Apalagi? Kamu mau meminang gadis ini?"
"Bukan itu! Tapi Sakti mau banget kalo dia setuju sih. Sakti nggak nolak!"
"Lantas?" selidik Mama.
"Ah tidak jadi, Ma. Sakti lupa mau bilang apa." Sakti cengegesan salah tingkah.
Tiba-tiba ponsel Sakti berdering. Tertulis nama Satya di sana.
"Iya halo"
"Maaf Boss, sepertinya saya harus melaporkan ini."
"Hmm..."
"Belum lama tadi, ada sekelompok orang yang mengamuk di kantor kita. Tapi mereka sudah dibereskan. Setelah saya selidiki, mereka adalah orang-orang suruhan Marina. Teman SMA Boss dahulu. Dan..."
"Jangan biarkan wanita itu mengacau. Segera laporkan pada pihak yang berwajib!"
"Satu lagi. Berdasarkan informasi salah satu dari mereka, mereka baru saja menabrak seorang gadia berinisial Fanya. Apa Boss kenal?"
"Tentu aku mengenalnya. Dia sudah ada di sini bersamaku. Baiklah, tolong urus masalah ini ke ranah hukum." Sakti mengakhiri panggilannya.
Mama langsung berdiri mendekati Sakti. Wajah Sakti memerah, menahan kesal dan dendam.
"Apa yang terjadi?"
"Ma, ternyata Fanya nggak cuman jadi korban guyuran hujan deras. Dia juga korban tabrak lari."
"Astaga, Mama akan panggil dokter pribadi Mama kalo begitu. Mama takut ada sesuatu yang salah." kata Mama Sakti ikut panik.
"Baiklah Ma."
Satu jam kemudian.
"Dokter, apa yang terjadi?"
"Tenang Madam, pasien hanya syok dan sepertinya sedikit terkilir kakinya. Karena sudah lama pingsan, maka tadi saya berinisiatif memasang infus. Biarkan saja pasien tidur seperti ini. Oh iya, saya akan meresepkan obat untuk ditebus di apotek. Semoga pasien lekas sembuh ya. Kalo begitu, saya mohon undur diri."
"Terimakasih Dokter. Mari saya antar ke depan!" seru Mama Sakti ramah.
Kini, tinggallah Sakti berdua dengan Fanya yang masih bertahan pingsan. Sakti meraih tangan kecil Fanya, lalu diciumnya perlahan. Sakti kemudian memejamkan matanya. Saat itulah Fanya mulai membuka matanya. Masih merasa lemas, dirinya tak kuasa untuk bangkit. Dilihatnya Sakti tengah menjaganya sambil menggenggam tangannya.
'Aku ingat, tadi aku menelponnya. Menyuruhnya datang saat aku tak berdaya membawa diriku sendiri. Tapi ini aku ada di mana? Masa aku ada di rumahnya? Dan.... tidak! Kenapa bajuku ganti? Masa dia mengganti bajuku? Ah asetku yang berharga... Hiks...' perang batin Fanya.
"Kamu sudah bangun? Siapa namamu?" Fanya tersentak.
"Ah iya Tante. Saya Fanya. Maaf, Tante siapa?"
"Aku Mamanya Sakti. Dia yang membawamu ke rumah ini. Kamu jangan berpikir Sakti sudah macam-macam denganmu. Tadi ART yang sudah mengganti bajumu."
"Maaf sudah merepotkan Tante dan Mas Sakti. Terimakasih juga atas baju gantinya. Saya ingat sebelum ini baju saya basah kuyub."
"Iya, tak masalah. Nanti kalo kamu mau ganti baju lagi, ada di lemari warna merah itu ya. Di sana ada banyak baju perempuan."
'Pasti Mas Sakti sengaja mengoleksi baju perempuan untuk pacar-pacarnya terdahulu.' batin Fanya.
Seakan tahu apa yang dipikirkan Fanya, Mama Sakti kembali berkata.
"Sepertinya Sakti sengaja membeli baju beberapa hari yang lalu untuk kejadian seperti ini. Tante rasa dia tau kalo pemakainya akan datang berkunjung. Yasudah, Tante tinggal ya. Bangunin aja Sakti!"
"Baik Tante." kata Fanya sembari mengulas senyum.
Fanya mencoba bangkit dari tidurnya. Karena pergerakan Fanya, Sakti pun terjaga.
"Ah, kamu sudah siuman. Apa yang sakit?" tanya Sakti.
