Hai Kawan, Ini novel pertamaku yang aku tulis, jika ada kekurangan dalam penulisan ataupun kisahnya yang kurang menarik, berkenan kalian mengomentari dengan kata kata yang membangun, selamat membaca... 😊😊
Dira pergi ke kamar, tidak perduli dengan omongan Arif. Dan Arif juga pergi ke kamarnya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Saat sampai kamar, Dira baru ingat, dia harus nenghubungi santi.
Dira menelpon santi. Dua kali panggilan santi pun menjawabnya.
"Hallo Dir" Santi memulai pembicaraan.
"Hallo kak Santi" Dira menyapa.
"Ada apa??, tumben menelponku" tanya Santi karena Dira jarang menghubunginya.
" Aku mau tanya kak, boleh?? " jawab Dira dengan pertanyaan, Dira merasa gugup.
"Tanya apa??, jangan gugup aku ini kakakmu kan" kata Santi santai.
"Apa aja keperluan kuliah kak?? " tanya Dira.
"Kamu hanya perlu bawa uang jajan yang banyak buat kakakmu ini, ha ha ha" jawab Santi sambil tertawa.
"Hm, kak Santi, aku serius" kata Dira sopan
"Kamu terlalu formal sama kakak sendiri" balas Santi.
Santi adalah kakak sepupu Dira, Ayahnya merupakan kakak dari Ibunya Dira Rena Wisnu.
Santi seumurun dengan Dira, hanya beda 1 bulan saja.
Dia anak satu - satunya dari pak Hari Handoko, salah satu orang terkaya di kota A, selain eyang Dira.
Memang eyang Dira yang terkaya, tapi pak Hari Handoko lebih terkenal.
"Hm, kakak kan anak pak Handoko, pengusaha yang terkenal itu" jawab Dira yang berusaha bersikap biasa.
"Kamu juga kan, cucu dari Bomo Wisnu, orang terkaya di kota ini" balas Santi tidak mau kalah.
"Jangan bahas keluarga kak, aku mau kuliah" kata Dira serius.
"Iya ya, aku juga tidak tau, aku juga kan baru mau kuliah, jadi tanya saja sama kak Arif" jawab Santi.
"Mungkin hanya perlu bawa buku saja, kan enggak ada kegiatan OSPEK lagi, mungkin kita langsung belajar atau perkenalan diri" sambung Santi.
"Owh ya kak, makasih" kata Dira
"Jangan lupa bawa uang jajan yang banyak ya" kata Santi mengingatkan.
"Pastinya kak" kata Dira setuju.
"Kak aku tutup teleponnya ya, bye" kata Dira yang menutup teleponnya.
"Dasar adek durhaka, langsung tutup aja teleponnya " kata Santi kesal dan tersenyum tipis.
Setelah Dira menutup telepon dia pun pergi menemui Arif ke kamarnya.
"Kak Arif" panggil Dira sambil mengetuk pintu.
"Ya, ada apa??" sahut Arif dari dalam.
"Bukakan pintunya kak, aku mau masuk"jawab Dira.
Arif pun pergi membukakan pintu untuk Dira, dan mempersilakannya masuk.
"Ayo masuk" ajak Arif.
"Wow, rapi bener nih kamar" kata Dira yang melongo melihat kamar Arifyang sangat rapi.
"Kan kamarnya bos" kata Arif menyombongkan diri.
"To the poin aja ya kak, ayo kita belanja" ajak Dira.
"Indi, apa kamu tidak melihat itu??"" tanya Arif sambil menunjukkan laptop dan berkas-berkas yang ada di atas kasurnya.
"Maksud kakak??" tanya Dira polos.
"hedeh, kamu pura - pura enggak tau atau **** sih??" tanya Arif balik.
"Aku ngerti, kakak masih banyak kerjaan" jawab Dira polos.
"Tapi kan kak, baru kali ini loh aku ngajak kakak belanja" sambung Dira.
"Oke - oke, demi adikku yang satu ini, aku akan menunda pekerjaanku" kata Arif sambil menelpon seseorang.
"Kak Arif menelpon siapa?? " tanya Dira penasaran.
"Diam!! " perintah Arif.
