Not A Perfect Marriage
Rumah sakit Harapan Kita. Rumah sakit terkenal di Jakarta Pusat yang mempunyai fasilitas kelas Internasional, pelayanan kesehatan yang terpadu dengan para medis yang bersertifikat Internasional. Semua pasien di layani dengan sepenuh hati dan senyum menawan dari perawat dan juga kenyamanan yang di dapat.
Seorang perempuan tengah terduduk dan menangis di temani seorang laki-laki yang juga terlihat sedih.
"Jangan menangis, aku mohon?!"
"Semua yang kita lakukan sia-sia dan itu semua karena aku!"
"Sayang aku mohon jangan seperti ini! Kamu pasti bisa hamil! Kamu pernah hamil sekali kan?"
"Tapi keguguran dan sekarang? Dokter bilang tadi program bayi tabung juga nggak mungkin. Rahim aku lemah"
Laki-laki itu memeluk Istrinya dengan erat memberikan kekuatan untuk tetap kuat melalui ini semua.
Sena Oliva dan Mario Stevano, mereka telah menikah selama lima tahun namun belum di karuniai seorang anak.
Di tahun awal pernikahan Sena pernah hamil namun provesi sebagai model membuatnya kehilangan kandungannya karena kelelahan. Mario selalu membolehkan Sena untuk melakukan apa pun yang Sena mau karena itu Mario juga merasa bersalah seharusnya dulu ia melarang Sena untuk terus berkerja.
"Sayang jangan berbicara seperti itu, aku mohon! kita bisa adopsi kan?"
Sena melepas pelukan Mario den menatap kedua matanya dalam.
"Tapi Ibu kamu? pasti tidak akan menyetujuinya dan dia pasti menyuruh mu menceraikan ku. Aku nggak mau!"
Sena nampak ketakutan terlebih lagi Ibu mertuanya yang tampak tak suka kepadanya.
"Kalau kamu nggak mau, aku mohon jangan menyerah"
Sena mengangguk. Mario menyeka air mata Istrinya dengan sangat lembut.
Di tempat lain
Seorang gadis tengah terduduk dengan kepala menunduk. Masih teringat jelas apa yang di katakan Suster tadi.
"Adik harus melunasi dulu semua pembayarannya baru Ayah adik di operasi."
Gadis ini bingung harus bagai mana terlebih dengan kondisi Ayahnya yang semakin memburuk.
"Dapet dari mana uang sebayak itu?"
Gadis ini bangkit dari duduknya dengan hati yang hancur. Gadis ini berjalan menuju ruang rawat Ayahnya untuk membicarakan ini semua dengan Ibunya walau gadis ini sudah menduga Ibunya juga tak bisa berbuat apa-apa.
Kamar no 213.
Dengan berat hati gadis ini membuka pintu kamar rawat ayahnya. Gadis itu langsung di sambut ibunya yang terlihat cemas.
"Sayang kapan Ayah di operasi?"
Gadis ini nampak bingung harus menjawab apa. Gadis ini melihat Ayahnya yang masih terlelap dalam mimpinya.
"Bu. Kita bicara di luar yah?"
Ibu menurut. Ia tahu putrinya ingin Ayah tidak mendengar semua yang di bicarakan dan membuat kondisinya semakin memburuk.
Gadis ini mulai menceritakan semua ke pada Ibunya tentang biaya operasi yang sangat mahal. Ibu nampak gelisah dan bingung mendapatkan uang sebanyak itu dari mana.
Ibu merasa tubuhnya melemas. Gadis ini membantu Ibunya duduk.
"El. Kita dapat uang sebanyak itu dari mana. Jual rumah sama warung nasi juga nggak akan cukup."
Gadis yang biasa di sapa El ini juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mencari kerjaan itu mustahil operasinya harus di laksanakan besok atau keadaan Ayahnya akan memburuk.
"Bu. Ibu tenang yah. Ayah bakal di operasi kok! El bicara lagi sama Susternya yah? kali aja pihak rumah sakit mau memberi keringanan."
