Sentuhan Pertama

Sesaat, Ben terdiam. Ia memperhatikan Ana yang tidak bergerak dari tempatnya. Bahkan gadis itu semakin menutupi wajahnya dengan rapat.

Sambil mengulum senyum, Ben mendekat. Ia membungkuk di samping Ana dan berbisik pelan di telinga gadis itu.

"Aku memintamu melihat isi kotak hadiah, bukan melihat isi dibalik handuk yang kupakai," bisiknya.

"Apa?" Ana menyingkirkan tangan dari wajahnya dan menatap wajah Ben yang berada tepat di sisi kanan wajahnya.

"Ini milikmu, hadiah dariku." Ben sedikit mundur dan menyerahkan kotak yang sedari tadi ia letakkan di samping Ana.

Menyadari dirinya telah salah sangka dan berpikir yang tak seharusnya, Ana merasa malu. Gadis itu gugup, ia gemas pada pikirannya sendiri karena harus berpikir sejauh itu.

"Aku pasti sudah gila," batin Ana. Ia memejamkan mata beberapa saat sambil menarik napas dalam-dalam.

"Kau baik-baik saja?" tanya Ben.

"Ya, maaf."

"Baiklah, cepat buka hadiahmu dan katakan padaku apa pendapatmu."

Ana meraih kotak berwarna putih dan menarik pita merah di atasnya. Saat membukanya, gadis itu terkejut melihat ponsel layar sentuh dari merek terkenal yang ia ketahui berharga mahal.

"Kau suka?" tanya Ben.

"Kenapa kau harus memberiku hadiah?" tanya Ana. Ia benar-benar dibuat tidak mengerti, mengapa sikap Ben begitu baik dan perhatian padanya. Ana tidak mau terlalu percaya diri, namun ia juga tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada laki-laki itu.

"Karena kau istriku," jawab Ben. "Aku menulis nomor ponselku di daftar kontakmu. Pastikan kau menghubungiku jika membutuhkan sesuatu," lanjutnya.

Jawaban Ben tersebut membuat Ana tidak bisa memahami, hubungan apa yang sebenarnya Ben harapkan darinya?

"Apakah Kak Rose tidak marah jika mengetahui hal ini?" tanya Ana.

"Dia menginginkan aku menikah lagi, artinya dia harus siap berbagi segalanya, termasuk perhatianku."

"Aku tidak ingin menyakiti perasaan Kak Rose. Aku tidak bisa menerima hadiah ini," tolak Ana.

"Anastasia! Kau sungguh tidak menghargai pemberianku!" seru Ben. Ana terdiam, ia berada dalam situasi sulit.

"Maaf," gumam Ana lirih.

"Aku tidak ingin mendengar penolakan apapun darimu. Gunakan ponsel itu, kau tidak perlu mengatakan apapun pada Rosalie untuk hal-hal seperti ini," ungkap Ben.

Ana tidak punya pilihan lain selain diam dan menerima. Berdebat dengan Ben hanya akan membuatnya semakin tersudut.

Setelah Ben selesai berpakaian, ia mengajak Ana keluar kamar. Mereka berjalan bersama menuju ruang makan.

Di meja makan, Ana hanya duduk berdua bersama Ben. Sementara para pelayan sudah kembali ke dapur setelah menata semua hidangan di atas meja.

"Makanan apa yang kau sukai?" tanya Ben pada Ana.

"Aku bukan tipe pemilih, aku suka makan apa saja," jawab Ana. Gadis itu memperhatikan Ben yang hanya duduk dan membiarkan piring di depannya tetap kosong.

"Ah, baguslah. Itu bagus," ucap Ben.

Ana bangkit dari kursinya, gadis itu mengambil piring Ben dan mengisinya dengan nasi juga lauk pauk. Selama bekerja di rumah ini, sedikit banyak ia tahu tentang makanan favorit Ben dari pelayan dapur, sementara Rosalie, Ana bahkan tahu segalanya karena mereka tumbuh bersama saat kecil.

"Kau perhatian sekali. Terima kasih," ucap Ben saat menerima piring dari tangan Ana.

"Aku hanya melakukan tugasku sebagai seorang istri," jawab Ana singkat. Ia pun mengabaikan tatapan mata Ben dan fokus untuk menghabiskan isi piringnya.

Duduk berdua di meja makan seperti ini membuat Ana merasa tidak nyaman. Ia tahu rumah ini pasti memiliki banyak CCTV di setiap ruangannya, dan Ana khawatir jika Rosalie berpikir buruk tentangnya.

Setelah makan siang, Ben mengantar Ana ke kamarnya, laki-laki itu mengatakan pada Ana jika ia harus pergi menemui seseorang. Ana tidak terlalu ingin tahu, gadis itu hanya mengatakan hal seperlunya tanpa banyak bertanya.

