Part 4. Pagi bersalah

Pagi bersalah...

Mata Fene terbuka posisi tangan masih memeluk tubuh,

wajah masih bersandar manja di bahu Adrian.

"Eeeeeegh..."

erangan Fene terdengar jelas ditelinga Adrian.

"Fen... you oke."

kejut Adrian.

Suara Fene terdengar pelan,

"Sakit dri."

rengek Fene terdengar tidak biasa.

"Lo istirahat dulu."

Adrian menatap lekat wajah Fene.

"Kita berangkat malam ini ke Shanghai, penerbangan terakhir."

tambah Adrian mengusap lembut tubuh bugil Fene dari balik selimut.

Fene merasakan tubuhnya diusap Adrian.

"Dri..."

Fene menatap teduh wajah Adrian.

"I'm sory... but..."

Adrian mengucup kening Fene lembut, keluar dari balik selimut, berlari kecil menuju kamar mandi.

Fene tersenyum sambil memegang kepalanya.

Dalam hatinya ada perasaan bahagia.

'Apa ini cinta?'

Fene menikmati seraya tersenyum dalam hati.

Flashback on to Kevin...

"Lo sama Adrian ade kakak?"

tanya Kevin saat diruangan Fene.

Fene tersenyum sambil membuang tatapannya memandang keluar gedung dari kaca ruangan.

"Gue sahabatan doang.

Sama seperti Papi dan Mami."

jelas Fene.

"Bram?"

pertanyaan Kevin penuh jebakan.

"Teman, teman yang tidak akan pernah tau dimana ujungnya."

Fene tersenyum menatap mata Kevin.

"Oke... ini ada hadiah buat lo, semoga, perasaan lo semakin jelas."

Kevin memberikan bungkusan tisyu berisi barang haram dari Netherland.

Sebelumnya Fene tidak pernah menggunakan obat terlarang itu,

tapi ini akan menjadi bisnis mereka.

Fene on....

Fene menggeliatkan tubuh mulusnya dibalik selimut.

Adrian mengibas rambut basahnya bak model majalah dewasa,

melilitkan handuk dipinggul, mempertontonkan tubuh atletisnya.

"Lo mau kemana?"

Fene mengerenyitkan jidat mengangkat satu alisnya.

Adrian menghampiri Fene,

"gue mau temuin Veni dulu, ngasih tau nanti malam kita akan ke Shanghai, and..."

bibir Adrian terhenti.

"And then?"

Fene mencerna ucapan Adrian.

Adrian memeluk tubuh Fene,

sambil mencium puncak kepala Fene.

"I love you Fen."

hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Adrian.

Fene tertegun membalas ucapan Adrian,

"love you to Adrian."

Fene masih meringis saat mau turun dari ranjangnya.

"Dri...hikz..."

rengek manjanya membuat Adrian memeluk kembali tubuh bugil Fene.

Fene mendorong lembut dada Adrian,

perlahan beranjak kearah kamar mandi berjalan kecil seperti penguin.

Mata Adrian liar saat melihat tubuh bugil itu berlalu dari hadapannya.

Adrian tersenyum bahagia, melanjutkan persiapannya.

Setelah rapi,

Adrian membuka pintu kamar mandi menatap Fene sedang berendam busa, berpamitan.

"Fen... gue pergi dulu yah,

kalau ada apa-apa hubungi gue."

Fene mengangguk, mengedipkan mata indahnya,

Adrian berlalu menggunakan lift apartmen Fene

Fene berendam sangat lama ditemani alunan music klasik kesukaan Papinya.

'Fene rindu Pi.' tangisnya.

Perlahan Fene menggapai telfonnya, menghubungi Kevin,

handphone Kevin tidak aktif,

'kemana seeeh tu bocah.'

kesal Fene

Fene mencari nomor Adrian,

'hmmmm'

angkat dri geramnya.

"Ya fen."

"Kalau lo pulang jangan lupa bawain gue makanan restorant biasa yah dri."

pinta Fene manja.

"Oke, nanti gue beliin, wait yah."

"Iya."

Fene menutup telfonnya, meletakkan handphonenya diatas nakas.

Suasana seberang sana....

"Kamu mau kita pisah dri? tadi malam kita baik-baik aja dri?"

Veni tidak bisa terima saat Adrian memutuskan hubungan mereka tanpa sebab.

"Aku akan ke Shanghai Ven, daripada kamu nunggu aku nggak jelas, lebih baik kita pisah."

ucap Adrian menggebu.

"Kasih aku alasan yang masuk akal, lebih baik aku mendengar alasanmu walau sakit dri."

Veni mencoba meyakinkan hatinya atas keputusan Adrian.

"Oke.... aku mencintai Fene."

Adrian terdiam.

PLAK...

Pipi Adrian memanas seketika.

"Kamu anggap aku cewek apa, baru tadi malam kamu bilang kamu hanya menyayangi Fene, hari ini mencintai Fene, besok apalagi dri?

ternyata kamu laki-laki pengecut Adrian."

Veni mengambil tasnya, berlalu pergi.

Adrian sendiri bingung akan perasaannya,

tapi dia tidak mau dalam situasi seperti saat ini,

mempermainkan hati wanita.

Adrian masih mencintai Veni, juga menginginkan Fene.

Adrian mengejar Veni meminta maaf agar semua kembali ke awal, tapi sayang Veni begitu cepat menghilang.

"Damn...." geram Adrian.

Adrian memasuki mobil menuju restorant favorit Fene, memesan beberapa makanan kesukaan Fene.

Drrrrrt... drrrrt...

hp Adrian bergetar.

"Ya."

"Adrian, gue udah di bandara, kalian dimana?"

Bram bernada kesal.

"Astaga, sory bro, gue lupa kasih tau, kalau gue berangkat nanti malam bareng Fene."

kekeh Adrian.

"******... ******....

Gue nunggu lo dari jam 05.00 subuh bro, setan."

Bram menutup telfonnya dengan nada  sangat kesal.

'Uuuugh... shiiit, pasti dia akan  memenggal  kepala gue.'

Adrian membatin.

Adrian tersenyum tipis, mendengar alunan music semakin lama,

semakin meningkatkan kerinduannya kepada Fene.

Menginjak pedal gas, memacu kecepatan segera sampai diapartmen Fene.

Diapartemen Fene,

Adrian tidak menemui Fene diruangan keluarga.

"Fen... Fene..."

Adrian mencari Fene di tiap sudut ruangan.

"I'm here..."

Fene bersuara di kamar orang tuanya.

"Lo lagi ritual?"

Adrian memeluk tubuh Fene dari belakang mengecup bahu Fene.

Fene diam menikmati pelukan Adrian.

"Udah makan?"

Adrian membalikkan tubuh Fene.

"Udah, gue minta maid masakin western, nunggu lo kelamaan."

jawab Fene melayangkan ciumannya pada bibir Adrian mengalungkan tangan mulusnya.

Adrian membalas ciuman hangat Fene,

melepaskan lembut kecupan itu menatap wajah Fene,

memeluk tubuhnya mesra.

Ada perasaan ingin,

tapi tidak mungkin untuk mengulang.

"Makasih yah Dri?"

Fene menarik Adrian meninggalkan kamar orang tuanya.

"Thanx for what?"

tanya Adrian penasaran.

"Veni tadi nelfon gue, nangis-nangis karena lo putusin,  hmmmm...gue ngerti sekarang, ternyata lo cinta ama gue."

Fene berbisik lirih dibalik telinga Adrian.

Adrian terdiam, tersenyum garing.

"Gue baru sadar setelah tadi malam Fen."

sambung Adrian.

"Lo terlalu cepat Adrian."

Fene menjentik hidung Adrian.

"Maksud lo?"

Adrian tidak mengerti, apa yang dimaksud Fene.

"Ya sudah... kita makan lagi, tiba-tiba perut gue lapar."

kekeh Fene mengalihkan pembicaraan kepekerjaan mereka.

'Belum saatnya Dri...'

batin Fene menjerit.

