Theia bermimpi. Mimpi yang sangat panjang.
Pagi seperti biasa, Theia memulai aktivitas paginya. Hari ini dia akan ke hutan untuk mencari kayu bakar dan jika beruntung dia bisa mendapatkan jamur untuk dijual ke pasar. Dia membawa perlengkapan seadanya. Theia memulai langkahnya dengan ringan. Jalur yang dia ambil berbeda dengan biasanya. Entah kenapa Theia ingin ke tempat yang tidak biasanya dia gunakan untuk mencari kayu bakar.
Bagi Theia hutan adalah sahabatnya. Sejak kecil dia sudah berteman dengan hutan dari kedua orang tuanya. Setelah kepergian orang tuanya karena sakit keras, Theia mulai menjelajahi hutan itu sendiri dan kini dia hapal setiap sudutnya.
Ada yang aneh dengan jalur yang Theia ambil. Hutan yang biasanya tenang tidak seperti biasanya. Disana-sini ada goresan dibatang pohon, bukan sengaja dibuat. Goresan itu secara acak ada. Seperti terkena sabetan benda tajam. Kemudian tanah dan daun disekitarnya juga berserakan. Theia terus menelusuri kejanggalan itu hingga dia sampai ke tepi bawah sebuah jurang. Kepalanya menengadah. Jika naik sampai atas dan berjalan lurus ada sebuah jalan yang bisa digunakan untuk ke Cashlax, Ibukota wilayah utara.
Theia diam sejenak, dia berjongkok dan tangannya mengambil daun yang tampak aneh. Ada bercak darah. Theia kembali memperhatikan sekitar. Ada banyak bercak darah disekitarnya. Dia bangkit kemudian mengikuti darah itu. Mereka seperti membentuk sebuah jalur khusus. Theia menjadi waspada, bisa jadi itu adalah binatang buas. Dia langsung mengambil sesuatu yang bisa dia gunakan untuk perlindungan diri.
"Astaga!" Theia berteriak kecil saat melihat tubuh terkapar penuh darah.
Itu adalah manusia bukan binatang buas. Tampak terluka sangat parah dilihat dari banyaknya darah disekitarnya. Theia langsung mendekatinya dan mengecek denyut nadinya. Masih terasa tapi sangat lemah. Theia mencoba menepuk pipinya.
"Hei, anda bisa mendengar saya?" Tidak ada jawaban.
Theia dengan susah payah mengangkat tubuh itu dan menyandarkannya ke batang potong. Dia mengambil botol air yang dia bawa kemudian membasahi bibirnya sedikit. Masih tidak ada reaksi. Theia memumutuskan untuk membawanya pulang dan menyelematkannya. Itulah pertemuan Theia dengannya, Arei yang dia tahu, namun sebenarnya dia adalah Ares, Duke Ares Osbern. Pemilik tanah luas yang disebut wilayah utara Osbernus.
Kereta terus bergerak ke arah selatan kemudian berbelok ke tengah. Ada dua pria di dalamnya dan satu wanita di atas pangkuan salah satu dari mereka. Kereta hening. Hanya suara roda dan kaki kuda yang terdengar. Salah satu dari mereka tidak luput memandang si wanita yang sedang tak sadarkan diri.
"Berapa lama lagi kita sampai?" Tanya Ares dengan suara dingin.
"Sebelum matahari tenggelam Yang Mulia." Jawab ketua ksatria Duke Osbern, Rolex Herba.
Ares mengangguk. Jika dia menggunakan kuda akan lebih cepat dari kereta namun ada seseorang yang harus dia bawa dan menggunakan kuda bukanlah ide yang baik. Dia bisa saja terluka. Ares hanya bisa menerima situasi ini. Dengan tidak sabar Ares mengepalkan tangannya kuat. Andai saja dia datang lebih cepat.
Sebuah rumah besar terlihat dalam kegelapan. Gerbang besi hitam dengan simbol beruang tercetak disana tampak kokoh. Ketika pengawas di menara melihat sebuah rombongan kereta dengan simbol yang sama yang tercetak di baju seragamnya segera dia membunyikan tanda.
Boongg!
Gerbang langsung terbuka. Rombongan bergegas masuk dan rumah gelap itu seketika menjadi terang. Semua lampu dinyalakan. Terangnya mengalahkan pagi hari. Kepala pelayan dan beberapa pelayan berbaris rapi di depan menunggu kereta datang.
Saat kereta mendekat dan berhenti tepat di pintu masuk, orang yang diantisipasi keluar dari dalam kereta. Semua orang menunduk, memberi salam pada tuan mereka.
"Anda sudah datang Yang Mulia." Ucap kepala pelayan.
"Dokter?"
"Mereka sudah menunggu di dalam." Jawab kepala pelayan kembali menunduk.
