Bertahan Tanpa Perasaan

Hari pernikahan.

Pagi ini, Rosalie datang bersama Ben dan Ana ke sebuah tempat yang akan menjadi saksi bisu pernikahan kontrak antara Ben dan Ana.

Rosalie ingin anak yang akan Ana lahirkan kelak adalah anak yang lahir dari orang tua yang sudah menikah sah secara hukum dan agama. Dengan begitu, Rosalie dan Ben mengeluarkan cukup banyak biaya untuk pernikahan rahasia yang tidak boleh diketahui oleh semua orang.

Acara pernikahan digelar secara tertutup dan rahasia. Ana bahkan tidak memberitahukan hal ini pada ayahnya yang sedang menjalani pengobatan di luar negeri. Ana merahasiakan semua ini agar ayahnya bisa berobat dengan tenang. Jika ayahnya sudah kembali pulang dalam keadaan stabil, Ana berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menceritakan semua ini.

Prosesi pernikahan berjalan lancar, terlebih Rosalie begitu mendukungnya hingga tidak ada satupun kesulitan dalam pencatatan sipil yang perlu mereka khawatirkan. Hanya saja, semua harus tetap menjadi rahasia.

"Ana, ini kamarmu," ucap Rosalie. Kini mereka bertiga sudah kembali ke rumah, dan Ana mendapatkan kamarnya sendiri di rumah ini.

"Baik," jawab Ana sambil mengangguk. Ia masuk ke dalam kamar dan menutup pintunyanya rapat.

Gadis itu melihat kamar luas dengan semua fasilitas yang mewah. Ranjang besar lengkap dengan televisi, pendingin ruangan hingga tiga lemari kaca besar menghiasi ruangan.

Ana berjalan dengan kaki lemah menuju tempat tidur. Badannya gemetar dengan kedua mata berkaca-kaca. Gadis itu meraba dadanya, ia memejam dan merasakan sebuah perasaan sakit yang sulit di jelaskan.

Di usia dua puluh tiga tahun, Ana bahkan belum sempat memimpikan pernikahannya. Dan kini ia telah resmi menyandang status sebagai istri kedua seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun, yang juga berstatus sebagai majikannya.

Ana merosot di lantai, menekuk kedua lutut dan merangkulnya. Gadis itu menangis dalam diam, tak bersuara, namun jeritan batinnya bahkan mengguncang seluruh tubuhnya.

"Maafkan aku, Ayah. Maafkan aku, Ibu."

Ana menangis. Bukan karena ia menyesal telah memilih jalan pintas seperti ini, namun ia menangis karena tidak bisa menjaga wasiat ibunya untuk hidup bahagia bersama laki-laki yang dicintainya.

Ana merasa jika kini ia sedang menjual tubuh. Ia menjual keperawanan, harga diri dan menyewakan rahimnya untuk keluarga kaya yang bisa membiayai seluruh pengobatan ayahnya.

Saat masih duduk bersimpuh di lantai dengan wajah basah oleh air mata, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Ben masuk mendekatinya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Ben. Ia duduk berjongkok dan menatap wajah gadis yang baru saja resmi menjadi istrinya.

Ana mengangguk dan menghapus sisa air mata di wajahnya. Gadis itu buru-buru bangkit dan merapikan gaun pengantin yang belum sempat ia lepas.

"Maaf," lirih Ana.

Tanpa aba-aba, Ben memeluk Ana. Membenamkan kepala gadis itu di depan dadanya dan mengusap kepalanya lembut.

"Tidak apa-apa, kau bisa menangis sepuasmu. Tapi setelah ini, aku tidak mau melihatmu menangis lagi," ucap Ben. Ia akan semakin merasa bersalah jika Ana terus menangis seakan menyesali semua perbuatannya.

Laki-laki itu memeluk Ana, ia bisa merasakan tubuh gadis itu berguncang karena tangisan yang hebat. Ben tahu Ana merasa tertekan, Ben paham Ana belum bisa merelakan nasib yang sudah Tuhan takdirkan.

Entah sudah berapa lama, Ana akhirnya kembali tenang. Ben menuntun gadis itu dan membiarkannya duduk di tepi tempat tidur.

"Ganti pakaianmu dan istirahatlah, tenangkan dirimu. Aku akan meminta pelayan membawa makan siang untukmu," ujar Ben lembut.

"Aku akan pergi ke dapur sendiri," jawab Ana.

"Kau nyonya di rumah ini. Kau juga mendapatkan hak yang sama seperti Rosalie!" tegas Ben.

"Tapi ...." Ana berusaha menolak, ia merasa tidak enak hati.

"Aku tidak suka dibantah!" seru Ben. Laki-laki itu tanpa izin membuka jas dan kemejanya di depan Ana. Membuat gadis yang polos dan pemalu itu menutup mata.