Tanpa menunggu persetujuan Ibunya. El langsung pergi dengan sedikit harapan.
El terus berjalan mengikuti kakinya yang melangkah entah menuju kemana. El tahu berbicara lagi dengan pihak rumah sakit itu tidak mungkin karena uang itu harus ada sebelum operasi.
El POV
Aku harus bagai mana? uang sebanyak itu dalam waktu sehari itu mustahil. Kenapa dunia ini tidak adil? kenapa Tuhan memberikan cobaan seberat ini pada keluargaku? aku harus bagaimana?.
Angin yang berhembus membuat kertas yang aku pegang terlepas dari tanganku. Aku langsung mengejar kertas itu karena kertas itu berisi rincian biaya rumah sakit yang harus di bayar.
"Eh."
Kertas itu tergeletak di dekat kaki seorang wanita yang sangat cantik. Dia mengambil kertasku dan membacanya.
"Maaf itu punyaku."
Wanita itu melihatku dari atas ke bawah entah apa yang ia cari dari diriku.
"Ini punya mu?"
"Iya."
Wanita itu mengembalikan kertas yang ia pegang ke padaku.
"Kamu sedang butuh uang?"
Aku terkejut saat Wanita di depanku ini dapat membaca situasi ku. Wanita di depanku ini tersenyum mungkin dia tahu jawabanku.
"Kamu mau saya lunasi semua biaya rumah sakit itu?"
"Apa?"
Ini kedua kalinya aku di buar terkejut. Membiayai semua tagihan rumah sakit sebanyak itu? aku ragu wanita di depanku ini akan membantuku kalau ia pasti ada imbalan yang harus aku berikan tapi apa yang dia mau dari ku?.
"Aku bersungguh-sungguh asal kamu mau menerima syarat dari ku."
Sudah aku duga. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Aku bingung mau menerima atau tidak mungkin aku harus tahu syaratnya dulu baru aku memutuskan menerima bantuan itu atau tidak.
"Syaratnya apa?"
"Menikah dengan Suamiku dan melahirkan seorang anak untuk kami."
"Apa?"
Tubuhku serasa tak mempunyai tenaga lagi. Tubuhku terasa lemas setelah mendengar ucapan wanita di depanku ini. Wajahnya menunjukan kalau ia sungguh-sungguh mengatakannya.
"Kamu terima atau tidak? sepertinya kamu butuh waktu. Aku tunggu kamu di sini satu jam lagi karena aku tidak punya banyak waktu begitu juga dengan mu kan?"
Kedua tanganku mengepal. Semua ini membuatku bingung. Aku butuh uang tapi haruskah aku menjual diriku dan anakku nanti. Tuhan tolong hamba mu ini.
"Maaf saya menolak tawaran anda."
"Pikirkan dulu! mencari uang sebanyak itu sulit dan rumah sakit hanya memberikan mu waktu sampai besok. Apa kamu ingin kehilangan orang yang kamu sayangi?"
Semua yang di katakan wanita itu benar. Waktunya hanya sampai besok dan Aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayangi.
"Pikirkan dulu sebelum kamu memutuskan menolaknya! nyawa di bayar nyawa, aku tolong nyawa orang yang kamu sayangi dan kamu melahirkan nyawa untukku jadi kita impas"
"Aku pikirkan dulu"
"Oke. satu jam lagi kita bertemu disini dan tenang saja Suamiku tidak kasar dan ingat jangan coba-coba merebut hatinya! kamu juga tidak maukan di cap sebagai Pe-la-kor?"
Aku hanya mengangguk dan Wanita itu pergi meninggalkan ku. Aku bingung harus bagai mana apa aku bicarakan semua ini sama Ibu yah?.
"Aku harus bicara!"
POV end.
...
Wanita yang menemui El itu Sena. Sena terlihat sangat senang dengan rencananya ini dan pastinya Rio tidak akan menolak rencana ini toh Sena tahu Rio sangat mencintainya dan mau melakukan semua ini untuknya.
"Sayang!"
"Eh?"