Mereka berdua saling bertukar pikiran,

membahas bisnis baru dan perusahaan akan ditinggal lama.***

Episodes
1 Part 1. Prolog
2 Part 2. Meminta
3 Par 3. Awal yang baru
4 Part 4. Pagi bersalah
5 Part 5. Kado natal
6 Part 6. Christmast
7 Part 7. Hati
8 Part 8. Mengenang Bram
9 Part 9. Masih Bram
10 Part 10. Bram again...
11 Part 11. Story Paris
12 Part 12. Perjuangan Bram
13 Part 13. Kenangan Bram
14 Part 14. Hanz dan Fene.
15 Part 15. Menjadi madu
16 Part 16. Story
17 Part 17. Story 2
18 Part 18. Story 3
19 Part 19. Story 4
20 Part 20. Story 5
21 Part 21. Saham
22 Part 22. Ikhlas
23 Part 23. Swiss
24 Part 24. Home Adriana
25 Part 25. Penyekapan Mark
26 Part 26. Sachsenring
27 Part 27. Pulang...
28 Part 28. Menerima Adrian
29 Part 29. Kesepian hati
30 Part 30. Media
31 Part 31. Falashback Bram
32 Part 32. After maried.
33 Part 33. Bersama madu
34 Part 34. Kala itu
35 Part 35. God
36 Part 36. on
37 Part 37. Back again
38 Part 38. Pv Bram, Adrian, Kevin
39 Part 39. Sesungguhnya.
40 Part 40. Cemburu masa itu
41 Part 41. Kehilangan
42 Part 42. Konflik
43 Part 43. All...
44 Part 44. Kehangatan...
45 Part 45. Firasat...
46 Part 46. Berlin...
47 Part 47. Kisah Edward...
48 Part 48. Keputusan
49 Part 49. Bukti...
50 Part 50. Pertama berbisnis dengan Edward
51 Part 51. Netherland..
52 Part 52. Trip...
53 Part 53. Orang baru....
54 Part 54. Kejutan Jogja
55 Part 55. Pertemuan..
56 Part 56. Video Call...
57 Part 57. Peresmian
58 Part 58. Peresmian 2
59 Part 59. Manja...
60 Part 60. Keputusan
61 Part 61. Adrian pv...
62 Part 62. Aliandra Kind
63 Part 63. Mengenang...
64 Part 64. Donald Leonard Kind
65 Part 65. Pertemuan dengan Samuel
66 Part 66. Ending cerita...
67 Part 67. Ending 2
68 Part 68. PENGUMUMAN
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Part 1. Prolog
2
Part 2. Meminta
3
Par 3. Awal yang baru
4
Part 4. Pagi bersalah
5
Part 5. Kado natal
6
Part 6. Christmast
7
Part 7. Hati
8
Part 8. Mengenang Bram
9
Part 9. Masih Bram
10
Part 10. Bram again...
11
Part 11. Story Paris
12
Part 12. Perjuangan Bram
13
Part 13. Kenangan Bram
14
Part 14. Hanz dan Fene.
15
Part 15. Menjadi madu
16
Part 16. Story
17
Part 17. Story 2
18
Part 18. Story 3
19
Part 19. Story 4
20
Part 20. Story 5
21
Part 21. Saham
22
Part 22. Ikhlas
23
Part 23. Swiss
24
Part 24. Home Adriana
25
Part 25. Penyekapan Mark
26
Part 26. Sachsenring
27
Part 27. Pulang...
28
Part 28. Menerima Adrian
29
Part 29. Kesepian hati
30
Part 30. Media
31
Part 31. Falashback Bram
32
Part 32. After maried.
33
Part 33. Bersama madu
34
Part 34. Kala itu
35
Part 35. God
36
Part 36. on
37
Part 37. Back again
38
Part 38. Pv Bram, Adrian, Kevin
39
Part 39. Sesungguhnya.
40
Part 40. Cemburu masa itu
41
Part 41. Kehilangan
42
Part 42. Konflik
43
Part 43. All...
44
Part 44. Kehangatan...
45
Part 45. Firasat...
46
Part 46. Berlin...
47
Part 47. Kisah Edward...
48
Part 48. Keputusan
49
Part 49. Bukti...
50
Part 50. Pertama berbisnis dengan Edward
51
Part 51. Netherland..
52
Part 52. Trip...
53
Part 53. Orang baru....
54
Part 54. Kejutan Jogja
55
Part 55. Pertemuan..
56
Part 56. Video Call...
57
Part 57. Peresmian
58
Part 58. Peresmian 2
59
Part 59. Manja...
60
Part 60. Keputusan
61
Part 61. Adrian pv...
62
Part 62. Aliandra Kind
63
Part 63. Mengenang...
64
Part 64. Donald Leonard Kind
65
Part 65. Pertemuan dengan Samuel
66
Part 66. Ending cerita...
67
Part 67. Ending 2
68
Part 68. PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!