"Aku akan berusaha pulang sebelum malam. Jika aku dan Rosalie pulang larut, pastikan kau tidak terlambat makan malam meski sendirian," ujar Ben.

"Baik." Ana mengangguk. "Ah, ya. Terima kasih, aku menyukai hadiahnya," lanjut Ana dengan senyum yang tersamar.

Ben memperhatikan gadis yang berdiri di depannya. Gadis dengan wajah polos dan penampilan apa adanya itu sukses membuat Ben kesulitan menahan diri setiap kali menatapnya.

Mungkin ini karena Ana adalah gadis muda yang begitu menarik dengan lekuk tubuh yang menggoda, atau hanya karena Ben terlalu lama tidak merasakan nikmatnya bercinta. Ben tidak tahu pasti, ia hanya merasa sangat ingin melakukannya.

Ben melangkah perlahan mendekati Ana, sorot mata tajam seakan membidik gadis itu tepat di hatinya. Lagi-lagi Ana menjadi gugup, gadis itu mundur perlahan hingga punggungnya membentur tembok.

"Kau menghindar dariku?" tanya Ben dengan sedikit berbisik. Kini laki-laki itu berdiri tepat di hadapan Ana.

"Tidak. Aku hanya ...."

"Hanya apa? gugup?" sela Ben. Ana mengangguk cepat.

Ben tersenyum samar. Ia bersandar pada tembok di depan tubuh Ana dengan sebelah tangan, lalu tangan yang lain membelai rambut Ana.

"Rambut yang indah," bisik Ben.

Tangan itu perlahan turun, mengusap pundak hingga ke pinggang. Ana terdiam, ia terpaku, seakan Ben menghipnotisnya. Gadis itu tidak bergerak, juga tidak menunjukkan penolakan, hanya keringat dingin dan tangan gemetar yang ia rasakan.

Tangan Ben terus bergerak turun, perlahan tapi pasti, kini tangan itu telah menyentuh hingga ke ujung dress Ana. Laki-laki itu sedikit menunduk dan perlahan mengangkat kain itu dengan meraba lembut paha istrinya.

Ana menggertakkan gigi, kepalanya menggeleng samar dengan keringat dingin yang membasahi keningnya. Gadis itu benar-benar tidak berdaya.

Drrrtt ... Drrtt ....

Suara ponsel di saku celana Ben terus bergetar. Laki-laki itu segera melepaskan Ana dan menerima telepon seseorang yang sudah mengganggu kesenangannya.

"Ah, ini sangat menyebalkan," gerutu Ben setelah menerima telepon.

"Anastasia, aku akan pergi sekarang. Anggap ini pemanasan, aku ingin kau lebih berani dari perkiraanku," ujar Ben sebelum keluar dari kamar. Laki-laki itu terlihat tergesa-gesa setelah menerima telepon. Jika bukan suatu hal yang penting dan mendesak, ia pasti lebih memilih Ana karena sudah memulai aksinya.

Sepeninggal Ben, Ana merosot di lantai. Gadis itu memegang dadanya. Jantungnya berdetak cepat dengan napas yang memburu. Hampir seluruh tubuhnya terasa membeku dan seluruh bulu kuduknya meremang.

"Ya Tuhan, hampir saja," gumam Ana. Ia bangkit dan meneguk segelas air putih. Gadis itu hampir kesulitan bernapas, ia hampir kehabisan oksigen.

Bagaimanapun, hal ini pasti akan terjadi. Ana tidak mungkin dan tidak akan bisa menolaknya. Karena inilah alasan mereka menikah. Hanya saja, Ana masih merasa asing dengan sikap Ben, juga dengan tatapan dan sentuhan laki-laki itu.

"Haruskan aku memberanikan diri? Bersikap agresif seperti yang dia inginkan?" tanya Ana pada dirinya sendiri.

🖤🖤🖤

Terpopuler

Comments

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

aplg pk lingerie.... klepek " pasti itu Ben

2024-11-08

0

Yaser Levi

Yaser Levi

kok hampir saja???begooo.kan lu kawin sm ben buat bgtuan oon

2024-09-29

1

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Ah maluuuuu......ketauan omes nya 🤣🤣🤣

