Part 2. Meminta

After lunch...

Adrian duduk bersama Fene ditaman samping halaman rumah Hanz yang sangat luas.

Terpampang jelas lapangan golf mini, kolam renang, dan ring basket sebagai hiburan Hanz menghabiskan waktu.

Rumah luas bak istana, tertata clasik modern, membuat hati terasa nyaman berada disana, dengan pemandangan luar biasa indahnya.

"What are your plans for the future Fen?" tanya Adrian, menatap jauh pemandangan dihadapannya.

"Hmmmm... i just want to spend my time here, taking care of papi and mami."

Fene tersenyum, tanpa menoleh kearah Adrian.

"Sesederhana itu kah?"

Adrian menatap wajah Fene, yang semakin cantik dimatanya.

"Aku hanya ingin membesarkan Brian, Dri." jelasnya.

"Tanpa suami?"

"Mungkin."

"Oooh..."

Adrian bersimpuh dihadapan Fene,

"menikahlah dengan ku, Fen."

PLAAAK...

Tangan Fene melayang kepipi Adrian.

"Lo kenapa? selalu merusak mood gue!"

Adrian merasakan sakit dipipinya,

'shiiit... panas banget!' batin Adrian.

"Kenapa lo nampar gue seeh?" tanya Adrian kaget.

"Biar lo sadar ama ucapan lo, lo pikir kepergian Bram, dapat menggantikan dia semudah mengganti baju!" sarkas Fene.

"Lo lihat Brian, dan bini lo Jasmine, jangan ikutin nafsu bejat lo!" tegas Fene

Fene berdiri, melangkah meninggalkan Adrian,

tapi tangan Adrian cepat menahan agar Fene tidak meninggalkannya.

"Gue serius Fen."

Tatapan Adrian membuat hati Fene melunak, ada rasa penasaran atas permintaan Adrian.

"Duduklah..." mohon Adrian sangat tenang dan dewasa.

Fene menuruti semua permintaan Adrian.

Fene kembali duduk ditempat semula.

Menghela nafas dalam, menatap marah pada Adrian.

"Bicaralah, gue akan mendengar lo." sarkas Fene.

"Fen, gue masih menyayangi lo hingga sekarang, apalagi semenjak kepergian Bram.

Gue sudah membicarakan ini pada Jasmine, Fen." tatapan Adrian memohon, tanpa ada yang dia tutupi.

"Demi Brian, demi perusahaan kita, demi semua.

Gue nggak bisa membendung lagi perasaan gue terhadap lo Fen, gue serius kali ini.

Lo masih muda, masa depan Brian masih panjang." jelas Adrian,

tapi tidak untuk Fene.

Fene menahan kemarahannya, menggeram, mengepal kedua tangannya.

'Permintaan seperti apa ini? apakah pikirannya aku akan luluh seperti dulu!!' kesal Fene.

"Bisa kita mulai semua dari awal Fen?" pertanyaan Adrian sangat aneh.

"Dri, kamu mabuk?"

Fene menatap mata Adrian.

"Aku sehat sweety, sehat wa'alfiat, menyadari setiap ucapanku, dan merasakan sakitnya tamparanmu." kekeh Adrian.

"Gue nggak bercanda, Dri!!"

"apa semurah itu lo mandang gue, sahabat lo, haaaah!!!"

Fene membuang tatapannya, ada perasaan sedih menyeruak seketika didalam dadanya.

'Gue nggak suka jika sudah berhadapan dengan Adrian seperti ini, aaaaggh God." batin Fene tertunduk membendung air matanya, yang akan meluncur deras ke wajah cantiknya.

"Lo kalau nggak suka ama gue, bilang sekarang, sebelum gue berubah pikiran." jelas Adrian sedikit kesal atas sikap Fene.

Fene makin menunduk, air mata tak terbendung, dia mencurahkan tangisannya, menutup wajahnya.

"Fen... Fen... lo nangis, maafin gue, gue nggak ada maksud buat nyakitin lo.

Gue hanya meminta, bukan memaksa.

Fikirkan demi Brian yang membutuhkan seorang ayah, tidak sedikit pun gue menghina lo.

Gue cinta sama lo Fen, dari dulu hingga sekarang.

Pahami perasaan gue Fen."

Adrian bersimpuh dihadapan Fene, berusaha membelai kepala Fene.

"Gue juga nggak bisa pungkiri Dri, tapi bagaimana dengan Jasmine.