Sena langsung memeluk Rio dengan eratnya. Rio tersenyum akhirnya Istri yang ia sayangi tersenyum juga.
"Kamu kok seneng banget gitu? ada apa?"
"Ummm.. Kamu sayang sama aku atau tidak?"
Pertanyaan Sena membuat Rio mengerutkan dahinya, harusnya Sena sudah tahu kalau dirinya tak bisa hidup tanpa bidadari cantik ini.
"Kamu ini! kamu itu nyawa aku dan aku tak bisa hidup tanpa mu."
Mendengar itu Sena tersenyum sangat senang. Sena melepas pelukannya dan meraih kedua tangan Rio. Rio semakin di buat bingung dengan kelakuan Istrinya ini.
"Kamu mau melakukan sesuatu untuk ku?"
"Apa itu?"
"Janji dulu kamu mau melakukannya."
"Kamu bilang dulu, aku harus apa. Baru aku mau."
"Katanya kamu sayang sama aku?"
Pandangan mata Sena yang penuh permohonan membuat hati Rio luluh. Rio menghela napas sekali lalu tersenyum sangat manis ke arah Sena.
"Iya. Aku mau."
Sena begitu sangat senangnya mendengar jawaban Rio dan itu berarti Sena tidak akan berpisah dengan Rio dan mertuanya itu tidak akan menyindirnya terus tentang dirinya yang tak kunjung hamil.
"Itu baru Suami ku yang aku sayangi."
"Sebenarnya apa yang kamu mau hingga kamu menyuruhku berjanji?"
"Aku mau kamu menikah lagi"
"Apa? sayang kamu jangan bercanda aku tidak mau!"
Rio sangat terkejut mendengarnya. Sena menyuruhnya menikah lagi?. Rio sangat mencintai Sena dan tidak akan membagi cinta ini dengan siapapun. Rio tidak habis pikir dengan jalan pikiran Istrinya ini harusnya dia tidak mau berbagi Suami dengan wanita lain.
"Dengerin aku dulu."
"Apa? kamu sudah nggak sayang lagi kepada ku? kamu sudah bosan?"
"Aku sayang sama kamu dan ini demi kebaikan kita! aku nggak mau pisah sama kamu."
"Kebaikan? kebaikan apa maksud kamu?"
Sena mulai menceritakan semuanya. Semua dari menemukan kertas itu hingga kesepakatan dengan gadis itu. Rio yang mendengar ini semua merasa ini tidak enak dengan gadis itu, seolah-olah memanfaatkan kesusahan gadis itu hanya untuk mendapatkan seorang anak yang sangat di nanti.
"Apa gadis itu mau?"
"Aku yakin gadis itu akan mau toh uang dua ratus juta itu jumlah yang tidak sedikit"
Rio merasa kasihan dengan gadis itu dan Sena terlihat sangat senang menemukan solusinya.
"Kenapa tidak menjadikan gadis itu menjadi rahim pengganti? dan aku tidak harus menikahinya"
"Maksud kamu? aku harus operasi pengambilan sel telur? ayo lah sayang lusa aku harus ke Prancis dan aku nggak punya waktu!"
Rio tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sena selalu sesuka hatinya dan tak pernah memikirkan sedikit pun perasaan Rio.
....
El duduk di bangku di depan kamar rawat Ayahnya. El tidak bisa berpikir dengan jernih, semua ini sungguh berat baginya. Di satu sisi nyawa ayah yang sangat di sayangi dan di sisi lain masa depannya yang terancam.
"El kenapa nggak masuk?"
Suara Ibunya membuyarkan lamunan El.
"Eh... Ibu. Bikin El kaget aja."
"Kamu ini malah ngelamun. Ayah sudah bangun tuh!"
"Ayah? Ayah!"
El terlihat sangat senang lalu berjalan ke dalam kamar rawat. Air mata El turun dengan sendirinya melihat Ayahnya yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Ayah!"
El langsung berlari memeluk Ayahnya yang berbaring lemah di pembaringan.
"Ayah nggak apa-apa. Kamu jangan nangis!"
