5. Ulet bulu pincang

Setelah 2 minggu sadar dari komanya, akhirnya pernikahan untuk Andra dan Sara segera digelar dan Andra tidak bisa menolak karena dia terlalu sayang kepada ibu dan adiknya.

"Selamat buat kalian berdua," ucap Angkasa memberi selamat pada Andra dan Sara yang kini baru saja turun dari pelaminan.

Sarah tersenyum merona, sementara Andra memperlihatkan wajah datarnya disertai tatapan kosongnya.

"Selamat sayang," Leora memeluk Sarah dan menciumi perempuan itu.

"Terima kasih sudah mau memberikan putri kalian untukku. Aku akan menjaganya dengan baik." Ucap Andra membuat Angkasa merasa sangat senang.

"Ayah percaya padamu. Tapi Ayah ingin mengingatkanmu sekali lagi bahwa Putri Ayah adalah putri yang sangat manja dan-" Angkasa belum berhenti berbicara saat Sarah memegangi tangan ayahnya memberi kode supaya menghentikan ucapannya.

"Ahh, baiklah haha..." Angkasa tersenyum melihat putrinya.

'Cih, dasar kalian, lihat saja Tuan Angkasa yang terhormat, aku akan membuat Putri kalian memilih mati dibanding hidup karena sudah memaksakan pernikahan ini!' gumam Andra dalam hati.

"Baiklah, karena kalian sudah lelah, sebaiknya kalian pergi dan beristirahat." Ucap Angkasa lalu mereka mengantar kedua pengantin itu keluar gedung dan bertemu dengan Layla dan Samudra yang kini menunggu mereka di sana.

"Wah,, lihat pengantin baru ini!" Samudra tersenyum lepas lalu memeluk putranya dan juga menantunya.

"Selamat sayang, mama senang sekali, Putra Ibu sudah menikah." Ucap Laila.

"Terima kasih Bu," Andra dan Laila berpelukan cukup lama.

"Ehh, jangan lama-lama, istri kamu bisa cemburu." Ucap Samudra mengundang tawa semua orang.

"Kak Andra, selamat...!" Teriak seorang perempuan yang berlari dari sisi kiri hotel dan Langsung melompat memeluk Andra.

Andra sedikit terkejut namun dengan cepat menyeimbangkan tubuhnya dan membalas pelukan adiknya.

"Ana menyayangi kakak. Pokoknya kakak harus bahagia bersama Kak Sara. Aku akan sering sering mengunjungi kakak ke rumah kakak." Ucap Ana.

"Kakak akan menagih janjimu." Ucap Andra lalu mereka melepaskan pelukan mereka dan Ana berbalik memeluk Sarah.

Setelah berpamitan dengan semua orang, Sarah dan Andra pun menaiki mobil yang akan membawa mereka ke rumah Andra.

Diantar oleh Siro sebagai salah satu sekretaris Andra, mereka kemudian berangkat ke rumah Andra.

Dalam perjalanan, ponsel Siro tiba-tiba berbunyi.

"Maaf Tuan, ini telepon dari nona Ririn. Sepertinya dia ingin membahas masalah pekerjaan." Ucap Siro.

"Angkat saja." Ucap Andra lalu Siro segera mengangkat telepon itu dalam mode loudspeaker.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Langsung tanya Ririn dari seberang telepon.

"Saya sedang menyetir. Ada apa Nona?" Tanya Siro.

"Bagaimana kabar pernikahan Tuan Andra dengan perempuan bisu itu?" Terdengar suara kecemasan dari suara Ririn seolah perempuan itu sungguh tidak rela saat Andra menikah dengan Sarah.

Sementara Sarah yang mendengar ucapan Ririn, perempuan itu menggertakkan giginya lalu menoleh ke arah Andra.

'Dasar ular cacat!' geram Sarah dalam hati.

"Pernikahannya berjalan dengan lancar, dan sekarang Tuan Andra dan Nyonya Sarah sedang dalam perjalanan untuk kembali ke rum-"

"Apa?! Aku sekarang ada di bandara, cepat kemari dan jemput aku karena aku harus bertemu dengan Tuan Andra. Sekarang juga!" Ucap Ririn dari seberang telepon sebelum menutup panggilan itu membuat Siro gelagapan dan langsung melihat pada Andra lewat spion mobilnya.

"Setelah mengantar aku ke rumah, kau jemput Ririn." Perintah Andra disanggupi oleh Siro.

'Dasar ulet bulu pincang..! Dia pasti berencana mengatakan sesuatu yang tidak-tidak pada Andra. Pokoknya aku harus mendahuluinya mengatakan identitasku yang sebenarnya sebelum perempuan itu datang ke rumah!' gumam Sarah lalu dia duduk dengan gelisah sambil terus memandangi Andra yang duduk dengan tatapan kosong.