Sejenak Ella terpesona oleh bapak dosennya itu, tampan, menawan, berwibawa pula, pantas saja Ciwik-ciwik tergila-gila padanya.
"Ish, apasih. Kok aku malah muji dia? inget Ella dia itu dingin kaya es batu, kamu mau beku apa."gumam Ella yang tidak memperhatikan materi yang sedang diterangkan oleh Ray.
"Stela Anandira, kenapa kamu tidak mendengarkan penjelasan saya?"suara bariton itu membuyarkan lamunan Ella.
"Akunya Dengerin kok bapak dosen."elaknya.
"Kalau kamu mendengarkan, coba ulangi apa yang saya terangkan tadi?"ucap Ray sambil mendekat pada Ella, bahkan dia sekarang sudah berada tepat di hadapan Ella.
"Apa ya? aku lupa."Ella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lupa, atau memang kamu tidak mendengarkan apa yang saya jelaskan, hm."Ray menatap tajam Ella.
"Lupa bapak dosen, seriusan deh."Jawab Ella cengengesan.
"Are you serious?"
"Iya, aku serius bapak dosen. Serius banget kalau aku itu lupa, lupa bahwa sedang ada bapak dosen didepan."ujar Ella santai dengan wajah polos tanpa dosa.
"Kamu."Ray menunjuk Ella kesal.
"Saya sebesar ini, apa matamu tidak bisa melihat? kalau saya berada di depan."sambung Ray yang sedang berusaha menahan emosinya.
"Mata aku bukan tidak bisa melihat, tapi dia tidak mau melihat bapak dosen."ucap Ella masih dengan wajah santainya.
"Sudahlah, saya bisa darah tinggi kalau lama-lama berhadapan sama siswi kaya kamu."geram Ray.
"Gak usah berhadapan aja pak, berdampingan aja kalau gitu."Ella malah cengengesan.
"Terserah."
Ray melangkahkan kakinya untuk kembali kedepan, lalu dia menyelesaikan materi yang tadi sempat tertunda. Setelah semuanya beres dia segera melangkah keluar darisana untuk menuju keruangannya.
Begitu sampai di ruangannya Ray langsung menundukan dirinya disopa.
"Ya tuhan, baru jadi mahasiswi gue aja udah bikin gue kesel setengah mampus."Ray memijat pelipisnya yang terasa pening.
"Apalagi nanti, kalau dia udah jadi istri gue. Auto mati muda karna darah tinggi."Ray membayangkan bagaimana nasibnya rumah tangganya nanti.
"Woy ngelamun aja lu, kenapa?"Kevin tiba-tiba masuk mengagetkan Ray yang sedang melamun.
"Kalo mau masuk, ketuk dulu bisa gak?"ucap Ray dingin.
"Kagak, lu napa sih? sensi amat kayaknya."Kevin menatap Ray.
"Pusing, ngadepin mahasiswi gue yang baru."ujar Ray.
"Mang napa mahasiswi lu?"
"Lo tau gak? semenjak dia masuk ke kampus ini, dia selalu aja bikin gue naik darah. Kelakuannya itu bener-bener deh bikin gue pusing tujuh keliling."ucap Ray yang nampak frustasi.
"Jadi dia mahasiswi baru, cantik gak orangnya?"Kevin jadi penasaran.
"Cantik sih, tapi kelakuannya minus."Ray membayangkan wajah cantik Ella dia jadi tersenyum sendiri, tapi saat mengingat kelakuannya wajah Ray kembali masam.
"Lo suka sama dia?"
"Maksud lo apasih, siapa yang suka coba."ucap Ray sambil memalingkan wajahnya.
"Gak suka, tapi pas bilang dia cantik lo tersenyum sendiri, itu namanya suka bego."ujar Kevin.
"Lo datang kesini, malah bikin gue tambah kesel tau gak. Keluar sono."Ray mengusir Kevin.
"Caelah, kagak bisa jawab kan lu, fiks inimah elu suka sama tu cewek. Penasaran gue, yang mana sih orangnya?"
"Banyak bacot lu, pergi gak."Ray menatap tajam Kevin.
"Iya iya, gue pergi. Galak amat sih lu."Kevin berjalan keluar dari ruangan Ray.
"Apa iya, gue suka sama dia?"gumam Ray, saat kevin sudah keluar.
"Gak lah, gak mungkin gue suka sama cewek yang otaknya cuma se'ons kaya dia."Ray beranjak dari sopa untuk mengambil ponselnya yang berada diatas meja.