"El sayang sama Ayah! Ayah cepat sembuh!"
El berusaha untuk tegar kini ia takut kehilangan malaikat penjaganya yang selalu membuatnya menegakan kepalanya menghadapi masalah di hidupnya.
"Ayah"
"Hem"
El melepas pelukannya dan menatap wajah pucat Ayahnya. Ayah tersenyum berusaha untuk menghibur putri kecilnya agar tidak sedih lagi. El tahu kondisi Ayahnya tidak sebaik itu.
"Wajah Ayah kenapa jadi putih seperti itu? El aja yang pakai krim pemutih wajah setiap hari nggak seputih itu"
El menunjukan wajah cemberutnya dan membuat kedua orang tuanya terkekeh pelan membuat wajah El semakin kusut.
"Kamu ini ada-ada saja."
El melihat ke meja di dekat Ayah yang terdapat semangkok bubur, pasti itu punya Ayah.
"El suapi ya, Ayah pasti belum makan?"
Ayah mengangguk. El langsung mengambil mangkok berisi bubur dan menyendok kan ke mulut Ayah. Walau terasa hambar Ayah memakan bubur itu dengan senyum di bibirnya.
Ibu yang melihat El menyuapi Ayah terlihat sangat bahagia. Di lubuk hati terdalam ia berdoa agar semua ini cepat berlalu dan Suaminya akan sehat seperti semula.
Tidak ada yang bersuara hanya suara jam dinding yang berdetak. Bubur di mangkok pun telah habis dan El sangat senang Ayahnya kini lebih baik.
"Aaaww"
Tiba-tiba Ayah mencengkram dada bagian kirinya.
"Ayah! Bu. Ayah!"
El terlihat panik. Ibu langsung ke luar mencari Dokter.
...
15 menit berlalu. El dan Ibunya menunggu di luar dengan wajah cemas karena Dokter tak kunjung keluar dari kamar rawat.
"El. Ayahmu, Ibu takut dia pergi meninggalkan kita"
El mengepalkan kedua tangannya mendengar semua itu. El menatap Ibunya dengan tatapan yang tak bisa di artikan karena Ibu yang terlihat putus harapan.
"Bu"
El memeluk ibunya dengan erat dan El sekarang yakin untuk menerima tawaran dari Wanita itu.
"Bu, El pergi sebentar yah?"
El melepas pelukannya, dia ingin menemui wanita itu lagi. Hanya ini yang dapat menyelamatkan nyawa Ayahnya.
"Kamu mau ke mana?"
"Cuma sebentar kok Bu."
El langsung melangkah pergi meninggalkan Ibunya untuk bertemu dengan Wanita itu.
....
Rio menatap Sena dengan tatapan tak bisa di artikan. Wajah Sena terlihat sangat bahagia terlebih lagi semuanya telah di persiapkan dengan matang tinggal menunggu gadis itu datang.
"Kamu yakin gadis itu mau?"
Rio mengambil map hijau di sebelahnya. Rio membaca isi map itu dengan teliti sembari duduk sedangkan Sena berjalan mondar-mandir untuk mengasah kemapuan berjalannya agar terlihat semakin anggun untuk peragaan busana di Prancis. Ia ingin terlihat sempurna dan bersaing dengan model-model ternama dunia.
Rio menggelengkan kepalanya saat membaca isi perjanjian itu. Semua isinya sangat mengikat dan jelas sekali kalau gadis itu melanggar bayangan jeruji besi dan denda yang harus di bayar dua kali lipat berarti gadis itu harus membayar empat ratus juta.
Sena tersenyum senang. Gadis itu akhirnya datang juga dan dapat di lihat dari mata Sena kalau gadis akan menerima tawarannya.
"Itu dia!"
Rio menoleh kearah kanan dan terkejut melihat siapa yang datang. Gadis yang nampak masih duduk di bangku SMA dan sepertinya seumuran dengan sepupunya di Bali.
Rio bangkit dari duduknya lalu menghampiri Sena untuk menanyakan gadis itu.