"Aku akan mandi. Cepat ganti pakaianmu dan istirahatlah," ujar Ben sambil berjalan ke arah kamar mandi.

"Tapi, kenapa kau mandi di sini? Apa Kak Rose mengizinkan?" tanya Ana.

"Dia sedang ada urusan di butik. Aku tidak perlu meminta izin apapun darinya."

Ana menelan ludah kasar mendengar penuturan laki-laki itu. Ia bahkan belum bisa menerima kenyataan ini, namun Ben bahkan sudah bergerak cepat seakan menyiapkan strategi.

Setelah Ana mendengar suara pintu kamar mandi yang terkunci, gadis itu segera membuka lemari dan mencari pakaian ganti. Ia tidak membawa semua pakaian di rumah lamanya, ia hanya membawa beberapa pakaian yang cukup bagus dan pantas.

Dengan cepat, Ana berganti pakaian sebelum Ben menyelesaikan ritual mandinya.

Selang beberapa menit, Ben keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Laki-laki itu mengabaikan Ana yang memalingkan wajah karena malu.

"Kau harus membiasakan diri," ucap Ben.

"Membiasakan diri? Untuk apa?"

"Sekarang aku suamimu. Kau harus terbiasa bersikap berani di depanku, aku suka gadis pemberani dan agresif," jelas Ben.

"Baik," jawab Ana singkat. Meskipun ia tidak begitu paham maksud berani dan agresif dalam hal apa yang sedang Ben bicarakan.

Setelah berpakain, Ben berdiri di depan Ana. Ia memperhatikan gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wajahnya yang cantik bahkan tanpa make up membuat Ben berulang kali menarik napas panjang untuk meredakan desakan gairah yang terus mendorongnya.

"Dengar, Anastasia. Jika kau belum siap atau bahkan tidak ingin kita melakukannya malam ini, tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksa," ungkap Ben. Ia masih melihat rasa takut dan khawatir di wajah istri keduanya.

"Bagaimana dengan Kak Rose?"

"Kau lucu sekali," jawab Ben sambil mengulum senyum. "Apakah kita harus melaporkan padanya sudah berapa ronde kita melakukannya?"

"Bukankah lebih cepat lebih baik?" tanya Ana.

"Ah, begitu rupanya. Kau mau melakukannya saat ini juga? Tidak apa-apa, aku bersedia," ujar Ben.

"Tidak, Tuan. Beri aku waktu, aku mohon."

"Tuan?" Ben mengernyitkan dahi. "Aku suamimu, kau bisa memanggil namaku, jangan memanggilku seperti itu."

"Maaf," lirih Ana. Usianya dan Ben yang terpaut tujuh tahun rasanya tidak sopan jika memanggil laki-laki itu hanya dengan namanya, namun Ana tidak tahu harus memanggil dengan sebutan apa.

Ben tersenyum, ia lalu memeluk Ana sekilas, membuat gadis itu tersentak kaget.

"Istirahatlah, pelayan akan datang membawa makan siangmu. Aku ada pekerjaan, kau bisa mencariku di ruang kerjaku," ucap Ben setelah melepaskan pelukan. Laki-laki itu berjalan keluar kamar.

Setelah kepergian Ben, Ana melamun. Ia kini paham mengapa Rosalie begitu mencintai laki-laki itu. Selain wajah yang tampan, Ben juga bersikap manis dan penuh kasih sayang. Kini Ana mengkhawatirkan hatinya. Apakah ia bisa bertahan tanpa perasaan untuk hidup bersama sosok laki-laki seperti itu.

🖤🖤🖤

Terpopuler

Comments

Nenti iis Fatimah

Nenti iis Fatimah

tuh nya Acan ge Acan dah baper ajah

2024-12-08

1

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

nahloh...

