Makin aaagh...

Cua mengikuti Dani mengunjungi apartemen Maminya, sangat takjub, memiliki teman luar biasa. Tajir abiiis... cantik, beeeegh... Siapa yang nggak suka ama Rahmadhani Widya Sukoco, gadis Manado Betawi. "Hmmmm..."

"Kenalin mi, ni Cua temen Dani." Dani berlalu meninggalkan Cua di ruang tamu menuju kamarnya.

"Ooooh... saya Widya." Widya mepersilahkan Cua duduk.

'Senyum sangat manis, cantik, lembut, beeeegh... ini mamak-mamak sosialita, rambut blondy, putih bersih, tatto di lengan gambar yang sama dengan milik Dani Dewa, kalau dibawa pulang ke kampung mamak Dani ni... habis kenak buly orang kampung Cua.' kekehnya dalam hati.

"Iya tante..." senyum Cua ramah.

"Jangan sungkan, Dani itu anak semata wayang tante, sifatnya aneh, tapi dia anak baik." Widya menceritakan sedikit kepribadian Dani.

"Iya tante... Dani orangnya rada-rada aneh." kekeh Cua.

"Semenjak pulang dari London dia berubah, nggak bersahabat." ucap Widya menatap Cua.

"Apa seeeh mi, udah deh, nggak ada yang berubah kok, Papi tu, yang berubah jadi kaku." tiba-tiba suara Dani menggema muncul dihadapan Cua. "Yuuuk, mi aku nginap dikosan Cua yah, daerah Slipi." Dani memeluk Widya, mencium keningnya.

"Kok dikos siiih... ajak Cua tinggal di apartemen kamu aja, sayang, ditinggal mulu." pinta Widya seraya memohon.

"Belum Dani obrolin mi, sabar yah. I love you." Dani menarik tangan Cua.

"Tunggu," Cua berlari ke arah Widya menyalami dan mencium punggung tangannya hormat.

"Becareful Dan." suara lembut Widya, walau berteriak terdengar sangat **** ditelinga Cua.

Dani menekan tombol lift, menuju parkiran basemen, mengganti mobilnya lebih sederhana.

"Kok ganti lagi?" Cua bingung.

"Kalau pakai yang itu rentan, takut nggak aman, kosan lo kosan ngeri, takut gue." sindirnya.

"Maksud kamu?" Cua membesarkan bola mata, menyeringai bak kuda poni.

Jujur Cua merasa bingung, ini anak kenapa tiba-tiba sangat peduli padanya, banyak PR dikepala Cua yang harus ditanyakan, tapi mesti memulai darimana, Cua sangat bingung, takut Dani tersinggung, balik membentak lagi. Huuuufh...

"Kita ke butik aja, tadi ada beberapa baju kerja yang sudah gue pesen, tinggal lo cobain." perintah Dani.

"Yaaaah... aku ikut aja." Cua pasrah.

Saat tiba di butik, Dani disuguhkan beberapa pilihan baju kerja yang sangat elegant, dengan nilai fantastis.

"Bisa beli yang biasa aja nggak?" bisik Cua meremas lengan Dani.

"Biasa maksud lo?" tanya Dani tidak mengerti.

"Harganya nggak jutaan juga kali, aku baru bayar uang kuliah, dan aku nggak punya uang sebanyak itu." Cua menggeram.

"Yang suruh lo bayar siapa? gue yang bayar kok." Dani membalas meremas jemari Cua.

"Iiiigh... emang lo punya banyak uang?" ujar Cua kesal.

"Eeeeeh... lo pikir, perusahaan bokap gue perusahaan ecek-ecek gitu, itu perusahaan ternama, hotel bokap gue bejibun, lo mau pakai baju biasa? apa kata klien lo? lo bagian promosi, kita sama, satu devisi, soo... no debat." Dani memberikan Black Card pada kasir, membayar total belanja mereka yang wooooow.... amazing. Sesuatu banget buat Cua, anak kemaren sore, udah di biarin bermewah mewah, ini sekali melarat... hadeeeeh... gantung diri kali... hikz... batin Cua. "Aku nggak mau dibilang Papi, manfaatin kamu yah Dan, bisa ku gantung kamu jika orang berfikir seperti itu." ancam Cua.