Dia udah gue anggap seperti adik gue sendiri, sama seperti Holi, kita sudah seperti keluarga,

terlalu egois buat gue untuk merebut lo dari Jasmine, yang sudah terlalu baik sama gue.

Jasmine wanita luar biasa, dia sangat menyayangi lo." serak suara Fene terdengar ditelinga Adrian.

Berani menatap Adrian yang ada dihadapannya.

"Jujur, semua ini gue lakukan atas permintaan Jasmine, Fen."

Adrian menggenggam kedua tangan Fene.

"Gue nggak bisa jawab Dri, butuh waktu untuk gue berfikir." ucap Fene melepas genggaman Adrian, menyeka wajahnya dari air mata.

Adrian hanya menatap dalam wajah Fene, tidak bisa menyangkal, jika perasaan dulu masih ada.

"Gue akan menunggu, setidaknya gue sudah mengungkapkan isi hati gue sama lo."

Adrian berdiri membalikkan tubuhnya,

"kenapa mesti gue, Dri? kenapa tidak wanita yang seiman dengan lo, atau wanita lebih baik dari gue." jelas Fene mengelak secara halus.

"Hmmmm..."

Adrian terdiam, menghela nafas dalam, kembali menatap Fene yang masih duduk.

"Jasmine tidak akan pernah mengizinkan gue sama wanita lain." jawab Adrian tenang menatap kedua mata Fene yang terlihat sembab.

"Ck... jangan natap gue kayak gitu, kesal gue." ejek Fene sembari tersenyum.

Ada perasaan harap,

'tapi apa aku sanggup berbagi, dan apa tanggapan keluarga ku?" batin Fene kesal.

"Gue baru pulang Umroh." jelas Adrian.

"Oooogh, kapan? pantes lo lebih tenang saat ini."

Fene terkagum pada perubahan Adrian, sedikit Religius, tidak mengurangi ketampanannya.

"4 bulan lalu." jawab Adrian.

"Bareng Jasmine?"

"Ya, kami berdua."

Fene tersenyum, seketika rasa kesal yang ada didalam hatinya hilang.

Setidaknya Adrian meminta Fene untuk menjadi istri, bukan menjadi selingkuhan.

"Apa lo siap?"

Fene bertanya, sekaligus menguji Adrian.

"Siap kemana?" tanya Adrian sedikit bingung.

"Siap menghadapi papi dan daddy!!" jawab Fene enteng.

"Gue siap berhadapan pada siapapun, demi lo." tegas Adrian,

"setidaknya, gue meminta pada lo dan keluarga lo.

Gue akan bicara pada papi.

Yaaaah... mungkin setelah Natal." senyum Adrian menatap Fene.

"Jujur, gue belum siap Dri, terlalu banyak kenangan gue sama Bram." tangis Fene terdengar lagi di telinga Adrian.

"Bram sudah tenang Fen, dan tidak akan pernah kembali."

Mata Adrian memerah, menahan air mata jika mengenang abang tiri yang mengorbankan hidupnya demi Adrian.

"Masih terbayang dimata gue, dia pergi menitipkan lo dan Brian sama gue, Fen."

Adrian menangis.

Fene termenung, mengeja ucapan Adrian.

"Menitipkan!!"

Adrian menangis kesal, mendongakkan kepala ke langit, mencoba menahan emosinya.

"Gue akan bicara pada Jasmine, secepatnya."

Fene lebih memilih meninggalkan Adrian.

'Sejujurnya aku belum sanggup, menerima takdirku seperti ini Dri.'

Fene mengusap pelan wajahnya, sepanjang langkahnya menuju kamar.

"Sweety... you oke?" tanya Irene saat berpapasan dengan Fene.

"I'm oke mam, i want to be alone mom, don't bother me first." pinta Fene kemudian berlalu menapaki anak tangga.

"Ok, if you calm down you can talk to me dear."

