Pemandangan indah dari udara Ketika mengendarai winged horse membuat Wang Yong sangat gembira. Hal ini adalah pengalaman baru bagi dirinya yang adalah seorang pemuda sederhana dan yatim-piatu didunia ini. Jika saja dirinya tidak mengalami pertemuan dengan Manager Xu Bao yaitu seorang manager yang mengelola dan mengatur tata kerja semua murid pekerja di Sekte Pedang Awan, mungkin saat ini dia sudah terlunta-lunta menjadi pengemis didunia ini.
Morning Star city benar-benar adalah kota yang indah. Setidaknya itu adalah kesan Wang Yong Ketika mereka memasuki gerbang kota. Dalam hal pengaturan kendaraan transportasi magical beast di Morning Star City, semua magical beast dilarang masuk kedalam kota. Ketentuan pelarangan memba2a masuk Magical Beast memang diterapkan pada semua kota besar di Benua Silver ini. Oleh karenanya langsung Fenying membisikkan beberapa kata kepada winged horse untuk pergi.
Magical beast itu kemudian melayang pergi untuk bersembunyi dibalik awan.
Sedangkan untuk magical beast transportation umum lainnya, disediakan area khusus di bagian luar kota ini sebagai tempat istirahat magical beast. Disana juga terdapat para penjinak hewan yaitu tamer yang menjaga serta memberi makan semua magical beast transportation.
xxxxxxxxxxxxx
Fenying berlari-lari senang di area pasar dalam kota Morning Star. Tak henti-hentinya dia mampir di kios-kios yang menjual jajananan kembang gula. Lalu kemudian menarik tangan Wang Yong untuk memasuki toko pakaian yang menjual pakaian anak gadis hingga Wanita dewasa.
Sayang sekali posisinya sebagai murid Sekte Pedang Awan tidak memungkinkannya untuk berhias dengan busana-busana tersebut. Semua murid sekte wajib mengenakan seragam jubah sekte.
Setelah puas mencoba pakaian di toko busana itu, fenying tetap tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membeli beberapa asesoris kaum Wanita. Anting-anting, jepitan rambut, pemerah pipi, gincu dan bedak disambar gadis kecil itu dengan sigap.
Wang Yong sampai terheran-heran melihat gadis kecil yang tergila-gila dengan berbagai asesoris dan alat penghias wajah Fenying. Tentu saja Wan Yong tidak mengetahui bahwa gadis-gadis sangatlah gemar berdandan dan itu sudah dilakukan sedini mungkin Ketika mereka kaum hawa mulai sadar akan arti keindahan yang akan dikagumi kaum pria.
“Mari kita mampir mencicipi hidangan yang lezat di restoran Hidangan Bangsawan itu” teriak Fenying setelah mereka keluar dari toko busana dan melewati sebuah bangunan bertingkat 3 yang terlihat megah dan ramai dikunjungi orang.
Kota Morning Star pada siang itu benar-benar ramai. Selain dipenuhi warga kota, terlihat banyak sekali murid-murid Sekte Pedang Awan bersliweran di semua sudut kota. Hal yang sangat jelas menandakan murid sekte Pedang adalah namapak dari jubah siswa yang tergambar Pedang dan Awan di dada mereka. Perasaan bangga juga didalam hati para siswa karena dengan mengenakan jubah tersebut, setidak nya orang merasa segan dengan mereka. Siapakah yang berani untuk menyenggol sekte bintang 2 seperti Sekte Pedang Awan di Kekaisaran Great Ying. Semua orang tahu bahwa Sekte Pedang Awan adalah salah satu diantara 7 kekuatan besar di kekaisaran Great Ying.
Fenying Bersama Wang Yong melangkahkan kaki memasuki Restoran Hidangan Bangsawan. Dilantai dasar terlihat ratusan orang duduk makan dengan suara yang hiruk-pikuk.
“Hmm…tidak suka aku. Terlalu ramai dan aku tidak akan bisa menikmati hidanganku. Kita pindah ke lantai 2” kata Fenying sambil menarik tangan Wang Yong untuk naik ke lantai 2.
Wang Yong terlihat agak ragu-ragu, akan tetapi Fenying telah menyeret dirinya sehingga dia mengikuti saja. Ditangga menuju lantai 2, berdiri dengan sigap 2 orang pelayan. Sekilas Wang Yong melihat bahwa 2 orang itu adalah cultivator pemula dengan ranah Mortal 3. Kemampuan itu telah memadai untuk menakut-nakuti pelanggan yang agak bebal dan bertindak nakal untuk mengacaukan restoran yang ramai tersebut.
“Maafkan nona dan tuan… lantai 2 diperuntukan bagi cultivator….” Belum selesai pria pelayan tersebut berbicara, mereka langsung terdiam Ketika melihat lukisan pedang dan awan di dada Fenying.
