EPISODE 9

Caca marah sekali, terutama pada sikap Daniel yang meremehkan itu.Sebetulnya Caca bukan hanya sebal pada sikap Daniel, tetapi juga pada dirinya sendiri. Namun,untuk saat ini, sikap pria itulah yang menjadi perhatian Caca.

"Kau menjijikkan!" bentak Caca seraya beranjak dari seberang tempat tidur. "Sulit dipercaya kau berniat membiarkanku tidur di kursi!" la berdiri di samping tempat tidur, memelototi Daniel yang berbaring nyaman berselimut hangat. Ia sendiri menggigil menahan dingin karena nyala api telah padam.

Daniel mengangkat bahunya. "Kaulah yang berkeras tidur di kursi."

"Itu karena kau tidak bersikap layaknya lelaki sopan untuk-"

"Ini kedua kalinya kau menuduhku!" Daniel beranjak dari tempat tidur dan berdiri begitu cepat sehingga Caca tidak sempat menjauh. Jemari kokoh Daniel mencengkeram lengannya saat pria itu menatapnya dengan mata penuh kilat amarah. "Apa kaupikir Simmington-Browne akan tidur di kursi tanpa protes?" ejeknya.

"David pasti bersikap sopan-" kata Caca berhenti tiba-tiba saat kilatan mata Daniel semakin menyala. "Jelas beda kalau aku di sini bersama David," katanya kaku.

Mulut Daniel berkerut. "Maksudmu, kau akan bersedia tidur dengannya? "

Caca terpaku. "Aku tak percaya kau berniat tidur beberapa saat lalu."

"Kau benar, bukan tidur yang kupikirkan tadi," goda Daniel.

Saat ini pun ia tidak ingin tidur. Daniel mungkin bisa mengendalikan gairahnya, tapi tak bisa mengusirnya pergi. Melihat Caca berdiri anggun dan memukau dengan gaun yang indah sama sekali tidak membantu, meskipun obrolan tentang Simmington-Browne cukup meredam kelanjutannya.

Caca tampaknya telah membangun semacam gagasan tentang tunangannya selama setahun ini, sehingga bagi Caca tunangannya itu semacam dewa tanpa cela. Daniel yakin, di mata Caca, ia tidak sepadan dengan citra tunangannya yang berkilau itu. Begitu juga pria-pria lainnya, menilik kenyataan bahwa Caca tampaknya tidak memiliki begitu banyak teman kencan, bahkan tidak satu pun tahun lalu.

"Ambil tempat tidurnya," kata Daniel serak. "Aku akan tidur di kursi."

Caca memandang Daniel curiga. "Apa jaminannya bahwa kau tidak akan berubah pikiran tengah malam nanti?"

"Caca, mengapa kau selalu berpikir bahwa aku sangat tertarik padamu?" Terdengar nada keras dalam suara Daniel.

Caca pucat. "Aku tidak menganggapmu tertarik padaku."

"Kalau begitu, kau tidak percaya aku bisa berbagi kamar tidur, apalagi tempat tidur, dengan wanita mana pun tanpa mencoba mengajaknya bercinta."

"Lebih baik kita lupakan saja masalah ini dan tidur," gumam Caca letih saat kembali ke tempat tidur. "Aku yakin semuanya akan terlihat berbeda pada pagi hari." Caca juga berharap salju akan mencair sepenuhnya esok pagi dan mereka bisa melanjutkan perjalanan. Meskipun ia sangat meragukan itu terjadi ...

Dan nyatanya memang tidak.

Caca bahkan tidak perlu beranjak dari kehangatan tempat tidur untuk mengetahui bahwa salju masih menumpuk. la tahu dari cahaya pagi yang masuk ke kamarmelalui tirai jendela, yang merupakan pantulan dari salju di luar. Semua bebunyian agak teredam oleh salju yang putih lembut.

Ia kurang tidur. Ia tak bisa berhenti berpikir. Bagaimana bisa setelah ia membalas ciuman Daniel? Ketika ia benar-benar menyadari Daniel ada di seberang ruangan dan terlihat nyaman di kursi?

Caca tetap terjaga selama berjam-jam setelah Daniel tidur. Ia tak sanggup menyingkirkan ingatan tentang ciuman tersebut dari pikirannya. Atau bahwa ia telah membalas ciuman Daniel. Lebih dari sekadar merespons, ia justru menginginkan lebih. Lebih banyak lagi. Tubuhnya masih menggelenyar dan meradang oleh hasrat yang dinyalakan Daniel lewat satu ciuman. Rasa bersalah itu perlahan-lahan menumbuhkan iba terhadap mendiang tunangannya.

la pasti sempat tertidur semalam meskipun tubuhnya yang lesu menunjukkan tidurnya tidak terlalu pulas.