"Aku hanya lemas dan kakiku sedikit sakit. Sepertinya sedikit terkilir. Rasanya nyeri pas digerakin."
"Aku ambilkan air minum lagi ya. Sepertinya kamu haus." tapi dicegah oleh Fanya.
"Uhm, terimakasih banyak ya Mas. Aku berhutang banyak padamu." kata Fanya.
Sakti mengulas senyum. Dirinya kembali duduk di kursinya, lalu meraih tangan Fanya untuk diciumnya.
"Mulai sekarang, bergantunglah padaku! Aku tau kamu adalah gadis yang kuat. Tapi lebih baik jika ada tempat untukmu bersandar. Bahuku selalu tersedia untukmu menumpahkan segala rasamu." kata Sakti romantis.
"Iya. Aku akan mengingatnya. Terimakasih atas kepedulianmu yang luar biasa. Bantu aku untuk keluar dari sini. Aku harus segera pulang. Clara pasti cemas menungguku pulang." pinta Fanya.
"Tidak akan. Kirim pesan saja padanya. Kamu harus tetap di sini. Aku tak akan membiarkanmu kesulitan lagi. Kali ini, menurutlah." tegas Sakti tak mau dibantah.
"Aku tak bisa di sini. Ini bukan rumahku."
"Nantinya akan jadi rumahmu juga."
Fanya pun mengalah. Kemudian ia mengambil ponselnya di dalam tasnya. Ia memberi kabar pada Clara soal menginapnya di rumah Sakti agar Clara tak khawatir padanya. Di pesan masuk juga terdapat banyak pesan dari mantan pacarnya.
"Hah, dia lagi!" keluh Fanya sembari mengerucutkan bibirnya.
"Ada apa?"
"Harlan mau bertemu denganku. Ah, dia mantanku. Karena dialah akhirnya kita pacaran."
"Trus?" Sakti bertanya.
"Ya aku nggak bakal nemuin dia lah. Buat apa lagi? Toh aku sudah lama move on dari orang itu. Nggak ada apapun yang penting untuk dibicarakan. Buang-buang waktu saja." kata Fanya mantap.
"Keputusan yang baik." Sakti mengulas senyum lega.
Tentu saja Sakti tak ingin kekasihnya menjalin hubungan kembali dengan mantan pacarnya. Meaki hanya sebatas teman pun tak boleh. Bisa cemburu buta nanti dibuatnya.
"Oh iya, kamu punya koleksi baju perempuan buat siapa? Kata Mamamu ada di lemari warna merah itu." kata Fanya sambil menunjuk lemari merah.
"Iya, beberapa hari yang lalu aku sengaja membelinya untukmu. Aku sih ngasal aja belinya. Kan nggak tau ukuran tubuh kamu." Fanya langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya. Menyorot Sakti kesal.
"Mesum." ucap Fanya.
"Waduh maaf. Bukan maksudku begitu. Tapi nanti bakalan begitu kok. Sekarang sih mesum masih dilarang. Nanti juga malah disuruh mesum terus. Kamu mau mandi? Ini udah sore loh."
"Iya. Tapi kamu keluar dulu ya."
"Ini kan kamarku."
Fanya menepuk jidatnya.
"Mas Sakti yang baik hati. Aku tau ini kamar Mas Sakti. Tapi aku kan bukan pasangan halalnya Mas Sakti. Jadi bisa ya Mas Sakti keluar dulu. Baru deh nanti masuk lagi kalo aku udah selesai mandi. Trus nanti aku kalo malem tidur di mana? Apa ada kamar tamu di sini?"
"Iya kamu di sini aja. Gampanglah aku nanti tidur di mana. Secara, ini kan kawasan aku. Jangan lama-lama yah mandinya. Aku nggak mau kamu dilanda kedinginan."
"Iya Mas. Mulai ah bawelnya!" Fanya mengerucutkan bibirnya.
"Oh iya, di lemari itu juga ada dalaman juga kok. Semuanya sudah lengkap. Kamu tinggal pilih sesuai selera kamu. Ada banyak pilihan warna dan model. Kalo kurang, nanti aku belikan lagi." Sakti mengerling genit.
"Astaga Mas Sakti. Kenapa harus diperjelas lagi sih. Bikin aku tambah malu saja." rengek Fanya.
Sakti keluar dari kamarnya. Sementara Fanya berjalan ke kamar mandi dengan perlahan karena kakinya sedikit nyeri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments