Heart To Fene
Fene Claire Zurk, Adrian Moreno Lim, Bram Lincoln, Kevin Stuard adalah sahabat, sekaligus partner bisnis.
Gadis berdarah Amerika Fene Claire Zurk, mencintai sahabat sendiri berkebangsaan Swiss Adrian Moreno Lim, tapi menerima pinangan Pria Amerika Bram Lincoln.
Begitu banyak kisah drama dan action dicerita ini,
semenjak menjalani bisnis, semua rahasia keluarga terbuka lebar di mata mereka.
Terungkapnya, Adrian bukan anak kandung Chiang Lim dan Adriana.
Fene bukan putri Mark Claire Zurk dan Marisa,
Munculnya Adik kandung Adrian Moreno Lim di media,
Michel Leonard Kind yang di asuh oleh rival bisnis Edward, Donald Leonard Kind...
Mampukah Aliandra Kind meluluhkan hati Adrian?
"oooogh, hati anak mana yang tidak kecewa! mendengar orang tua ternyata telah berselingkuh sejak lama." hikz!
Semua, akan author ceritakan dikisah ini, mungkin ada sedikit kata-kata kasar, dan sengaja tidak menggunakan kata kiasan.
Hampa....
Fene menghabiskan waktu hanya untuk membesarkan Brian Lincoln, putra semata wayangnya saat bersama Bram.
Tok... tok... tok...
Terdengar suara Irene dari balik pintu.
"Fen... sweety... time for lunch." panggilan lembut Irene menghalau segala kegundahan hatinya.
"Ya mi... i'm comming."
Fene membuka pintu kamar, berlalu keruang makan.
"Haiii boy." senyum Fene terlihat sumringah saat Brian sudah ada dihadapannya.
"Momi." pelukan hangat Brian, menguatkan seluruh persendian Fene, termasuk hati.
"Kamu sudah pulang? siapa yang jemput?" tanya Fene kaget.
"Aunty." jawab Brian singkat.
Fene menaikkan alisnya, mencari aunty siapa yang dimaksud Brian.
"Listen Brian, who's picking you up from school?"
Fene menangkup wajah putranya yang sangat menggemaskan.
"Aunty Jasmine and uncle Adrian, momi."
Jari mungil Brian menunjuk kearah taman, disana ada Adrian, Jasmine, Irene dan Hanz.
'Sedang apa mereka disini? kenapa tidak memberi tahu ku!" geram Fene menghampiri orang tua dan sahabatnya.
"Momi, wait... i'm coming."
Lari-lari kecil Brian membuka tangan Fene segera menggendong putranya.
Fene mendekati keluarganya.
"Haiii... kapan kalian datang? kenapa tidak ada yang memberi tahuku!" wajah kesal Fene, terlihat jelas dari rautnya.
"Kami sampai kemaren mba." senyum Jasmine, sesekali menggoda Brian dalam gendongan Fene.
"Haiii sweety, how are you?"
Adrian memeluk Fene,
begitu juga Jasmine memeluk Fene erat.
"Ok, you never call me again." kesal Fene berbisik ditelinga Adrian.
Adrian terkekeh, mendengar omelan sahabat lamanya.
Fene menggeram kesal bercampur bahagia, melihat sahabatnya hadir dikediaman orang tua kandungnya.
"Shall we eat now?" tanya Irene mengambil Brian dari gendongan Fene.
Memberikan Brian pada babysitter.
Babysitter membawa Brian masuk, membersihkan diri, mengganti baju sekolah, mencuci tangan dan kaki.
"Bagaimana perkembangan perusahaan kita Jasmine?"
Fene menatap Jasmine, masih cantik, anggun dan sopan.
"Baik mba, mba kapan pulang? saya kangen banget." bisik Jasmine, menggandeng manja di lengan Fene.
"Hmmmm... saya rasa, tidak ingin kembali." senyum tipis Fene memancarkan kesedihan yang dalam.
"Kasihan bebeb mba, nggak seperti dulu."
Jasmine melepas gandengan tangannya dari lengan Fene.
Membuka kursi, kemudian duduk dikursi makan, sementara Irene dibantu asisten keluarganya mempersiapkan makan siang mereka.
"Why?" kejut Fene penasaran.
"Selalu mengingat mba, pak Kevin, dan hmmm..."
Jasmine tidak melanjutkan ucapannya, dia hanya kembali memeluk Fene.