“Silahkan naik ke lantai 2” dengan sopan kedua pria itu mengarahkan Fenying dan Wang Yong untuk pindah kelantai 2.
Pemandangan di lantai 2 lebih baik dibanding lantai dasar. Suasana tidak hirup pikuk seperti lantai dasar karena lantai 2 ini diperuntukkan bagi cultivator. Dimana semua pembayaran di lantai 2 menggunakan alat pembayaran Energy Stone. 1 energy setara dengan 100 koin emas, sehingga dapat dibayangkan harga makanan di lantai 2 memang lebih mahal dibanding lantai dasar.
Fenying memilih tempat di dekat jendela yang dapat melihat pemandangan kota dimana orang riuh berlalu-lalang.
“Sajikan hidangan kaki beruang salju dimasak kuah pedas, hidangan burung dara goreng, wonton daging domba muda, bebek bakar khas daerah selatan dan buahnya adalah anggur dari Wilayah Arya diBarat” sambil mengucapkan menu lezat yang baru kali ini didengar Wang Yong, Fenying menampar meja didepannya dengan meletakan 10 batu energy kelas rendah.
Mata pelayan di Restoran Hidangan Bangsawan itu menyala dan buru-buru menyiapkan hidangan pesanan Fenying. Sikap, pelayan mendadak menjadi berubah dan langsung mengubah sebutan kepada mereka berdua menjadi tuan muda dan nona muda. Uang memang berkuasa dibunia ini.
Ketika hidangan pesanan mereka telah tersedia, kedua anak itu tanpa malu-malu memasang tatapan rakus dan hawa bafsu makan yang besar layaknya seekor singa yang kelaparan. Tangan kir tangan kanan, … semua penuh dengan makanan daging yang masih tetap kalap dihajar mereka (hahaha). Sungguh benar-benar kekalapan yang ditampilkan kedua anak ini menghapus citra imut dan kesan anak-anak dibalik penampilan mereka. Namun mereka berdua tidak mengambil pusing sama sekali akan pandangan heran orang disekitar lantai 2 restoran.
Tidak lama kemudian, terdengar bunyi Langkah sepatu yang mana Langkah itu terdengar anggun dan teratur. Seakan-akan setiap Langkah itu memang disengaja agar memberi kesan berwibawa. Fenying hanya melirik dengan tatapan penuh kebosanan kearah anak tangga ke lantai 2 karena dia merasa bahwa Langkah kaki itu terlalu dibuat-buat layaknya seorang penari opera dipanggung-panggung rakyat masa itu. Sementara Wang Yong dengan wajah polos memalingkan wajah dengan tatapan penuh kaingin-tahuan.
Dari arah tangga ke lantai 2 ini, muncul seorang pemuda tampan dengan busana yang mentereng. Wajah pemuda itu berkisar 17 tahun, memiliki wajah yang sangat bersih dan putih bagaikan pualam. Badannya yang tinggi langsing dipasangkan busana model terakhir di toko-toko busana yang mahal. Bajunya berlengan sangat besar model terakhir itu berwarna hijau pastel dan kemudian dilapisi jubah hijau zamrud nan
menawan. Jika orang yang tahu akan harga barang, akan langsung dapat menerka bahwa jubah dan pakaian pemuda itu menggunakan bahan sutera di bawa pedagang dari wilayah Barat nun jauh disana. Sutra yang sangat mahal dari daerah Arya di Barat
Sepatu pemuda itu terlihat terbuat dari kulit dark beast yang sangat lembut dan dihiasi ukiran-ukiran yang indah. Tatanan rambut nya diikat rapih licin keatas menggunakan minyak kayu cendana yang harum semerbak, dimana konde dikepalanya membentuk bulatan kecil indah dan kemudian di hiasi dengan pita dari bahan sutra. Total keseluruhan penampilan pemuda itu langsung memberi kesan bahwa dia adalah keturunan bangsawan atau setidaknya anak hartawan yang sangat kaya.
Seorang pria yang datang Bersama pemuda itu (seperti pengawal atau body guard) berjalan mendekati dimana Wang Yong dan Fenying duduk. Fenying makin menunjukkan wajah yang sangat bosan dengan membuang pandangannya kearah pemandangan dijalan yang ramai itu, sementara itu Wang Yong terlhat memaang wajah ramah kearah pria pengawal pemuda itu bangsawan itu.
“Dua adik kecil… ini adalah tempat duduk yang diinginkan oleh tuan kami Tuan Muda Ruan Ceng. Silahkan pilih tempat duduk lain dan aku akan memberi kompensasi untuk tempat ini” kata pria itu.
