EPISODE 15

Caca merasa dirinya tercabik. Meluruh. Hancur menjadi ribuan, jutaan, potong tubuh yang mengejang dan bergetar melepaskan panas di luar imajinasi, yang seakan tidak pernah berakhir.

Sampai kesadaran kembali menghantamnya dengan keras.

Dahi Caca terkulai di bahu Daniel saat menyadari sekelilingnya. Kelembutan dan baju hangat Daniel terasa dingin di kulitnya yang hangat. *********** yang terbuka terasa dingin diterpa udara. Kedua lengan Daniel berada di pinggangnya sekarang.

Caca menggigil, bukan karena kedinginan, tetapi karena merespons yang barusan. Apa yang sudah ia lakukan? Apa yang sudah ia biarkan terjadi? Caca tidak bisa menghentikannya sekalipun berusaha; Caca benar-benar terpesona sejak Daniel mulai menciumnya.

Daniel!

Apa yang dipikirkan pria ini tentangnya?

Laki-laki ini menciumnya jauh lebih intim daripada laki-laki mana pun. Menyentuhnya jauh lebih intim daripada laki-laki mana pun. Memberinya lebih banyak kenikmatan ....

Daniel merasakannya saat Caca mulai menggigil.

Tangannya mencengkeram erat lengan Caca saat wanita itu beringsut menjauh. "Kau cantik, Caca," katanya parau. "Benar-benar cantik."

Caca mengangkat kepalanya perlahan, matanya gelap dan berbayang, cekungan di pipinya terlihat jelas di bawah mata yang sayu. Wajah wanita itu tampak menyesal dan malu.

Daniel mengerang pelan saat menjumpai penyesalan di mata Caca. "Jangan, Caca .... "

"Jangan apa?" Emosi Caca pecah saat menarik diri dari dekapan Daniel. Ia segera berbalik dan membenahi pakaiannya. "Jangan merasa malu? Malu?" Suaranyameninggi saat berbalik memandang Daniel dengan mata menyala. "Apa yang harus kurasakan, Daniel?" jawabnya kasar. "Hangat dan lembut? Genit dan tersipusipu? Atau, mungkin cukup dengan terima kasih?"

Daniel bisa merasakan pipinya berkedut saat berjuang menahan amarahnya sendiri. Apa pun yang mereka katakan saat ini akan terdengar salah. Lebih baik pergi dari sini sebelum salah satu atau keduanya mengatakan sesuatu yang akan mereka sesali. Saat Daniel menyesali telah membiarkan situasi di antara mereka bergerak di luar kendali ....

"Tidurlah, Caca," katanya serak saat berpaling dari wanita itu.

"Aku akan tidur di sini malam ini. Kita bicara lagi besok." Caca menatap kaku punggung Daniel, bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan pria itu. Apa yang pria itu pikirkan tentang dirinya. Apa pun itu, pasti tidak lebih buruk daripada pikiran Caca tentang dirinya sendiri. Sekarang, Caca bertanya-tanya apakah semuanya akan berubah.

"Apa lagi yang perlu kita bicarakan?"

"Apa kau ingin aku memberikan surat pengunduran diri tiga bulan sebelumnya seperti tertera dalam kontrak, atau lebih suka aku segera pergi?"

Mata Daniel menyipit saat berbalik menatap Caca "Siapa yang menyinggung masalah pengunduran dirimu>"

Caca mendengus tak percaya. "Aku masih ingat kau menyebutkannya. Ketika kau bilang tak pernah terlibat hubungan pribadi dengan pegawai wanitamu! Kecuali, tentu saja, jika kau tidak menggolongkan kejadian barusan sebagai 'terlibat secara pribadi'?" Caca menarik napas gemetar, penasaran apakah perasaannya akan semakin buruk nanti. Caca menggigil hanya dengan mengingat keintiman yang telah mereka lakukan. "Bagaimana kita bisa terus bekerja sama sekarang?"

Mulut Daniel menegang. "Apakah kau ingin kita terus bekerja sama?"

Caca meringis. "Tampaknya keinginanku tidak diperhitungkan."

"Oh, bukan seperti itu. " Daniel mengangguk perlahan, sorot matanya pucat, tak terbaca.

Mata Caca terpejam sejenak sebelum terbuka untuk menatap Daniel sekali lagi. "Saat ini aku hanya ingin kejadian itu tidak pernah ada," gumamnya kasar. "Aku ingin kita kembali ke situasi sebelumnya," tambahnya.

Daniel tersenyum pahit. "Dan, jika akhirnya tidak mungkin?"

Caca menelan ludah dengan susah payah."Aku harus mempertimbangkan untuk mengundurkan diri." Daniel terus menatapnya selama beberapa menit sebelum tiba-tiba mengangguk. "Kalau begitu, aku sarankan kita jalankan hubungan kita sebelumnya. Kau tidak perlu mengundurkan diri."

Kalau saja Daniel mencintaiku, situasinya akan berbeda, Caca berandai-andai pedih. Andai Daniel mencintaiku, karena aku pun mulai mencintainya ....

Karena Caca mencintainya. Sekarang ia sangat yakin tentang hal ini. Caca tahu, ia tidak akan pernah bisa bersikap dan merespons seperti tadi jika tidak jatuh cinta kepada Daniel.

Caca juga tahu bahwa satu-satunya cara untuk tetap berada dalam kehidupan Daniel adalah menyembunyikan perasaannya dari pria itu.

"Aku masih tidak percaya-" Caca tersadar. "Jim atau Jennie bisa saja menangkap basah kita beberapa menit lalu!"

"Tapi nyatanya tidak, kan." Mata Daniel berkilat.

"Lebih karena kebetulan!" Mata Caca menyala. Ia sadar, kemarahan bisa menyingkirkan kesedihan yang dirasakannya.

"Berhentilah menghukum dirimu, Caca, dan tidurlah," kata Daniel terdengar serak dan letih.

Daniel tampak muram dan ini jelas-jelas menyatakan bahwa dia tidak ingin membicarakannya sekarang.

Dan tidak akan pernah!

Toh ini sesuai kemauannya. Membicarakan kegagalannya menahan diri beberapa menit lalu sungguh mengerikan sekaligus memalukan.

Kegagalan Caca menahan diri yang masih membuat tubuhnya bergetar dan gemetar mengingat kenikmatannya.

"Baik," Caca mengangguk cepat. "Aku-kita ketemu besok pagi."

"Tentu saja," hela Daniel.

Caca ragu sejenak, tapi sempat memandang Daniel sejenak sebelum akhirnya bergegas keluar ruangan dan menaiki tangga ke kamar tidur. Ia membanting pintu kamar, berharap bisa dengan mudah menutup pintu ingatannya.

Ia tak akan pernah bisa melihat Daniel lagi tanpa mengingat peristiwa ini.

Ia pasti tidak pernah sanggup lagi memandang Daniel tanpa menyadari perasaannya....

"Jim dan Jennie baik sekali telah menyiapkan bekal makan siang untuk kita," kata Caca dengan lembut keesokan paginya ketika berbalik melambai kepada pemilik penginapan dan istrinya yang berdiri di ambang pintu, mengantar keberangkatan mereka. Kendaraan penyapu salju telah melaksanakan tugasnya membersihkan jalan-jalan kecil pagi ini setelah semua jalan utama dapat dilalui kendaraan.

Daniel mengerling sekilas pada Caca. "Dan kau butuh sedikit kebaikan saat ini, hmm?" Ia melihat pipi Caca bersemu. Pipi yang beberapa menit lalu terlihat sangat pucat.

Daniel juga tidak merasa lebih baik. Ia tak dapat tidur semalam. Dan itu bukan karena sofa yang ia tempati kurang nyaman, melainkan karena tak dapat menyingkirkan Caca dari pikirannya. Menciumnya. Merasakan Caca. Merasakan betapa halus dan lembut kulitnya, betapa responsifnya tubuh Caca terhadap sentuhan Daniel yang paling ringan sekalipun. Bagaimana Caca sepenuhnya pasrah dalam pelukannya.

Daniel masih dapat merasakannya. Kulit Caca selembut sutra. *********** terasa pas di tangan Daniel. Tubuhnya terasa lembut dan halus ketika disentuh Caca begitu responsif dan tampak benar-benar indah ketika sentuhan Daniel membuatnya mencapai puncak.

Daniel kesulitan menyingkirkan kenangan itu dari benaknya.

Ia masih belum mampu.

Begitu sulitnya sehingga satu-satunya hal yang ingin dilakukannya saat ini hanyalah menarik Caca ke tempat tidur terdekat dan menyelesaikan apa yang telah mereka mulai semalam.

la ingin melihat tubuh polos Caca. la ingin menyentuh dan mengecup kelopak-kelopak mawar Caca dan membawanya pada sensasi tak terlupakan. Di atas segalanya, Daniel ingin membenamkan diri dalam kelembutan yang menyenangkan itu, terus-menerus menjelajah hingga mereka berdua meraih kepuasan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!