Irene sempat mengusap lembut punggung putrinya, sebelum Fene berlalu.***

Episodes
1 Part 1. Prolog
2 Part 2. Meminta
3 Par 3. Awal yang baru
4 Part 4. Pagi bersalah
5 Part 5. Kado natal
6 Part 6. Christmast
7 Part 7. Hati
8 Part 8. Mengenang Bram
9 Part 9. Masih Bram
10 Part 10. Bram again...
11 Part 11. Story Paris
12 Part 12. Perjuangan Bram
13 Part 13. Kenangan Bram
14 Part 14. Hanz dan Fene.
15 Part 15. Menjadi madu
16 Part 16. Story
17 Part 17. Story 2
18 Part 18. Story 3
19 Part 19. Story 4
20 Part 20. Story 5
21 Part 21. Saham
22 Part 22. Ikhlas
23 Part 23. Swiss
24 Part 24. Home Adriana
25 Part 25. Penyekapan Mark
26 Part 26. Sachsenring
27 Part 27. Pulang...
28 Part 28. Menerima Adrian
29 Part 29. Kesepian hati
30 Part 30. Media
31 Part 31. Falashback Bram
32 Part 32. After maried.
33 Part 33. Bersama madu
34 Part 34. Kala itu
35 Part 35. God
36 Part 36. on
37 Part 37. Back again
38 Part 38. Pv Bram, Adrian, Kevin
39 Part 39. Sesungguhnya.
40 Part 40. Cemburu masa itu
41 Part 41. Kehilangan
42 Part 42. Konflik
43 Part 43. All...
44 Part 44. Kehangatan...
45 Part 45. Firasat...
46 Part 46. Berlin...
47 Part 47. Kisah Edward...
48 Part 48. Keputusan
49 Part 49. Bukti...
50 Part 50. Pertama berbisnis dengan Edward
51 Part 51. Netherland..
52 Part 52. Trip...
53 Part 53. Orang baru....
54 Part 54. Kejutan Jogja
55 Part 55. Pertemuan..
56 Part 56. Video Call...
57 Part 57. Peresmian
58 Part 58. Peresmian 2
59 Part 59. Manja...
60 Part 60. Keputusan
61 Part 61. Adrian pv...
62 Part 62. Aliandra Kind
63 Part 63. Mengenang...
64 Part 64. Donald Leonard Kind
65 Part 65. Pertemuan dengan Samuel
66 Part 66. Ending cerita...
67 Part 67. Ending 2
68 Part 68. PENGUMUMAN
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Part 1. Prolog
2
Part 2. Meminta
3
Par 3. Awal yang baru
4
Part 4. Pagi bersalah
5
Part 5. Kado natal
6
Part 6. Christmast
7
Part 7. Hati
8
Part 8. Mengenang Bram
9
Part 9. Masih Bram
10
Part 10. Bram again...
11
Part 11. Story Paris
12
Part 12. Perjuangan Bram
13
Part 13. Kenangan Bram
14
Part 14. Hanz dan Fene.
15
Part 15. Menjadi madu
16
Part 16. Story
17
Part 17. Story 2
18
Part 18. Story 3
19
Part 19. Story 4
20
Part 20. Story 5
21
Part 21. Saham
22
Part 22. Ikhlas
23
Part 23. Swiss
24
Part 24. Home Adriana
25
Part 25. Penyekapan Mark
26
Part 26. Sachsenring
27
Part 27. Pulang...
28
Part 28. Menerima Adrian
29
Part 29. Kesepian hati
30
Part 30. Media
31
Part 31. Falashback Bram
32
Part 32. After maried.
33
Part 33. Bersama madu
34
Part 34. Kala itu
35
Part 35. God
36
Part 36. on
37
Part 37. Back again
38
Part 38. Pv Bram, Adrian, Kevin
39
Part 39. Sesungguhnya.
40
Part 40. Cemburu masa itu
41
Part 41. Kehilangan
42
Part 42. Konflik
43
Part 43. All...
44
Part 44. Kehangatan...
45
Part 45. Firasat...
46
Part 46. Berlin...
47
Part 47. Kisah Edward...
48
Part 48. Keputusan
49
Part 49. Bukti...
50
Part 50. Pertama berbisnis dengan Edward
51
Part 51. Netherland..
52
Part 52. Trip...
53
Part 53. Orang baru....
54
Part 54. Kejutan Jogja
55
Part 55. Pertemuan..
56
Part 56. Video Call...
57
Part 57. Peresmian
58
Part 58. Peresmian 2
59
Part 59. Manja...
60
Part 60. Keputusan
61
Part 61. Adrian pv...
62
Part 62. Aliandra Kind
63
Part 63. Mengenang...
64
Part 64. Donald Leonard Kind
65
Part 65. Pertemuan dengan Samuel
66
Part 66. Ending cerita...
67
Part 67. Ending 2
68
Part 68. PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!