Devan tak suka sikap Ben yang begitu posesif pada Elna, bahkan gadis itu juga terlihat begitu menikmati setiap perbuatan yang di lakukan Ben padanya.
"kamu sudah fokus pada ku honey..." kata Ben mengusap bibir indah Elna.
dan gadis itu dengan polos mengangguk, bahkan tubuhnya kini hanya di topang lengan kekar dari Ben.
"kalian keterlaluan, ini pesta bukan area pertunjukan adegan dewasa," kata Devan tak suka.
"hei anda tuan muda Devano, kenapa begitu marah dan iri, kenapa jika aku memanjakan gadis cantikku ini, aku juga bukan orang yang hanya akan merengek-rengek jika perusahaan ku akan bangkrut karena ketidak seimbangan yang tak bisa ku atasi," ejek Ben.
"tutup mulutmu Bentley," bentak Devan.
"hentikan, dan jangan buat malu, dan jangan sampai membuat ku marah," kata David yang menarik Devan.
sedang Elna tetap di pelukan dari Ben, bahkan gadis itu begitu nyaman saat ini.
"kakak ipar mau di peluk juga, aku masih sanggup loh," tawar Ben merentangkan tangannya.
"om jangan lakukan itu, om hanya boleh fokus padaku saat ada aku," kata Elna ngambek.
"tentu honey," jawab Ben
tak lama Ben menjentikkan jarinya, sebuah layar menunjukkan sebuah foto dan beberapa video.
ternyata itu adalah kenangan dari Elna semasa kecilnya, gadis itu sering mengikuti Ben, bahkan menirunya.
akhirnya pesta selesai pukul sebelas malam, dan saat ini Ben sedang dapat hukuman dari Samuel.
"kak kau menghukum ku seperti anak kecil, ini memalukan," protes pria matang itu.
"itu hukuman karena berani mencium putriku di depan umum," kesal Samuel
"ayolah kak, aku bisa mati kram kalau begini," kata Ben yang sudah tak kuat melakukan kuda-kuda dengan menjaga mangkok berisi air.
sedang Elna duduk sambil membawa sosis bakar dan menyuapi Ben di depan Samuel.
"ya!! kenapa kalian malah pamer kemesraan di depan papa!" teriak Samuel.
"ih papa gak asik nih, udah sering marah-marah, ingat darah tinggi itu tak baik,bikin cepet tua, dan papa mau jika mama di rebut pria muda," kata Elna yang tenang sambil terus menyuapi Ben.
"honey, kamu pakai cabe berapa, ini pedas sekali," protes Ben yang mulai berkeringat makin deras.
"dasar bule nih om honey, kalau gak suka pedas gak seksi om," bisik elna yang memberikan susu.
"mau minum susu dari wadahnya sendiri atau aku bantu pegangin wadahnya," tawar Elna dengan nada menggoda.
Samuel langsung merebut susu itu dan langsung memberikannya pada adiknya itu.
dia tak tahan harus melihat gombalan dan tingkah aneh dari adiknya itu dan putrinya.
"bisa gila aku melihat tingkah kalian, dan kamu pulang Ben habis ini," usir Samuel yang melepaskan pria itu dari hukuman.
"tidak boleh, aku besok mau latihan tanding dengan om Ben, jangan menyuruhnya pulang lah pa ..." mohon Elna.
"tidak, aku bisa gila jika dia menginap disini, sudah besok berangkat kerumah Ben, dan ajak Saga juga biar bocah itu juga semakin hebat dalam bertarung," perintah Samuel.
"baiklah, dan Elna pesan ini untukmu honey, jika kamu menginggat hal buruk ingat ciuman yang ku berikan sebagai kenangan indah kita," kata Ben yang langsung dapat lemparan piring dari Samuel.
beruntung pria itu sempat menghindar dan berhasil kabur. sedang Elna tertawa melihat tingkah keduanya.
sedang di rumah utama, David sedang duduk melihat putranya yang datang tanpa undangan itu.
"mau apa kamu pulang Devan, setelah semua yang kamu lakukan untuk menghancurkan gadis itu, dan saat Ben sudah berhasil menyembuhkan gadis itu kamu datang lagi," marah David.