"Kamu yakin? dia?"
"Kenapa?"
"Dia masih kecil!"
"Kamu ini! lihat yang jelas dong! dia itu sudah dewasa dan kamu sudah menyetujuinya!"
"Gimana? kamu sudah tahu jawaban mu?"
Tanya Sena langsung setelah gadis itu sudah di depan mereka.
"Iya"
"Jadi?"
"Aku menerima tawaranmu"
Ucap gadis itu dengan nada yakin. Sena tersenyum puas sedangkan Rio menatap gadis itu dari atas ke bawah.
"Sudah aku duga, ini Suamiku"
Gadis itu menoleh sesaat dan langung menunduk.
"Nama kamu siapa?"
"Angel"
Jawabnya dengan nada takut. Sena tersenyum miring mendengar nama itu karena menurut Sena, nama itu terlalu bagus untuk gadis yang biasa-biasa saja.
"Oke. Kamu harus tanda tangan dulu surat perjanjiannya baru aku bayar semua biaya rumah sakit itu"
Sena langsung mengambil map hijau itu dan di serahkan ke Angel. Angel membuka map itu dan membaca dengan cermat apa yang di tulis di kertas putih ini. Wajah Angel langsung pucat pasi setelah membaca semua isi perjanjian itu.
"Tanda tangan"
Angel menerima pena dari Sena. Dengan hati yang sudah yakin Angel menandatangani perjanjian itu. Sena benar-benar seperti mendapat keberuntungan dengan gadis ini ia bisa tenang melakukan apapun dan bisa dengan tenang melewati harinya sebagai model tanpa harus memikirkan kehamilan yang sungguh membuat pusing kepala.
Sena mengambil map itu dari tangan Angel. Rio menghela napasnya Sena benar-benar membuatnya pusing.
"Oke. Sayang urusin yah? aku mau siapin pernikahan kalian hari ini"
"Hari ini?"
Tanya Angel dengan nada tidak percaya. Sena menunjukan wajah tidak sukanya.
"Iya hari ini! aku tidak perduli kamu siap atau tidak!"
Sena langsung pergi meninggalkan Angel dan Rio. Angel nampak takut dan cemas itu terlihat dari wajah dan sorot matanya.
"Tidak perlu sedih seperti itu! kamu sendiri yang memutuskannya. Sekarang aku akan membayar semua biaya rumah sakit itu tapi siapa yang di rawat disini hingga kamu mau?"
Rio sangat penasaran siapa yang di rawat disini hingga gadis ini rela menerima perjanjian yang sangat mengikat seperti itu. Rio tahu gadis ini pastinya sudah tahu masa depannya yang jadi taruhan namun sepertinya gadis ini lebih takut kehilangan orang yang di rawat disini.
"Seseorang yang aku sayang"
"Siapa?"
"Ayahku"
Jawab Angel singkat. Rio sekarang tahu alasan gadis ini mau menikahinya tapi Rio masih belum puas dengan jawaban yang di berikan gadis ini.
"Tapi masa depan mu?"
"Setidaknya aku masih bisa hidup tapi Ayah? aku ragu akan melihatnya lagi, dia malaikat pelindungku dan aku tidak mau kehilangannya"
Jawaban Angel mampu membuat Rio terdiam terlebih lagi Rio juga tidak mau kehilangan Ayah yang mendidik dan mendukung selama ini.
"Baiklah. Aku akan membayar semuanya, antarkan aku!"
Angel mengantar Rio dan setelah itu semuanya berubah.
...
Sinar matahari perlahan menghilang dan lampu jalan kini mulai menyala. Angel duduk di kursi belakang mobil milik Rio dan bisa di lihat oleh Angel dua orang yang sedang berdebat Rio dan Sena.
Angel masih tidak percaya hidupnya berubah secepat ini. Hari akan segera berganti dan semuanya akan berawal dengan setatus baru yaitu Istri dari seorang pengusaha kaya Mario hingga seorang anak lahir dan itu akhir dari perjanjian ini.
Angel melamun hingga tak menyadari Rio berjalan ke arahnya.
tok..tok..