Barisan pelayan segera terbelah untuk memberikan akses tuan mereka masuk. Para pelayan dan beberapa ksatria mengikuti Ares. Tidak ada yang bertanya siapa yang dibawa oleh tuannya dan kenapa tuannya pulang tiba-tiba. Tuannya yang selama ini tinggal di Ibukota kekaisaran secara mengejutkan mengirimkan pesan bahwa dia akan datang sebelum malam dan memberi perintah untuk mengumpulkan dokter di wilayahnya.
Pintu kamar terbuka. Beberapa orang berpakain putih sontak berdiri.
"Salam untuk Yang Mulia Duke Osbern." Ucap mereka serempak.
Ares tak mempedulikan salam mereka. Dia terus berjalan kemudian membaringkan tubuh Theia.
"Ada yang harus kalian lakukan." Ucap Ares mengarahkan tatapannya pada Theia yang masih pingsan.
Salah satu doker mendekat. Sebelum menyentuh Theia, dokter tersebut meminta ijin terlebih dahulu dan Ares mengangguk.
"Boleh saya tahu apa yang terjadi dengan nona ini Yang Mulia?" Tanya dokter seraya menyentuh tangan Theia, mencari nadinya dan merasakannya.
"Dia pingsan semalam." Jawab Ares singkat.
"Nadinya lemah, aku rasa dia pingsan karena terkejut." Jelas dokter kemudian berdiri. "Bantu aku untuk memeriksa nona ini." Ucap dokter kepada rekannya yang lain.
Ares mundur untuk memberikan akses para dokter mengurus Theia. Pintu kamar dibiarkan terbuka, ada pelayan dan ksatria yang berbaris siap menunggu perintah Ares.
Ares tidak sendiri di dalam kamar, ada juga Rolex yang juga merupakan ajudannya. Dia sama gelisahnya dengan Ares. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika wanita yang sedang diperiksa oleh dokter tersebut dalam masalah. Hidupnya dan para ksatria pasti akan dalam masalah juga. Namun ada sedikit kelegaan mendengar penjelasan dokter.
"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Ares.
"Ya Yang Mulia, nona hanya pingsan karena terkejut." Jelas dokter lagi.
"Tapi sudah sepanjang hari dia tidak sadarkan diri."
"Tubuh seseorang berbeda-beda Yang Mulia. Ada tubuh khusus yang membutuhkan pemulihan lebih lama."
Ares mengangguk. "Aku harap dia baik-baik saja."
Dokter mengangguk kemudian memberikan perintah kepada dokter lain dan perawat terutama yang perempuan untuk menjangkau tubuh Theia. Selimut yang membungkus tubuhnya dibuka dan diambil.
"Ya Tuhan!" Ada suara teriakan dari salah satu perawat. Dia adalah perawat yang mengambil selimut dari tubuh Theia. Tangannya gemetar hingga menjatuhkan selimut.
Darah. Ada darah di selimut dan gaun Theia. Bukan hanya sedikit tapi banyak darah.
"Apa yang terjadi?" Tanya Ares.
Tidak ada yang menjawab. Semua dokter dan perawat mendekati tubuh Theia. Mereka tampak gelisah dan panik. Sala satu dokter segera mendekati Ares dan Rolex.
"Yang Mulia silakan menunggu di luar." Mereka menggiring Ares dan Rolex menunju pintu.
"Apa yang terjadi?"
Lagi tidak ada yang menjawab.
"Aku perlu tahu apa yang terjadi!" Suara Ares bergemuruh dan semua orang bergidik ngeri.
"Sesuatu terjadi." Jawab dokter dengan tubuh gemetar.
Ares mengerutkan dahinya. Dia harus tahu apa yang terjadi. Tubuhnya tak bergeming.
"Cepat ambil handuk dan air, air hangat." Salah satu dokter memberi perintah. Beberapa perawat bergegas keluar dan bertanya kepada kepala pelayan di depan pintu. Kepala pelayan memberikan perintah kepada beberapa orang untuk membantu para perawat.
"Yang Mulia tidak ada waktu lagi, mohon tunggu di luar." Desak dokter. Tapi Ares tetap diam. Tak bergerak. Matanya menatap tajam dokter. Tanpa bersuara semua tahu apa yang diinginkan Ares.
"Terjadi sesuatu pada nona." Kata dokter, ragu-ragu melanjutkan. Setelah diam sebentar dokter membuka mulutnya.
"Sepertinya nona sedang mengandung dan terjadi pendarahan." Meskipun suara dokter lirih semua orang disana bisa mendengarnya. Ada wajah terkejut dimana-dimana, termasuk orang-orang di luar pintu.
"Kami masih memeriksanya Yang Mulia. Mohon tunggu di luar."
Rumah besar Osbern terserang badai.
More Than Love, This Is Destiny #5 Next..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Vita Liana
nyesel gak ya
2023-01-14
0
bunga cinta
gak bisa komen, toooppp
2022-07-14
0
TongTji Tea
tata bahasa author ini aku sukak.Rapiii dan runut nggak buru2🤗
2022-02-05
1