EPISODE 8

Terlalu polos, aku Daniel dengan tak sabar. "Daripada harus tersiksa tidur di kursi, aku akan tetap di sini dan menikmati segelas wiski sebelum ke lantai atas." Hal ini juga akan memberi Caca waktu dan privasi yang dia butuhkan untuk tidur.

Sebenarnya, Daniel juga tidak merasa nyaman dengan gagasan berbagi kamar tidur dengan Caca. Kesadaran yang baru muncul beberapa waktu lalu tentang betapa cantiknya Caca menunjukkan bahwa mereka tidak saling kebal seperti bayangannya.

Kulit Caca selembut beledu dan dia juga sensual; tawa di matanya beberapa detik lalu terlihat hangat dan menawan. Goyangan lembut pinggulnya saat wanita itu meninggalkan ruangan untuk bergegas ke atas, jelas godaan yang sulit dihadapi Daniel saat mereka hanya berduaan di kamar tidur.

Ada apa sih denganku? pikir Daniel. Sebenarnya bukan karena ia merasa kembali bergairah. Hubungannya memang telah berakhir beberapa bulan lalu, tapi itu tidak menjelaskan munculnya kesadaran tiba - tiba tentang Caca dan pikiran sensualnya tentang wanita itu. Vanessa Buttonfield yang dingin, menjaga jarak, dan berkelas.

Kecuali jika sekarang Caca tidak lagi tampak dingin, atau menjaga jarak....

"Bisakah kau berhenti gelisah dan tidur?"

Seketika Caca bergeming di tempat tidur. "Aku masih belum merasa nyaman." Kehadiran Daniel di ruangan itulah yang membuat Caca gelisah.

"Sepertinya kesepakatan kita menguntungkanku," gumam Daniel puas. "Kursi ini enak juga."

"Dasar jahat!"

Daniel tertawa lirih dalam gelap. Satu-satunya cahaya di ruangan itu berasal dari api yang teredam serta cahaya bulan yang terpantul dari permukaan salju dan menembus jendela. "Kau mau bertukar tempat?" tawarnya, kesal karena Caca mulai gelisah.

"Kau tidak akan suka di sini."

"Menurutku, kau tidak peduli dengan kenyamananku." Daniel berbaring telentang, menatap langit - langit. Sekuat tenaga diusirnya gambaran akan Caca meringkuk di balik selimut ketika ia datang ke kamar tidur. Rambut emasnya terurai di bantal dan matanya berkilat muram saat menatap Daniel.

"Aku kan memberimu satu selimut."Caca membela diri dengan sewot.

"Satu selimut," ulang Daniel datar. "Mungkin kau tidakmemperhatikannya, Caca, karena sudah nyaman di bawah selimut tebal itu, tapi di sini dingin sekali meskipun ada api."

Caca duduk dan menepuk-nepuk bantalnya agar lebih nyaman. Dalam hati ia sadar, bukan tempat tidur yang membuatnya tidak nyaman, melainkan dirinya sendiri. la begitu menyadari kehadiran Daniel karena pria itu duduk santai di kursi tak jauh darinya. la bahkan bisa mendengar tarikan napas Daniel. Bisa merasakan kehadirannya yang berjarak hanya beberapa meter.

Dan Caca sama sekali tidak menyukainya.

"Caca, lebih baik kau tidur sekarang!"

"Kau juga tidak tidur-tidur padahal mengaku lelah."

"Jika kau tidak kunjung diam dan tidur, aku akan kesana dan tidur denganmu!"

Caca bergeming, nyaris tidak bernapas, dan seketika jantungnya berdetak cepat. Jantungnya berdetak begitu keras hingga Daniel pasti mendengarnya.

"Sepertinya kata-kataku barusan menenangkanmu." Daniel tertawa pelan.

Caca berbaring dan memaksa diri tetap diam, tanpa menunjukkan gerakan apa pun bahwa keberadaan Daniel dan kata-kata pedasnya begitu mengusik.

Ada apa denganku? pikir Caca. Daniel adalah bosnya selama setahun terakhir. Mereka memang belum pernah pergi bersama-sama untuk urusan bisnis, apalagi harus berbagi kamar tidur seperti ini. Akan tetapi, ia tidak bisa mengatasi situasi ini dengan baik.

Caca juga sadar bahwa ia sendirian menempati tempat tidur, sementara Daniel berusaha membuat diri nyaman di kursi. Padahal Daniel bosnya dan ia pegawai Daniel.

Napas Caca memburu. la ingin menawarkan Daniel untuk tidur di sampingnya, tetapi takut terhadap kemungkinan yang bakal terjadi.

Caca berseru panik saat Daniel tiba-tiba bangun, melintasi ruangan, kemudian berdiri tegak di samping tempat tidur.