Rio mengetuk kaca mobil di samping Angel membuatnya tersadar dari lamunan. Melihat Angel yang terkejut membuat Rio tersenyum tipis.
"Iya"
Angel membuka pintu mobil dan entah kenapa aura yang terpancar dari Rio berubah tak semenyeramkan tadi.
"Pindah ke depan"
Angel menurut pindah ke depan di samping Rio. Rio langsung mengendarai mobilnya pulang ke rumah. Sesekali Rio melirik ke arah Angel yang tertunduk. Rio tahu ini pasti sangat berat untuk gadis yang baru berusia sembilan belas tahun.
"Kamu mau makan apa?"
Angel terkejut mendengar suara Rio. Angel menoleh ke Suaminya yang tengah menyetir.
"Aku tidak lapar"
Angel menatap ke luar, entah kemana Rio akan membawanya pergi. Angel menoleh ke arah Rio yang memberhentikan laju mobil.
"Kamu tunggu disini! jangan kemana-mana"
Rio langsung keluar dari mobil menuju ke apotik.
"Aku juga tidak tahu ini dimana"
Angel mengerutkan dagunya dan tidak perduli dengan yang dilakukan Rio. Angel teringat Ayahnya yang tengah di operasi dan berdoa agar Ayahnya cepat sembuh.
"Maaf. aku terpaksa berbohong"
Angel teringat saat berpamitan dengan ke dua orang tuanya. Angel mengatakan kalau dirinya akan berkerja untuk mengganti uang yang di pakai untuk membayar operasi dan mungkin tidak pulang untuk waktu yang lama.
...
Apotik
Rio membeli obat tidur dengan jumlah yang banyak dan juga alat tes ke hamilan.
"Maaf."
Lirih Rio. Setelah membayar, Rio langsung berjalan ke mobil yang terparkir tak jauh dari apotik.
"Eh?"
Rio melihat pedagang permen kapas yang usianya sudah sangat tua tapi semangatnya masih terus berkobar.
Rio memutuskan untuk membeli satu untuk Angel walau pun Rio tidak tahu Angel suka atau tidak.
"Pak. permen kapasnya berapaan?"
Tanya Rio ke pedagang itu. Pedagang itu nampak senang ada orang yang tertarik dengan jualannya.
"Murah kok mas. Cuma sepuluh ribu."
"Saya beli satu."
"Pilih aja mas, sama kok harganya."
Rio membeli permen kapas yang berwarna biru lalu membayarnya dengan uang seratus ribu.
"Kembaliannya ambil saja pak."
"Terima kasih. Semoga rezekinya tambah lancar."
"Amin."
...
Angel melihat ke arah Rio pergi tadi tapi anehnya Rio tidak ada. Entah kenapa Angel merasa takut berada di mobil ini sendiri.
Senyum Angel muncul saat Rio berjalan menuju mobil.
"Lama yah?"
Angel menggeleng. Perhatian Angel tertuju pada bungkus permen kapas yang Rio bawa.
"Buat kamu."
Angel menerima pemberian Rio dengan wajah senang. Permen kapas ini jajanan kesukaan Angel yang sering di belikan oleh Ayahnya. Angel langsung membuka ikatan pada ujungnya lalu memakannya. Rasa mains yang lumer di mulut membuat ketagihan di lidah ini.
Rio menoleh ke arah Angel yang tengah asyik memakan permen kapas, entah kenapa Rio ingin mencicipi rasa dari pernen kapas berwarna biru itu.
"Emang enak?"
"Kamu mau.. nih."
Rio mengangguk. Angel mengambil permen kapas itu lalu di suapkan ke mulut Rio. Sensasi manis yang lumer di lidah agak asing di lidah Rio maklum dia baru pertama kali mencoba permen kapas.
10 menit berlalu kini mobil Rio memasuki halaman rumah megah yang tampak sepi. Ini rumah lama Rio.
Angel mengikuti Rio dari belakang memasuki rumah yang terlihat sangat mewah dan juga ada beberapa perabotan yang tertutup kain tapi rumah ini terlihat sangat bersih.