"Mba... aku sayang banget sama mba, aku rela melakukan apapun demi mba, asal mba...hmmm." tangis Jasmine pecah di pelukan Fene.
"Asal.... asal apa Jasmine?"
Fene dibuat bingung dengan kalimat yang diucap Jasmine.
'Ada apa dengan mereka? apakah mereka akan meminta Brian padaku?" batin Fene dengan pikirannya.
"Hmmmm... biar bebeb aja nanti yang ngobrol sama mba, saya takut."
Jasmine melepas pelukannya, menyeka air mata kembali tersenyum garing dihadapan Fene.
"Aneh... oya, Kevin masih di Paris?"
Fene mengambil beberapa makanan pembuka yang sudah terhidang.
"Masih mba, kita berangkatnya beda seminggu." jelas Jasmine.
"Kamu akan berjumpa dengan daddy juga?"
Fene mengunyah sesekali menyuapkan Jasmine, sambil terus bercerita.
"Mungkin iya mba, karena sudah lama kita tidak berkumpul, pasti daddy merindukan kita."
Mata Jasmine berkaca-kaca, ingin menangis jika mengingat semua kenangan keluarga yang sangat hangat baginya.
Adrian dan Hanz menghampiri anak menantunya.
"Why don't you wait for papi dear?"
Hanz mengusap bahu Fene, sedang menikmati makannya.
"Oooh... sorry, i forget, i think papi still want to chat longer." senyum Fene menyeringai garing, yang dapat dirasakan Adrian.
"Uncle... uncel... i want to play with you," terdengar suara Brian sangat lembut ditelinga Adrian.
"Ya, we will play together after eating baby."
Adrian memangku Brian dipahanya.
"Sir, let Brian eat with me."
Babysitter segera mengambil Brian dari pangkuan Adrian.
"No need, just let Brian be with me."
Adrian menolak permintaan pengasuh.
Babysitter menyiapkan makanan Brian.
"We will eat together baby..."
Adrian mengecup kepala Brian.
'Aku menyayangimu nak, sama seperti menyayangi daddymu.' batin Adrian.
Mereka makan siang bersama, bercengkrama hangat.
Lumayan lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama.
Semenjak pertikaian keluarga besar mereka.
Sesekali Adrian menatap Fene, berharap Fene akan memahami maksud kedatangannya.
"Fen, bisakah kita mengobrol berdua?" tanya Adrian, sambil menyuapkan makanannya kemulut Brian.
"Why not." senyum Fene.
Jasmine hanya mendengar, mengerti maksud suaminya.
"Finished eating, you first play with aunt Jasmine, baby." senyum Adrian pada Brian.
"No, i just want to play with you uncle." rengek manja Brian.
"Uncle has business with your mom, after that we will play together." pujuk Adrian.
Brian tertunduk lesu, tapi Jasmine berusaha menghibur pria kecil yang ada dipangkuan suaminya.
"Auntie will tell you a fairy tale dear." rayu Jasmine pada Brian.
Brian berfikir sejenak, seperti memikirkan sesuatu,
"okay... but give me a glass of chocolate milk!" permintaan seorang anak kecil yang sangat mudah di wujudkan.
Jasmine dan Fene saling tatap, sama-sama menggelengkan kepala melihat kelakuan putra kecilnya.
"Finish your food, then you go out with auntie to buy chocolate milk, okay." sentuhan tangan Fene pada putranya, memberikan ketenangan sangat special bagi Brian.
"Oke mom."
Brian melahap makanannya hingga habis, sesekali tertawa renyah menatap wajah Adrian.
Hanz dan Irene sangat senang melihat cucu mereka, tumbuh dengan sehat dan bahagia.
Brian menjadi cucu kesayangan bagi Hanz dan Edward,
Selalu diberi hadiah-hadiah special luar biasa.
"Dri, are you going to spend Christmas with us?" tanya Hanz menatap Adrian dan Jasmine secara bergantian.
"Hmmmm....it seems so pi, after Christmas I will continue my trip to visit daddy." jelas Adrian sambil menatap Fene dan Jasmine.
"Wooow... are we going to make this year's Christmas celebration very memorable, by inviting Holi and Kevin." tampak senyum bahagia terpancar dari raut wajah Hanz dan Irene.
'Merry Christmas.'***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
pensi
hai ka mampir kembali ya.. like + favorit 🙏🙏
2022-02-18
1