Game of Hearts #2

Wajah Hwan mengeras mendengar penjelasan Seokyung. Dia tidak pernah mendengar jika Tuan Ahn memiliki wanita simpanan dan Sora bukan anak dari mendiang Nyonya Ahn.

"Kami langsung dipisahkan saat kami lahir. Nyonya Ahn sudah mengetahui ibu kami sejak lama. Saat kami lahir dan ayah bermaksud membawa kami Nyonya Ahn menolak. Beliau hanya menginjinkan salah satu dari kami. Sora yang dibawa oleh ayah. Sebagai gantinya saya dan ibu harus pergi dari Seoul agar keberadaan ibu tidak diketahui oleh publik demi harga diri Nyonya Ahn."

Ingatan Hwan melayang. Nyonya Ahn adalah mantan aktris top di Korea. Tidak ayal jika dia menempuh jalur ini. Secara sekilas Hwan menjadi tahu kehidupan keluarga Ahn yang tidak Sora ceritakan.

"Saya sudah mendengar sekilas tentang anda dari Sora. Anda adalah teman dari kak Sohan bukan? Senang berkenalan dengan anda."

Wajah Sora tumpang tindih dengan Seokyung. Wanita itu selalu tersenyum. Berbeda dengan Sora yang dingin. Jika Sora sering tersenyum dia mungkin seperti Seokyung sekarang. Cantik. Bukan berarti Sora tidak cantik. Hwan mengakui jika dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sora karena kecantikannya. Tapi Seokyung memiliki kecantikan yang berbeda. Tiba-tiba lamunannya buyar dengan pikirannya yang lain.

"Kamu... ehem."' Hwan ragu-ragu. "Kenapa kamu menyutujui perjanjian ini?" Akhirnya pertanyaan yang sejak tadi ada dibenak Hwan meluncur.

Seokyung tersenyum tipis. "Saya membutuhkan uang." Jawabnya singkat.

Sekali lagi Hwan terkejut. Dia masih mengingat jika Seokyung sempat menyebutkan uang muka di awal.

"Kalian adalah saudara. Tapi bagaimana bisa?"

"Hubungan kami rumit." Potong Seokyung. "Saya membutuhkan sejumlah besar uang dan Sora menawarkan perjanjian ini pada saya. Jadi saya memutuskan untuk menerimanya. Sebagai imbalannya saya bersedia mengikuti perjanjian ini."

"Sejumlah besar uang? Untuk apa? Kamu bisa meminta kepada Tuan Ahn jika perlu, atau kepada Sohan."

Seokyung tetap tenang. Hwan tidak tahu jika ada badai di dalam dirinya.

"Tuan Kang, sudah saya katakan tadi jika hubungan keluarga kami rumit. Bisakah saya merahasiakan untuk apa saya membutuhkan uang tersebut? Tolong taruh perhatian anda pada perjanjian kita saja." Sergah Seokyung.

Hwan seperti ditusuk oleh belati. Bagaimana seseorang bisa tetap tenang mengatakan sesuatu yang menyakitkan begini. Hwan tidak tahu jika wanita yang bersedia melahirkan anak mereka adalah saudara kandung Sora. Jika dia tahu lebih awal Hwan akan menolak. Tapi jika orang lain, situasinya akan sulit. Hwan tak habis pikir. Nasi telah menjadi bubur. Mereka bertiga telah terseret kedalam perjanjian yang mereka buat sendiri. Perjanjian yang harus mereka jalankan masing-masing.

Surat perjanjian dipegang Sora karena Sora sendiri yang membuat perjanjian dengan Seokyung tanpa melibatkan Hwan. Secara garis besar Hwan tahu isi dari perjanjian mereka.

"Berapa besar uang yang kamu terima jika kamu berhasil melahirkan anakku?" Tanya Hwan tiba-tiba. "Aku perlu tahu untuk mengukur seberapa jauh aku harus bertindak sesuai sengan uang yang kamu terima."

Mata Seokyung bergetar. Dia tidak pernah direndahkan seperti ini. Tapi itulah kenyataannya. Dia telah menjual tubuhnya pada orang lain. Tentu dia sadar sepenuhnya ketika menandatangani perjanjian dengan Sora. Seokyung hanya tidak mengira jika hidupnya telah mencapai titik terendahnya. Hingga harga dirinya bisa diinjak-injak orang lain.

"50.000.000 ₩. 30.000.000 ₩ telah diberikan pada saya dan sisinya akan diberikan saat saya berhasil melahirkan." Suara Seokyung tercekat. Dia tidak ada bedanya dengan pe*acur. Persamaannya adalah sama-sama menjual tubuh dan bedanya adalah transaksinya dilakukan secara profesional.