"Ini rumah ku yang dulu. kita akan tinggal di sini."
Rio menyalakan lampu dan ruangan ini jadi lebih terang. Angel kagum dengan rumah ini. Semuanya nampak elegan.
"Ikuti aku."
Angel mengikuti Rio ke lantai dua menuju ke pintu paling pojok. Rio membuka pintu itu dan terlihat kamar yang sangat luas.
"Ayo masuk!"
Entah kenapa Angel merasa takut memasuki kamar ini. Mata Angel tak bisa lelas dari tempat tidur yang besar dan luas itu.
"Duduk gih! aku ambilin minum untuk mu."
Rio langsung ke luar kamar menuju dapur. Walau pun rumah ini tidak di tinggali oleh Rio tapi Rio selalu memperhatikan rumah ini karena rumah ini hasil keringatnya sendiri.
Rio menuangkan air mineral kedalam gelas dan juga obat tidur yang baru di belinya. Obat tidur ini memang untuk Angel.
"Maaf. Aku ingin Istriku kembali"
Rio menghela napas sesaat lalu kembali ke Angel dengan segelas air yang sudah di campur obat tidur.
Rio memasuki kamar. Terlihat jelas di mata Rio, istri keduanya yang sepantaran dengan sepupunya. Rio ingin menolak ini semua tapi demi Sena yang sangat ia cintai semuanya bisa Rio lakukan.
"Nih."
"Makasih."
Angel menerima segelas air itu. Rio kembali berjalan menuju ke kamar mandi. Rio ingin menyegarkan tubuhnya juga mendinginkan kepalanya.
Angel meminum air dalam gelas itu tanpa rasa curiga sedikit pun hingga habis karena tenggorokannya kering.
Angel merasa air itu agak pahit setelah tertelan namun Angel tak terlalu di pikirkan rasa air itu.
kamar mandi
Rio tidak langsung mandi, dia masih teringat kejadian di area parkir.
Flash back<<<<<
"Sayang kamu di Prancis cuma dua hari kan?"
"Aku pulang saat Angel sudah hamil"
jawaban Sena membuat Rio kecewa. Harusnya Sena tahu dirinya menerima Sena apa adanya dan berusaha menjadi suami yang baik untuknya namun sepertinya belum menyadari semua itu.
"Tapi."
"Tapi apa? aku mau kamu fokus ke Angel! kalau kamu sayang sama aku. Tolong cepat buat Angel hamil!"
Sena menatap kedua mata Rio dengan penuh harapan. Sena merasa semua ini juga sulit untuknya namu Sena tidak mau kehilangan Rio. Sena tidak mau terus-terusan di sindir oleh ibunya Rio yang selalu menganggapnya salah dalam segala hal.
"Aku sayang kamu"
cup
Sena mengecup sekilas pipi kanan Rio lalu masuk kedalam taxi yang sudah menunggu. Rio menatap kepergian taxi itu dengan tatapan sulit di artikan.
Flash end>>>>
Rio menghela napas beratnya, semua sudah terjadi dan ini pastinya juga berat untuk Angel.
"Maaf Angel, aku ingin istriku kembali."
10 menit berlalu. Rio keluar dari kamar mandi dan langsung mendapati Angel yang telah tertidur di sofa. Rio menghampiri Angel, di lihatnya lekat wajah Angel yang terlelap.
Di belainya wajah Angel dengan lembut. Sentuhan tangan Rio membuat senyum Angel mereka dengan sendirinya.
"Maafkan aku."
Rio mendekatkan wajahnya ke wajah Angel yang terlelap.
......***... bersambung...**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Anita Jenius
mulai baca di sini dulu
2024-04-26
1
Alea Wahyudi
kpn nikahnya Thor ,tau2 udah jd istri
2020-10-13
1
Nafiza
aq mampir, sepertinya ceritanya bagus...
ditambah cerita per bab nya panjang...
good job Thor... lanjuuuuut 👍
2020-09-24
2