Sementara itu Ella kini sedang berada dikantin bersama Dela tentunya, karna Ella tak mempunyai teman lagi selain dia, tambah Yuda mungkin kalau Ella menganggapnya teman.
"Untung kita kebagian meja Ell."ucap Dela sambil menundukan dirinya dikursi.
"Iya Dedel, rame banget ya kantinnya hari ini. Kayak di tempat pesta aja."Ella juga ikut duduk.
"Mungkin, karna hari ini jam masuknya sama kali, ya. Jadi keluarnya juga barengan."ujar Della sambil melihat sekelilingnya ternyata tidak ada lagi meja yang tersisa, untung saja mereka masih kebagian meja.
"Berati sekarang makannya, bareng senior dong ya?"Ella melirik Della sekilas.
"Iya, emang kenapa gitu?"
"Pasti banyak cogannya dong, kalau ada mau bungkus ah, satu."ucap Ella terkekeh.
"Emang kamu kira gorengan apa dibungkus."
"Kan, biar bisa dibawa pulang."
"Buat apaan?"
"Pajangan."
"Udah ah, aku mau pesen dulu. Kamu mau pesen apa?"tanya Della.
"Aku pengen bakso yang waktu itu ya, Dedel. Minumnya es teh manis aja."Jawabnya riang.
"Ok."Dela pun pergi memesan.
Sambil menunggu pesanannya datang, Ella memainkan ponselnya dia membuka aplikasi permainan kesukaannya. Saat sedang asik bermain.
Braakk!
Ada yang menggebrak mejanya, Ella pun mendongkak untuk melihat siapa pelakunya.
"Kakak kenapa menggebrak meja aku?"tanya Ella polos.
"Pergi lo darisini, gue sama temen-temen gue mau duduk."ucap cewek itu menatap tajam Ella.
"Tapi, aku yang duluan duduk disini, kenapa aku harus pergi?"Ella membalas tatapan cewek itu, tapi dengan tatapan polosnya.
"Lo gak liat semua meja penuh, cuma elo yang duduk sendiri disini."
"Aku berdua kok sama Dedel, dia lagi pesen makanan. Kalau kakak mau, kakak semua gabung aja disini."Ella menatap ketiga cewek yang berada dihadapannya.
"Gue duduk bareng elo."cewek itu menunjuk Ella."Ogah, elo itu gak selevel sama gue, elo cuma orang rendahan dan gak pantes duduk sama gue."lanjut cewek itu sombong.
"Ih, kakak gak boleh sombong kaya gitu, Kita semua sama dimata tuhan. Emang kakak sekaya apa sih? sampai gak level sama aku."Ella sama sekali tidak takut dengan kakak seniornya itu.
"Wah, tu anak berani banget sama elo Sil."ucap cewek yang satunya.
Ya, cewek itu adalah Sesil Quinara Gautama. Dia berasal dari keluarga Gautama, orang terkaya No 3. dia terkenal sombong dan juga suka membuly, untuk kadar kecantikan lebih cantik Ella sih. Cuma kalau sesil dandanan nya aja yang sangat mencolok, semua barang yang ia kenakan adalah barang brendit, dengan make up tebal dan juga mahal pastinya.
Sesil mempunyai dua teman yaitu Tara dan Ana, mereka berdua anak dari pengusaha juga cukup kaya lah.
"Berani banget lo sama gue, lo gak tau apa gue ini siapa?"marah Sesil.
"Emang kakak siapa?"Ella bertanya dengan santainya.
"Gue ini adalah anak dari keluarga Gautama, orang terkaya nomor 3 dikota ini. Gue bisa aja keluarin elo dari kampus ini, kalau elo berani ngelawan gue."ujar Sesil penuh penekanan.
"Baru orang terkaya Nomor 3 aja, sombongnya minta ampun kak."
"Masih berani ya, lo sama gue."marah Sesil.
"Kenapa harus takut."Ella kembali memainkan permainan yang tadi sempat tertunda, tanpa menghiraukan tiga cewek itu.
"Lo bener-bener ya, mau bermain-main hah? sama gue."Sesil semakin geram.
"Ayok kak, main cacing aja ya, kayak yang aku mainin ini."Ella menunjukan permainan yang sedang di mainkan olehnya.
Dan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
@sulha faqih aysha💞
hahahaha orang main mau nantangin malah di ajak permainan cacing hadeeeeuhh 🤦🤦🤦
2022-09-22
2
weny
😂😂😂bengek
2022-06-20
1
Nida fau🥰
ya elah bru juga orang kaya no 3 beh udah songong dan sombong aje
2022-06-01
2