Hanya mata Caca yang bergerak saat memeriksa apakah Daniel masih di kamar tidur.

Pria itu tergeletak di kursi, dengan sehelai selimut melilit bagian atas tubuh serta pahanya, memamerkan kaki panjangnya.

Daniel benar-benar makhluk yang luar biasa jantan. Kenapa aku enggan mengakui hal itu? Daniel sangat tampan! Rambut hitamnya acak-acakan dan terurai indah di dahi. Sosok yang selalu tampak keras itu kini tenang dalam tidurnya, membuatnya tampak jauh lebih muda dari umurnya yang 36 tahun.

Caca mengagumi tubuh sempurna Daniel: bahu lebar, lengan berotot, dada dan perut rata, paha kuat; kaki yang panjang dan masih terlihat kecokelatan berkat liburan di Bahama selama liburan Natal. Bahkan kakinya pun menarik, begitu panjang dan ramping.

Bukankah tak ada yang salah dengan pria itu?

Pertunangan dengan David diikuti kematiannya yang mendadak beberapa minggu kemudian turut membuat Caca menghindari hubungan dengan kaum Adam. Setidaknya pria seperti Daniel, yang tidak pernah menyembunyikan keengganannya akan hubungan jangka panjang.

Lebih buruk lagi, ia asisten pribadi Daniel. Daniel sendiri pernah menyatakan tidak pernah terlibat dengan wanita yang bekerja untuknya. Bahwa wanitawanitaituakan kehilangan pekerjaan jika sampai berhubungan intim dengannya. Akankan ciuman Daniel semalam dikategorikan sebagai "keterlibatan"?

Lebih tepatnya, apakah Caca mengategorikan ciuman itu sebagai keterlibatan?

Daniel merasa tubuhnya kaku. Ia tidak cukup istirahat dan ingin mengamuk saat bangun. Meskipun Caca bangun malam-malam untuk menutupi tubuhnya dengan selimut tambahan, suasana hati Daniel tak lantas membaik.

Jadi, untunglah Caca sudah meninggalkan kamar, mungkin untuk mencari sarapan. Atau mungkin malah keluar dari rumah ini! Daniel sangat yakin wanita itutak menyukai ide menginap di sini dan sekamar dengannya untuk malam kedua.

Pemandangan di luar jendela menunjukkan bahwa Caca belum beruntung. Salju turun lebih lebat kemarin malam. Setidaknya salju setebal dua puluh senti menyelimuti Range Rover. Di beberapa tempat bahkan menimbun setinggi lima puluh sampai 75 sentimeter.

Daniel melirik kembali ke tempat tidur yang kosong. Tempat tidur itu sekarang rapi, namun tidak mampu menghalau kenangannya berbaring di sana dengan Caca semalam. Menciumnya. Menyentuhnya.

Mulut paling seksi yang pernah ia cium, begitu lembut dan lentur, bibirnya penuh dan sensual. Kemudian, tubuhnya yang berisi ....

Daniel mengerang pelan saat hasratnya bangkit hanya dengan memikirkan betapa tubuh Caca terasa nikmat saat ia menariknya, lekuk tubuhnya yang indah terasa nikmat disentuh.

Jika Daniel berniat terus mempekerjakan wanita itu, ia harus menghentikan pikiran-pikiran tersebut sekarang!

Caca menatap Daniel dengan tempatnya was was menikmati saat pria cangkir itu datang kopi ke duanya. ke dapur Seiris besar roti yang ia santap untuk sarapan telah menghilangkan mual di perutnya.

Setidaknya, itu yang ia rasakan sampai berhadapan dengan Daniel. Jennie, sang nyonya rumah, telah pergi beberapa menit lalu untuk menyalakan api di bar, sementara Jim membersihkan salju dari pintu depan. Daniel tampak luar biasa memukau dalam balutan baju hangat Aran dan denim hitam.

"Mau kopi?" tawar Caca ke Daniel.

"Terima kasih." Daniel mengangguk sebelum duduk di seberang meja.

Caca bangkit untuk mengambil mug lain kemudian membawa teko yang berisi kopi panas ke meja. "Tambah susu dan gula?" la sengaja tetap santai sambil menuang kopi.

Daniel menatap sebal. "Selama setahun bekerja untukku, pernahkah aku minum dengan susu dan gula?"

"Hmm... tidak." Caca merasa pipinya memanas. "Aku hanya ingin bersikap sopan, Daniel," tambahnya, jengkel karena atasannya itu tetap tidak terkesan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!