2024-11-08

0

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

wadidaw....to the point

2024-11-08

0

lihat semua
Episodes
1 Maukah Kau Menikah Lagi?
2 Anastasia
3 Menikah kontrak?
4 Menerima Tawaran Gila
5 Pada Pandangan Pertama
6 Menyalakan Api Kecemburuan
7 Bertahan Tanpa Perasaan
8 Seranjang Bersama
9 Malam Perkenalan
10 Bersikap Adil
11 Ini milikmu!
12 Sentuhan Pertama
13 Mahkota Yang Terenggut
14 Apakah Aku Keterlaluan?
15 Kecemburuan Rosalie
16 Pikiran Yang Terbagi
17 Menstruasi
18 Pulang
19 Ancaman Rosalie
20 Tidak Ingin Pulang
21 Jangan Terlalu Baik
22 Menikmatinya
23 Bersikap Adil dan Jujur
24 Antara Dia Dan Dia
25 Makan Berdua
26 Memiliki Suamimu Untuk Sementara Waktu
27 Rosalie Kritis
28 Operasi Pengangkatan Rahim
29 Mencuri Kesempatan
30 Hanya Ladang Pembenihan
31 Cincin Berlian
32 Membuatmu Menunggu
33 Kecewa
34 Mengabaikannya
35 Pertemuan Tiba-Tiba
36 Hari Ini Milik Kita
37 Melawan
38 Tugas Seorang Istri
39 Melindungimu
40 Apa Lagi?
41 Bersikap Tidak Peduli
42 Percakapan Tidak Menyenangkan
43 Kedatangan Seseorang
44 Naina
45 Menjadi Pelayan Baru
46 Akar Dari Semua Masalah
47 I'm Fine
48 Masuk Angin?
49 Hal Mengejutkan
50 Haruskah Aku Bahagia?
51 Kejutan?
52 Tak Ingin Jatuh Cinta
53 Tangisan Di Keramaian Pesta
54 Mulai Menjauh
55 Kepulangan Ayah
56 Bertahanlah, Ayah.
57 Kedatangan Ben
58 Bukan Pernikahan Sungguhan
59 Aku Mencintaimu
60 Kesempatan
61 Saatnya Telah Tiba
62 Waktunya Berpisah
63 Ini Anakku!
64 Mencari Kebahagiaana
65 Amarah Dan Putus Asa
66 Kehilangan Kesabaran
67 Pergi Sejauh Mungkin
68 Etthan
69 Liam Matteo
70 Membalas Budi
71 Kau cantik!
72 Menyatakan Perasaan
73 Kepulangan Etthan
74 Wanita Yang Sama
75 Bertemu Liam
76 Anastasia?
77 Siapa Ayah Liam?
78 Aku Bukan Wanita Simpanan
79 Melepas Kerinduan
80 Cinta Yang Sama
81 Kembali Bersama
82 Level Mencintai
83 ENDING
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Maukah Kau Menikah Lagi?
2
Anastasia
3
Menikah kontrak?
4
Menerima Tawaran Gila
5
Pada Pandangan Pertama
6
Menyalakan Api Kecemburuan
7
Bertahan Tanpa Perasaan
8
Seranjang Bersama
9
Malam Perkenalan
10
Bersikap Adil
11
Ini milikmu!
12
Sentuhan Pertama
13
Mahkota Yang Terenggut
14
Apakah Aku Keterlaluan?
15
Kecemburuan Rosalie
16
Pikiran Yang Terbagi
17
Menstruasi
18
Pulang
19
Ancaman Rosalie
20
Tidak Ingin Pulang
21
Jangan Terlalu Baik
22
Menikmatinya
23
Bersikap Adil dan Jujur
24
Antara Dia Dan Dia
25
Makan Berdua
26
Memiliki Suamimu Untuk Sementara Waktu
27
Rosalie Kritis
28
Operasi Pengangkatan Rahim
29
Mencuri Kesempatan
30
Hanya Ladang Pembenihan
31
Cincin Berlian
32
Membuatmu Menunggu
33
Kecewa
34
Mengabaikannya
35
Pertemuan Tiba-Tiba
36
Hari Ini Milik Kita
37
Melawan
38
Tugas Seorang Istri
39
Melindungimu
40
Apa Lagi?
41
Bersikap Tidak Peduli
42
Percakapan Tidak Menyenangkan
43
Kedatangan Seseorang
44
Naina
45
Menjadi Pelayan Baru
46
Akar Dari Semua Masalah
47
I'm Fine
48
Masuk Angin?
49
Hal Mengejutkan
50
Haruskah Aku Bahagia?
51
Kejutan?
52
Tak Ingin Jatuh Cinta
53
Tangisan Di Keramaian Pesta
54
Mulai Menjauh
55
Kepulangan Ayah
56
Bertahanlah, Ayah.
57
Kedatangan Ben
58
Bukan Pernikahan Sungguhan
59
Aku Mencintaimu
60
Kesempatan
61
Saatnya Telah Tiba
62
Waktunya Berpisah
63
Ini Anakku!
64
Mencari Kebahagiaana
65
Amarah Dan Putus Asa
66
Kehilangan Kesabaran
67
Pergi Sejauh Mungkin
68
Etthan
69
Liam Matteo
70
Membalas Budi
71
Kau cantik!
72
Menyatakan Perasaan
73
Kepulangan Etthan
74
Wanita Yang Sama
75
Bertemu Liam
76
Anastasia?
77
Siapa Ayah Liam?
78
Aku Bukan Wanita Simpanan
79
Melepas Kerinduan
80
Cinta Yang Sama
81
Kembali Bersama
82
Level Mencintai
83
ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!