"Baiklah" kata Dira pasrah.
"Agus, tolong kamu ke rumah saya, segera, saya tunggu 10 menit" kata Arif tegas di telepon.
"Baik pak, jawab Agus.
"Owh, kakak menelpon pak Agus" kata Dira.
"Apa kamu mau seperti ini pergi belanja?" tanya Arif yang melihat penampilan Dira yang kusut.
"Bentar dulu kak, aku ganti baju dulu" jawab Dira, dan dia segera lari ke kamarnya.
Setelah 10 menit Agus pun datang dan langsung menuju ruangan kerja Arif.
"Selamat sore pak, ada apa gerangan pak Arif menyuruh saya kesini" kata Agus sopan.
"Kerjakan ini, besok saya harus bertemu dengan klien dengan membawa berkas ini" perintah Arif pada Agus sambil menyerahkan beberapa berkas.
"Baik pak" jawab Agus dan langsung pergi, karena dia tau sifat bosnya, karena kalau dia tidak segera pergi dia akan dibentak.
Arif membentak karena dia tidak suka, orang yang harus pergi karena urusannya telah selesai tidak perlu disuruh pergi lagi.
Arif orangnya to the poin dan dingin, apalagi dengan orang yang tidak dia kenal.
Setelah memberi berkas pada Agus Arif pun langsung menghampiri Dira.
"Indi, apa kamu belum selesai??" tanya Arif di depan pintu kamar Dira.
"Udah kak, tunggu bentar" jawab Dira.
Dira pun membuka pintunya ,Arif melongo melihat penampilan Dira.
"Wow" kata Arif .
"Hei kak, aku tau aku cantik" kata Dira percaya diri.
"Ayo kak, nanti kemaleman" sambung Dira, sambil mengandeng tangan kakaknya.
Mereka berdua pun menuju mobil.
Satpam membukakan mobil yang disana sudah ada sopir yang menunggu.
"Turun" perintah Arif pada sopir.
"Baik tuan" jawab sopir, dan langsung turun dari mobil.
"Ayo naik Indi, kenapa kau bengong?" kata Arif yang melihat Dira yang bengong
"Iya ya " kata Dira tersadar.
"Apa kamu kira aku sopir mu??" tanya Arif, karena melihat Dira masuk mobil dikursi bagian belakang.
"Oke kak, aku kesana" jawab Dira gugup dan masuk ke mobil di kursi bagian depan.
Dira bengong karena dia baru melihat sisi lain dari kakak angkatnya itu, yang sangat dingin, dia tidak menyangka karena selama ini dia bersikap hangat padanya.
*Di mobil*
"Indi, kamu mau beli apa?? " tanya Arif.
"Tadi dia sangat dingin, sekarang kenapa jadi hangat " batin Dira
"Hanya beberapa alat tulis dan sepatu dan tas" jawab Dira gugup
"Kenapa kamu gugup?" tanya Arif santai.
"Aku tidak akan memakanmu" sambung Arif.
"Kakak tiba - tiba dingin, tiba - tiba hangat, aku jadi bingung" jawab Dira polos.
"Ya tergantung situasi" kata Arif.
Setelah 20 menit, mereka pun sampai di sebuah mall.
Dira pun memilih beberapa alat tulis , sepatu dan tas, dan kemudian pergi membayarnya ke kasir.
"Astaga, aku lupa bawa dompet" batin Dira.
Arif yang melihat Dira khawatir, langsung menghampirinya ke dekat kasir.
"Ada apa?? " tanya Arif.
"Aku lupa bawa dompet kak" jawab Dira yang keringatan karena takut akan diusir kalau tidak membayar.
"Ha ha ha , kamu ini, kamu lupa kalau kamu punya kakak seorang Arif Wisnu" kata Arif menertawai adiknya itu.
Semua orang yang berada di tempat itu melihat mereka berdua, beberapa cewek gatal mengedip - ngedipkan matanya ke Arif.
"Dasar, cewek-cewek genit" kata Dira.
"Maklum lah kan kakakmu ganteng" kata Arif membanggakan diri.
Arif kemudian membayar belanjaannya Dira, dan mereka pun pulang ke rumah eyang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments