part 3

Mereka sudah duduk di meja makan. Wajah Shakila masih menampangkan senyum palsu, apalagi ia sangat tidak nyaman dengan kedatangan Malih ke rumahnya.

"Kemana Abyan ?. Aku belum melihatnya?" Tanya Sarah kepada ufa.

Kepala ufa mendongkak setelah ia selesai mengambil nasi untuk Hisyam.

"owh Abyan sedang berada di Mesir. Dia ikut guru Badrudin untuk melanjutkan kuliah di sana."

"Berarti dia bertemu Adam di sana." seru Sarah semangat .

Ufa mengangguk pasti.

"dia sangat mengagumi Adam. Katanya Adam adalah guru yang paling di favoritkan di sana." balas ufa semangat .

Mata Sarah melirik malih, berharap putranya tahu kalau Adam tidak seburuk apa yang di pikirkan putranya. Memang semenjak dulu, Adam jarang pulang ke Indonesia, ia hanya akan bertemu Malih 5 bulan sekali. Dan itu pun dalam jangka waktu yang sangat sebentar.

"Aku lebih mengagumi paman dari pada ayah." ucap Malih pelan namun masih di dengar semua orang.

Sarah terdiam mendengar perkataan putranya.

"setidaknya paman selalu berkumpul dengan keluarga." sambung Malih menundukan kepala.

Shakila yang semenjak tadi menggerutu dalam hati, langsung ikut melihat malih.

"Ayahmu sangat menyayangimu Malih."sahut Hisyam melirik malih lembut" seandainya dia punya 10 nyawa,maka 9 nyawa akan di berikan padamu. Dan 1 nya untuk ia bertahan hidup agar terus melihatmu."

Drrrttt Drrrttt Drrrttt

Suara handpond berbunyi. Dengan cepat Malih berdiri.

"maaf. Aku harus mengangkat telepon dulu." pamit Malih langsung berjalan pergi,meninggalkan ruang makan dengan terburu-buru.

"Dia memang seperti itu. Dia akan selalu mendapat telepon mendadak." jelas Sarah tidak enak namun di maklumi semua orang.

*******

Malih berjalan pergi cukup jauh dari rumah Hisyam, sejenak tatapannya mengedar memastikan semuanya baik. Malih langsung mengangkat telepon yang sedari tadi terus berdering.

"Assalamualaikum." Salam Malih.

"Wa'alaikumsalam. Malih bagai mana dengan tugasmu. Apa kau sudah mendapatkan bukti?" tanya orang di sebrang.

Sejenak Malih terdiam hingga ia kembali bersuara.

"sudah pak. Tapi aku harus melihat cctv sekolah untuk lebih jelasnya." sahut Malih tenang,sambil memikirkan semua data yang sudah ia kumpulkan.

"Pastikan kamu menuntaskannya. Menurut ibu korban, Ada orang yang mencelakainya. Sekarang kamu pergi ke taman kota, zio sedang ada di sana." suruh orang di sebrang.

"Aku sedang bersama keluarga. Aku tidak bisa pergi." tolak malih cepat.

"Kalau begitu suruh anak buahmu, yang pergi."

"Mereka sedang cuti."

"Kalau begitu suruh mereka bekerja lagi!" kukuh orang di sebrang keras kepala.

"Tidak bisa!" tolak Malih.

"Aku ketuanya jadi aku bisa!" Balas ketua sedikit berteriak karena Malih selalu menentangnya.

"Karena bapak ketuanya. Bapak harus mengerti anggotanya." balas Malih.

"Berdebat denganmu, hanya membuat kepala bapak jadi pecah." keluh orang di sebrang.

Setelah ketua yang sering ia sebut ketua angy bird menutup telepon. Tangan Malih kembali mengetik nomor kemudian menempelkan handponya di telinga.

"Hallo pak." salam suara di sebrang.

"Assalamualaikum." salam Malih dingin.

"Saya lupa pak. Assalamualaikum." gugup orang di sebrang membuat Malih menghela napas kasar.

"Kamu pergi ke taman kota. Awasi anak itu, lihat siapa saja yang dekat dengannya. Lalu kumpulkan datanya." suruh Malih.

"Tapi pak . Kan saya sedang liburan." keluh orang di sebrang yang tidak lain adalah anggota Malih.

"Kalau begitu kirimkan mobil kemari. Aku akan segera berangkat ke sana. Assalamualaikum" suruh Malih lalu mematikan telepon.

*******

Setelah makan selesai. Malih segera berdiri membuat semua orang langsung memperhatikannya begitupun Shakila.

"Maafkan aku, bibi paman. sepertinya aku harus pergi duluan" sesal Malih menundukan kepala.

"Mau pergi kemana?" Tanya Sarah heran.

"Seperti biasanya Bu." sahut Malih menjawab, seakan Sarah sudah mengetahuinya tampa Malih bicara.

"Kalau begitu ibu juga pulang."

"Kenapa kalian berdua jadi mau pulang buru-buru?" Tanya ufa kecewa.

"Mungkin kalau nanti Shakila dan Malih menikah aku akan sering-sering datang mengunjungi" goda Sarah membuat Shakila tercengang. Merasa angin lewat Malih terlihat tidak peduli.

Wajah shakila sudah memerah padam.

"bibi..." keluh Shakila memelas membuat semua orang tertawa terkecuali Malih tentunya.

*********

Seorang pria sedang duduk di kursi, tatapannya tidak lepas dari handpond. Walau sesekali tatapannya masih tertuju pada seorang pria yang terlihat sedang duduk bersama kekasihnya.

"Apa kita terus seperti ini?" Tanya pria di sebelahnya dengan menguap lebar.

"aku merasa sekarang kita sedang berkencan." sambung pria itu malas.

Malih terlihat tidak peduli dengan keluhan zio. Jadi ia memilih membiarkan zio berbicara sendiri.

"Bila gue lihat lagi. tidak ada yang mencurigakan dari mereka. Lagian kasus pembunuhan di sekolah itu sudah di tutup, jadi buat apa kita menerima kasus membosankan itu"

"Terus saat kemarin gue pergi ke atap sekolah. Tidak ada bukti-bukti sama sekali, sidik jari pun tidak gue temukan." tambahnya lagi sambil melepaskan sepatu pentapel nya gerah.

"gue gak suka nih ama sepatu. Kalau bukan karena tugas, ogah gue makenya." dumelnya kesal.

Jengah mendengar ocehan zio. Handset sudah terpasang di kedua telinga nya.

"mulai deh nohh.. gue gak ngerti kenapa gue di patnerin sama Lo . Harusnya gue di patnerin sama cewek cantik. Setidaknya kan gue gak bosen" kesal zio kemudian melepas handset Malih kemudian memasangkannya di telinganya.

"Lo dengerin bacaan ayat Al-Qur'an yah" kata zio karena mendengar surah di telinganya.

Sepasang kekasih itu berdiri, mata Malih semakin menfokuskan kemana mereka pergi.

"Lo lihat tangan kanannya?" Kata Malih sambil menunjukan foto di hadapan zio.

Kening zio mengkerut,memfokuskan penglihatannya pada foto di hp yang di tunjukan Malih.

"Di jari kelingkingnya terdapat luka, walau agak samar tapi gue masih melihatnya. Gi mana Lo bisa mendapatkannya?" Tanya zio karena ia yakin sedari tadi Malih hanya mengutak nggatik hp.

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)"

"Lo gak sabar, jadi gak bisa lihat kejanggalan mereka." balas Malih kemudian berdiri untuk pergi.

"Mulai deh tuh ceramahnya." sahut zio malas.

Setelah mendapatkan satu bukti, mereka kembali ke kantor. Saat mereka masuk, sudah ada beberapa satpam yang menyambut mereka dengan hormat. Langkah mereka memasuki lift, kemudian menekan tombol 9.

"Lo kenal sama Shakila?" Tanya zio mulai menanyakan hal pribadi Malih.

Mata Malih masih fokus melihat beberapa foto yang ada di hp nya, Tampa ingin merespon ucapan zio.

"Dari gerak-gerik lo gue simpulkan. Kalo Lo kenal sama Shakila. Saat Lo tiba-tiba duduk di tempat kursi yang ingin di tempati Shakila, dan melihat respon Shakila. Kayanya kalian ada hubungan, bisa sahabat,keluarga, mantan kekasih atau yang lainnya." simpul zio sambil mengetuk-getuk dagunya.

Ting pintu lift terbuka . Dengan langkah cepat Malih berjalan pergi. Membuat zio mendengus jengkel,namun akhirnya mengikuti langkah Malih.

******

Pagi hari sudah menjelang. Lagi-lagi Shakila harus berdebat dengan satpam akibat terlambat. Gara-gara mencari tasnya yang hilang. Walau akhirnya tas nya ketemu di bawah kolong ranjang.

bahkan ufa sampai marah-marah karena sikap putrinya yang tidak pernah mau disiplin, dan Shakila hanya memangut-mangut walau ia tidak yakin akan mengulanginya lagi.

"Kemarin saja bapak membolehkan Malih masuk tampa berdebat." kata Shakila protes.

Satpam mengusap dada sabar" non cantik,manis,imut kaya baby doll. Itu udah perintah dari kepala sekolah, kalau mas Malih telat suruh aja dia masuk" sahut satpam.

Mata Shakila menyipit curiga.

"ahh jangan-jangan bapak di suap yah!" Tuduh Shakila membuat satpam terperangah.

"Bapa ini masih takut Allah neng!. Mana mungkin bapa mau di suap." bantah satpam yang mulai kesal dengan Shakila.

"Kalau begitu bapak harus buka gerbangnya. Allah aja maha pengampun,terus kenapa bapa tidak memaafkan kesalahan saya." ceocos Shakila masih tidak ingin diam.

"Ini udah perintah dari sekolah neng. Bukanya kemarin bapak udah berbelas kasih, bukain ni gerbang buat neng." bela satpam yang juga tidak mau kalah.

"Kalau begitu bapak ini sudah tidak a-dil. Dan Allah tidak menyukai orang yang tidak adil." timbal Shakila penuh penekanan.

"(QS. An-Nisa; 135). Membahas perkara adil. Yang di Maksudkan berlaku adil berarti, memutuskan suatu perkara disesuaikan dengan amal perbuatan seseorang tanpa memandang rakyat atau pejabat, miskin atau kaya siapa yang bersalah harus dihukum. Karena Allah SWT yang maha adil membebani hukum kepada hamba-Nya, disesuaikan dengan kemampuannya, dan di dalam menjatuhi atau memutuskan hukuman disesuaikan dengan apa yang pernah diperbuatnya" jelas Malih dari arah belakang membuat ufa tersentak ,walau ia mendengar semua penjelasannya.

"Iya nih mba Shakila. Saya kan harus adil sama siswa-siswi lainnya. Masa ia saya masukin mba Shakila. Peraturannya kalau udah istirahat baru bisa masuk sekolah." keluh satpam.

Shakila langsung mendengus sebal,melirik kesal ke arah Malih.

Terpopuler

Comments

Erlin

Erlin

♥️♥️💪

2022-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!