"Aku tidak tahan lagi," akunya saat pindah ke samping Caca.

Caca menatapnya dengan mata lebar prihatin.

"Daniel .... "

"Aku memutuskan ini dituntaskan saja supaya kita bisa tidur!" ujarnya serak.

"Ini" ternyata menundukkan kepala dan memagut bibir Caca dalam ciuman yang benar-benar merampas napasnya. Perlawanannya.

Perlawanan? Begitu bibir Daniel bertemu bibir Caca dan berusaha mendesak masuk lebih dalam, lengan pria itu meraih tubuhnya meskipun ada selimut yang memisahkan mereka. Caca benar-benar meleleh, baik fisik maupun emosional.

Daniel terasa indah. Bibirnya begitu kuat, tubuhnya keras dan berotot saat membungkuk, bobot tubuhnya terasa sempurna saat menekan Caca dengan tangan yang gelisah menjelajahi sekujur tubuh.

Caca menarik tangannya. Napasnya semakin memburu ketika menyentuh bahu hangat pria itu, ke mudian terpaku di sana. Daniel terasa begitu hangat dan kuat, otot-ototnya beriak. Caca tidak bisa mengendalikan tangannya yang terus bergerak membelai tubuh kuat Daniel,menjelajahi lekuk punggung dan pinggangnya, kemudian turun membelai bokong keras Daniel yang telanjang.

Astaga, Daniel benar-benar telanjang!

Caca berontak, didorongnya dada Daniel sambil menarik bibir. "Apa yang kaulakukan?" Caca terengah.

Kejadian ini melampaui harapan Daniel, dan meneruskan tidur jelas tak ada dalam benaknya!

Perlahan ia menatap Caca dan segera mengenali kilat amarah di mata wanita itu. "Entah apa yang kaurasakan, tapi aku tidak bisa tidur sama sekali sekarang!" Daniel mengakui. "Kecuali, kau berhasrat menyelesaikan apa yang baru kita mulai...?" pintanya.

"Tidak, aku tak berhasrat menyelesaikan apa yang baru kaumulai!" sergah Caca marah. Sekali lagi, didorongnya dada Daniel.

"Aku tidak pernah mengira kau bakal menggodaku." Caca beranjak ke tepi ranjang, menjauh sebisa mungkin dari Daniel tanpa benar-benar harus keluar kamar. "Pernahkah aku memberimu isyarat bahwa aku menginginkan ciumanmu?"

Daniel memiringkan kepala, berusaha mengingatingat. "Maksudmu, sampai beberapa waktu lalu?"

Mata Caca telah menyesuaikan remang cahaya yang terpantul ke dalam ruangan sehingga dapat melihat Daniel telanjang; tubuh pria itu seindah bayangannya. Bahu dan dadanya yang lebar dan kuat, pinggangnya yang berlekuk, pahanya ... Daniel dilanda hasrat yang kuat!

Caca segera mengalihkan tatapan ke wajah Daniel.

"Tidak hanya itu," balasnya tegas. "Kau menciumku."

"Kau juga membalasnya," tantangnya.

Caca mendesis. Kenyataan bahwa tuduhan itu benar semakin meningkatkan amarahnya.

"Kau memelukku sebelum aku sempat protes."

"Kau juga membalasnya," kata Daniel serak. "Dari bahuku sampai ke .... "

"Aku tidak tahu kau telanjang!" ujar Caca membela diri.

Daniel mengangkat bahunya tidak peduli. "Sekarang kau sudah tahu."

Caca menatapnya frustrasi. "Turun dari tempat tidur dan kembalilah ke kursi!"

Mulut Daniel terkatup rapat. "Aku tidak mau." "Tidak mau?" Caca menatapnya tak percaya.

"Tolong pelankan suaramu, Caca!" Daniel mendesis.

"Jim dan Jennie akan mengira kita sedang bertengkar."

"Kita memang sedang bertengkar! "

"Tidak, Caca, kau yang mengajak bertengkar," Daniel mencemooh. "Aku cuma ingin tidur." Daniel bergeser sedikit hingga bisa menyelinap di bawah selimut. "Nyaman sekali rasanya," gumamnya meletakkan kepala di bantal. la menyisipkan tangan di belakang kepala.

Caca duduk menatapnya. "Kau tidak bisa tidur di sini!"

"Aku tidak suka membantahmu, Caca. Tapi, aku ingin tidur di sini. " Ia menguap seakan menunjukkan maksudnya.

"Tidak, tidak boleh!"

"Siapa yang bisa mencegahku?" Daniel membuka satu mata mengejek saat berbalik menatapnya.

Terpopuler

Comments

UmmRalinia

UmmRalinia

lohhhh??👀👀🤭🙈

2022-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!