Ketika Wang Yong baru saja akan menjawab dan memberi kesempatan untuk pendatang baru itu untuk mengambil tempat duduk mereka karena toh dirinya dan Fenying telah selesai menyantap makanan, tiba-tiba terdengar suara melengking dan galak
“Ada masih banyak kursi dan meja di lantai 2 ini. Silahkan kalian pilih menjadi yang kosong. Meja ini masih kami tempati dan masih akan melanjutkan memesan makanan” Fenying melirik sekilas kearah orang yang datang Bersama pemuda tersebut dan kemudian mamalingkan wajah dengan gaya tidak peduli.
“Gadis kecil, jang bersikap berlebihan. Tahukah kau siapa Tuan Muda Ruan Ceng” pria yang Bersama pemuda itu menjawab sambil menahan emosi.
“Kamu juga tidak tahu siapa aku bukan? Aku adalah Zuo Fentin dan aku tidak akan membiarkan siapapun untuk menindas kami hanya karena kami adalah 2 anak kecil” dengan galak Fenying.
“Pergi dan cari tempat lain. Aku tidak suka bertele-tele dan membuang-buang waktu dengan berdebat kosong” Fenying melotot kearah pria itu.
“Bocah kecil yang tidak mengenal tingginya langit dan dalamnya lautan, ijinkan aku memberimu pelajaran” pria itu mengepalkan tangan dan bersiap menakut-nakuti kedua bocah itu dengan Gerakan pukulan.
Dengan senyum licik tanpa sedikitpun rasa takut Fenying tangannya bergerak cepat mengeluarkan sesuatu dari cincin spasialnya dan berkata mengejek
“ini adalah hadiah kecil dariku atas sikap kekurang ajaranmu” sambil berkata maka Fenying melemparkan jimat peledak kearah tukang pukul yang mengikuti Ruan Ceng.
“Duaarrr….!!” Sebuah ledakan yang cukup besar terdengar dilantai 2 Restoran Hidangan Bangsawan.
Pria tukang pukul yang datang Bersama Pemuda Ruan Ceng itu terlempar kebelakang sejauh 5 meter dan berusaha berdiri dengan pandangan yang terlihat seperti orang pusing. Pakaiannya menjadi compang-camping sehingga kelihatan seperti orang setengah telanjang. Rambut nya berdiri dengan wajah penuh coretan hitam arang sekujur tubuh dan wajah. Rasanya dia pengen menangis karena luka-luka goresan kecil disekujur tubuhnya, terlebih lagi dia sangatlah malu dengan orang-orang dilantai 2 itu.
“Itu hanyalah dari jimat kelas rendah yang aku hadiahkan kepadamu. Kedepannya jika masih bertingkah, akutidak segan-segan memberikan hadiah yang akan membuat separuh tubuhmu hangus dan disaat itu engkau akan menangis dan memohon kepada siapapun agar membunuhmu sehingga terbebas dari derita petir yang aku berikan” dengan nada acuh atak acuh Fenying berkata dengan nyaring.
Seluruh ruangan di restoran Hidangan Bangsawan lantai 2 itu menjadi terdiam seketika. Ada yang merasa kagum kepada Fenying, ada yang merasa bahwa iblis kecil itu terlalu kejam, bahkan ada yang sangat iba melihat kebodohan pria yang terlihat seperti akan menangis itu karena sebelumnya mencoba mengganggu kenyamanan kedua anak kecil itu ketika sedang menikmati makan siang.
Diam-diam ada pula yang tadi nya sudah berniat jahat akan merampok mereka, karena tergiur Ketika melihat Fenying secara boros dan mudah mengeluarkan 10 batu energy hanya untuk beberapa hidangan , tiba-tiba menjadi sangat bersyukur karena yang dilakukan oleh Fenying jelas-jelas adalah menggunakan jimat. Gadis iblis itu pasti master jimat, atau setidak nya orang kaya raya yang memiliki uang berlebihan, sehingga menghambur-hamburkan jimat hanya untuk mengusir tukang pukul tersebut.
Perlu diketahui bahwa sangatlah membutuhkan biaya yang mahal untuk memperoleh jimat dikalangan umum. Itu karena selain mahal, jimat sangat tidak umum diperjual belikan secara sederhana. Jimat hanya dapat diperoleh melalui pelelangan di Lembaga-lembaga lelang besar di Kota Morning Star.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 524 Episodes
Comments
Iron Mustapa
hahahahahaha... rasain
2023-09-29
2
Oby Ardana
yg mending murah dan g usah lelang jimat susuk sm pelet y thor...
2023-07-14
0
Himawan Wawan
jimat...barang siji jarang dirawat😄😄😄 mantap Thor
2023-06-01
0