2024-09-22

1

lihat semua
Episodes
1 Maukah Kau Menikah Lagi?
2 Anastasia
3 Menikah kontrak?
4 Menerima Tawaran Gila
5 Pada Pandangan Pertama
6 Menyalakan Api Kecemburuan
7 Bertahan Tanpa Perasaan
8 Seranjang Bersama
9 Malam Perkenalan
10 Bersikap Adil
11 Ini milikmu!
12 Sentuhan Pertama
13 Mahkota Yang Terenggut
14 Apakah Aku Keterlaluan?
15 Kecemburuan Rosalie
16 Pikiran Yang Terbagi
17 Menstruasi
18 Pulang
19 Ancaman Rosalie
20 Tidak Ingin Pulang
21 Jangan Terlalu Baik
22 Menikmatinya
23 Bersikap Adil dan Jujur
24 Antara Dia Dan Dia
25 Makan Berdua
26 Memiliki Suamimu Untuk Sementara Waktu
27 Rosalie Kritis
28 Operasi Pengangkatan Rahim
29 Mencuri Kesempatan
30 Hanya Ladang Pembenihan
31 Cincin Berlian
32 Membuatmu Menunggu
33 Kecewa
34 Mengabaikannya
35 Pertemuan Tiba-Tiba
36 Hari Ini Milik Kita
37 Melawan
38 Tugas Seorang Istri
39 Melindungimu
40 Apa Lagi?
41 Bersikap Tidak Peduli
42 Percakapan Tidak Menyenangkan
43 Kedatangan Seseorang
44 Naina
45 Menjadi Pelayan Baru
46 Akar Dari Semua Masalah
47 I'm Fine
48 Masuk Angin?
49 Hal Mengejutkan
50 Haruskah Aku Bahagia?
51 Kejutan?
52 Tak Ingin Jatuh Cinta
53 Tangisan Di Keramaian Pesta
54 Mulai Menjauh
55 Kepulangan Ayah
56 Bertahanlah, Ayah.
57 Kedatangan Ben
58 Bukan Pernikahan Sungguhan
59 Aku Mencintaimu
60 Kesempatan
61 Saatnya Telah Tiba
62 Waktunya Berpisah
63 Ini Anakku!
64 Mencari Kebahagiaana
65 Amarah Dan Putus Asa
66 Kehilangan Kesabaran
67 Pergi Sejauh Mungkin
68 Etthan
69 Liam Matteo
70 Membalas Budi
71 Kau cantik!
72 Menyatakan Perasaan
73 Kepulangan Etthan
74 Wanita Yang Sama
75 Bertemu Liam
76 Anastasia?
77 Siapa Ayah Liam?
78 Aku Bukan Wanita Simpanan
79 Melepas Kerinduan
80 Cinta Yang Sama
81 Kembali Bersama
82 Level Mencintai
83 ENDING
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Maukah Kau Menikah Lagi?
2
Anastasia
3
Menikah kontrak?
4
Menerima Tawaran Gila
5
Pada Pandangan Pertama
6
Menyalakan Api Kecemburuan
7
Bertahan Tanpa Perasaan
8
Seranjang Bersama
9
Malam Perkenalan
10
Bersikap Adil
11
Ini milikmu!
12
Sentuhan Pertama
13
Mahkota Yang Terenggut
14
Apakah Aku Keterlaluan?
15
Kecemburuan Rosalie
16
Pikiran Yang Terbagi
17
Menstruasi
18
Pulang
19
Ancaman Rosalie
20
Tidak Ingin Pulang
21
Jangan Terlalu Baik
22
Menikmatinya
23
Bersikap Adil dan Jujur
24
Antara Dia Dan Dia
25
Makan Berdua
26
Memiliki Suamimu Untuk Sementara Waktu
27
Rosalie Kritis
28
Operasi Pengangkatan Rahim
29
Mencuri Kesempatan
30
Hanya Ladang Pembenihan
31
Cincin Berlian
32
Membuatmu Menunggu
33
Kecewa
34
Mengabaikannya
35
Pertemuan Tiba-Tiba
36
Hari Ini Milik Kita
37
Melawan
38
Tugas Seorang Istri
39
Melindungimu
40
Apa Lagi?
41
Bersikap Tidak Peduli
42
Percakapan Tidak Menyenangkan
43
Kedatangan Seseorang
44
Naina
45
Menjadi Pelayan Baru
46
Akar Dari Semua Masalah
47
I'm Fine
48
Masuk Angin?
49
Hal Mengejutkan
50
Haruskah Aku Bahagia?
51
Kejutan?
52
Tak Ingin Jatuh Cinta
53
Tangisan Di Keramaian Pesta
54
Mulai Menjauh
55
Kepulangan Ayah
56
Bertahanlah, Ayah.
57
Kedatangan Ben
58
Bukan Pernikahan Sungguhan
59
Aku Mencintaimu
60
Kesempatan
61
Saatnya Telah Tiba
62
Waktunya Berpisah
63
Ini Anakku!
64
Mencari Kebahagiaana
65
Amarah Dan Putus Asa
66
Kehilangan Kesabaran
67
Pergi Sejauh Mungkin
68
Etthan
69
Liam Matteo
70
Membalas Budi
71
Kau cantik!
72
Menyatakan Perasaan
73
Kepulangan Etthan
74
Wanita Yang Sama
75
Bertemu Liam
76
Anastasia?
77
Siapa Ayah Liam?
78
Aku Bukan Wanita Simpanan
79
Melepas Kerinduan
80
Cinta Yang Sama
81
Kembali Bersama
82
Level Mencintai
83
ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!