Dani tersenyum, memberikan papperbag mengajak Cua pergi makan kerestorant.

"Yuuuukz..." Dani berlalu meninggalkan Cua yang masih bengong.

"Kemana?" tanya Cua.

"Makanlah." bisik Dani.

"Aku nggak lapar." lanjut Cua.

"Setidaknya ini sudah time makan malam, lo harus makan, karena berfikir itu butuh energy dan asupan yang cukup ngerti, tenang aja, gue nggak suruh lo ganti, paling potong gaji aja." kekeh Dani.

"Tuh kaaaan... bener... belum kerja gaji aku udah kamu potong, tega." rundung Cua mengikuti langkah kaki Dani.

"Pikiran lo bener-bener kaku, udah aaaaaah... malas debat gue." Dani melajukan mobilnya, memarkirkan mobil di satu resto, tidak jauh dari kos Cua.

"Dan... ini resto mahal lhoo, dari awal aku nggak berani masuk kesini." suara Cua mulai terdengar lagi.

"Eeeeeh... bisa nggak, lo jangan lihat harga mulu, itung-itung mulu, mindset lo miskin yah, buat beli ini itu perhitungan, sama diri sendiri nggak usah pergitungan, hidup itu di nikmati, disyukuri, bukan malah ini mahal, itu mahal, aku nggak mampu, we we we we.... males gue denger lo... bener-bener males." omelan Dani melebihi mak mak lagi datang bulan.

"Iya, iya... mulai sekarang aku ikut aja." tunduk Cua.

"Ya udah, turun, kita makan habis dari sini pulang istirahat, gue mau beli matras kecil, sakit-sakit badan gue tidur di kos lo." gerutunya.

Cua hanya mengikuti kemana arah Dani, males debat lagi.

Terkadang ada benernya omongan Dani, 'tapi dia ngomong begini, karena uang orang tuanya banyak, naaaah aku... udah kuliah aja udah syukur, mau foya-foya, beeeeegh... digantung mama papa akooooh...' batinnya.

Dani memesan beberapa makanan untuk disantap bersama Cua teman baru, karyawan papinya. "Cua! Lo tinggal diapartemen gue yah!" Pinta Dani lumayan sopan.

"Hmm! Ntar dulu deh! Ntar papa ku curiga, sangka keluarga ku aku macam-macam disini." Jelas Cua pada Dani.

"Ya nggak lah! Masak lo mau macam-macam. Lo kan cewek lugu! Mana pelit lagi buat diri sendiri, pasti bokap lo tau lah gimana lo!" Kekeh Dani menatap wajah Cua yang sudah cemberut.

"Iiigh! Kok malah bilang aku pelit seeh ama diri sendiri! Padahal aku baik banget dan tidak pernah ganggu siapapun selama kuliah disini." Jelas Cua dengan wajah masih ditekuk.

Drrrt, drrrt,

"Angga!" Batin Cua menatap layar handphone miliknya.

"Jangan diangkat!" Tegas Dani.

"Why?" Kesal Cua.

"Dia itu mau manfatin lo! Udah diamin aja. Tuh makanan kita udah datang! Makan dulu, biar pintar." Senyum Dani mulai melunak, tapi masih kesal karena Angga menghubungi Cua. 'Gue blokir nanti nomor si Angga jelek itu. Biar nggak berurusan sama cewek lugu ini lagi.' Geramnya membatin.

Cua tidak menghiraukan panggilan telfon Angga berdering beberapa kali. Dia ingin menikmati makan malam, menurutnya hari ini sangat special. Dani membawa kerestoran mahal, yang menjadi impian Cua beberapa waktu lalu. Saat ini terwujud karena kedekatannya dengan Dani putri pengusaha Hartono Wijaya Sukoco.

"Setidaknya dengan berkerja diperusahaan Papa Dani bisa meningkatkan keuangan ku! Nggak jadi anak kos lagi!" Kekeh Cua membatin.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Tanya Dani penasaran.

"Nggak apa-apa! Nggak nyangka aja bisa kerja secepat ini! Duduk di restoran senyaman ini! Dikampungku nggak ada restoran seperti ini." Kekeh Cua.

"Sesekali aku mau ke kampung kamu! Kali aja ada cowok ganteng disana!" Tawa Dani membuat Cua semakin geli.***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!