Hwan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Dia tak sanggup melihat wajah Seokyung. Hwan seperti melihat Sora yang sedang melakukan transaksi dengan orang lain. Hati Hwan tenggelam.

"Anda pasti sudah tahu isi perjanjian kami. Jadi anda bisa melakukan apapun pada saya. Tidak ada hal spesifik tentangnya. Tapi saya meminta satu hal pada anda, tolong jangan melakukan kekerasan fisik pada saya. Apapun itu selain fisik akan saya terima." Tambah Seokyung.

Hwan kembali mengarahkan pandangannya pada Seokyung. Dia masih memikirkan perkara uang yang akan diterima Seokyung. Dia telah merelakan tubuhnya untuk kepentingan orang lain demi uang tidak begitu besar jumlahnya menurut Hwan. Sejak awal dia memang tidak terlibat dalam pembuatan penjanjian. Namun dia ikut menjadi pelaku. Akhirnya dia memutuskan satu hal.

"Perjanjian ini berjangka satu tahun bukan?"

Seokyung mengangguk.

"Kemudian ada tambahan waktu selama enam bulan jika kamu belum hamil. Jika selama itu kamu tidak berhasil kamu harus mengembalikan semua uang itu benar?" Mulut Hwan kelu. Secara tidak langsung mereka harus berhasil selama waktu yang ditentukan.

"Iya benar."

"Jadi selama waktu itu aku akan memberikan uang tambahan perbulan. Bisa kamu gunakan untuk keperluanmu sendiri selama tinggal disini."

"Tidak terima kasih." Tolak Seokyung.

Hwan terkesiap.

"Saya sudah menerima bayaran saya."

"Begini. Kamu adalah pengganti Sora. Itu artinya kamu istriku, untuk menggantikan Sora." Hwan tersedak ucapannya sendiri. "Ehem. Jadi itu adalah kewajibanku untuk memberi nafkah padamu." Hwan kikuk dengan kata-katanya sendiri.

"Anda bisa memberikannya langsung pada Sora. Saya sudah cukup dengan uang yang saya terima dari Sora. Saya membuat penjanjian dengan Sora bukan dengan anda. Jadi saya tidak berhak. Terima kasih saya ucapkan atas perhatian anda." Senyum tipis terbit dari bibir Seokyung.

Ada yang mengganjal di dalam hati Hwan. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Ketenangan Seokyung membuatnya terguncang. Wanita muda dihadapannya itu sepertinya tidak takut pada apapun. Tidak sadarkah dia jika dia telah menjual tubuhnya pada suami kakaknya. Pikiran Hwan rumit. Kepalanya berdenyut-denyut.

"Baiklah jika itu maumu. Hari sudah malam dan kamu pasti lelah. Aku antar ke kamar." Hwan bangkit. Dia mengabaikan kopernya dan berjalan ke depan membimbing Seokyung yang mengikutinya di belakang. Bukan koper yang dia bawa hanya satu tas berukuran sedang. Hwan tak berkomentar.

"Masuklah. Ini adalah kamar utama. Kamar yang akan kita gunakan bersama. Ini adalah rumah baru jadi barang-barang Sora belum sempat dipindahkan. Kamu bisa menggunakannya dulu." Jelas Hwan dengan canggung.

Seokyung mengangguk kemudian melangkah masuk. Kamar itu luas dan penuh dengan perabotan besar. Di tengah ruangan ada kamar tidur super esar berbentuk kanopi lengkap dengan tirainya. Lemari pakaian dibuat tinggi hingga menyentuh atap. Semuanya serba putih. Seokyung terpesona. Ukuran kamar ini lebih besar dari rumahnya. Seokyung tertawa miris.

"Apakah anda akan tidur disini juga?"

Hwan mengangguk kikuk. "Bukankah semakin cepat kita berhasil semakin baik?" Hwan mencoba mengalihkan kekikukannya.

"Ah iya. Bolehkah saya mandi terlebih dahulu?" Seokyung meminta izin.

"Tentu saja. Aku akan mengurus barang-barangku di bawah. Silahkan nikmati waktumu." Jawab Hwan segera menutup pintu. Dia berhenti tepat di depan pintu yang tertutup. Dia bimbang. Benarkah yang dia lakukan saat ini. Hwan ingin mundur tapi dia sudah berjanji pada Sora. Tangannya mengusap wajahnya kasar. Dia perlu menenangkan pikirannya.

Seokyung segera mandi dan berganti pakaian tidur. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Hatinya sakit. Dia menahan air mata sekuat tenaga. Malam ini adalah malam eksekusinya. Seokyung menegakkan punggungnya. Duduk di tepi ranjang setia menunggu. Seperti terpidana mati siap menunggu hari kematiannya. Malam semakin larut tapi Hwan tidak datang. Seokyung yang lelah menunggu akhirnya tertidur.

Game of Hearts #3 Next..

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***