"papa kenapa bicara seperti itu, aku juga Om yang berhak datang bukan, dan untuk masalah lama itu, aku sudah melupakannya, dan aku harus keluar sebentar, dan mama bisa istirahat dan jangan menunggu ku, aku pasti pulang," kata Devan mencium tangan mama Mei.
Devan pergi mengunakan mobil milik David, sedang Davin dan Aurora melihat raut wajah David yang khawatir.
"tenang pa, Devan tak mungkin membahayakan Elna, terlebih gadis itu memiliki Ben yang akan menghadang siapa pun yang ingin melukainya," kata David menenangkan ayahnya.
Devan menginjak gas mobilnya menuju kesebuah rumah mewah,bahkan para penjaga langsung membukakan pintu untuk pria itu.
pria itu langsung berlari masuk kedalam rumah, dan langkahnya melambat saat melihat sosok Ben duduk sambil memegang gelas minuman.
"dasar pria gila kamu berani mencium keponakan mu sendiri di depan umum," kata Devan.
"memang kenapa, aku sering melakukannya dulu kok dengan Elna, dan pria busuk seperti mu mau apa datang kemari,mau berburu wanita muda ya," kata Ben asal.
"kau mau mati huh, aku datang hanya ingin melihat kondisi Elna, aku tau jika dulu itu bukan sepenuhnya kesalahannya, dia juga masih kecil, dan itu semua sudah takdir tuhan," jawab Devan.
"tapi kamu lihat sendiri bagaimana reaksinya, jika kamu ingin minta maaf tak akan semudah itu, telebih ucapan mu dulu sangat melukainya," terang Ben yang masih kesal.
"ya makanya aku kesini untuk meminta bantuan mu, dan besok aku akan memperkenalkan seseorang yang akan menjadi nyonya Devano, dan juga putraku akan datang bersamanya," kata Devan.
"wah hebat sekali tuan Devan, tapi perempuan mana yang beruntung itu?"
"dia adalah seorang guru yang berasal dari Korea Selatan, dan aku sudah mengenalnya selama lima tahun,terlebih saat putraku masuk sekolah dan Evan juga sudah setuju dengan keputusan ku itu," jawab Devan.
"baguslah, besok aku akan mengajak gadis itu ke rumah utama, dan doakan aku segera menyusul kalian semua menikah, aku sepertinya butuh teman hidup juga," lirih Ben.
"bagaimana jika kamu melakukan pendekatan dengan senja, dia itu gadis baik loh, terlebih keluarga kita sudah mengenalnya dan dia juga membantu mama di yayasan untuk mengurus anak jalanan," usul Devan.
"boleh, tapi apa gadis sebaik itu mau dengan pria brengsek seperti ku?" tanya Ben tak yakin.
"tenang saja, karena gadis itu adalah gadis yang mengerti agama dan juga sifatnya begitu baik, jadi tak sulit untuknya menerima mu," kata Devan.
"ya tak usah di bahas, ajak saja dia ke rumah besok," jawab Ben
Keduanya pun malam ini minum-minum berdua, Devan dan Ben tertawa bersama dan tak mengira dia sudah hampir delapan tahun perang dingin.
apalagi setelah Kematian dari melati,membuat hidup Devan hancur berantakan.
terlebih melati meninggalkan Devan dengan balita berusia dua tahun putra mereka Evan.
dan yang makin membuat Devan marah dan murka, dia baru tahu jika istrinya mati dalam keadaan hamil anak kedua.
hingga dia melampiaskan semua kemarahannya pada Elna dan bahkan sempat hampir membunuh keponakannya itu.
tapi dia malah hampir mati di tangan Ben, karena berani ingin melukai Elna, saat Samuel sendiri terluka karena menyelamatkan keduanya saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
wiwik
knp Elna sangat takut sama Devan ya🤔🤔🤔🤔
2022-01-03
0
Mommy ichaa🌻
om ben cm bt elna ya.... engga boleh ama yg lain 😅
2022-01-03
1