"Iya maaf juga." Ziana bertabrakan dengan seorang yang selama ini dia rindukan selama 2 taun terakhir. Evan Marcello adalah pria tampan dengan tubuhnya yang tinggi yang hanya dengan senyuman nya mampu membuat para wanita terpesona. Pria hangat yang telah membuat nya jatuh hati, tetapi Ziana hanya mencintainya dalam diam. Ziana tidak pernah mengungkapkan isi hatinya karena dia tau Evan sudah mempunyai kekasih, Ziana cukup tau diri dia tidak mau menjadi orang ketiga. Cukup hanya dirinya yang tau.
"Hey Ziana kan ya?" tanya Evan mengejutkannya dari lamunan tentang sosok jangkung yang berdiri di hadapan nya.
"Eh hay Van lagi apa di sini?" tanya balik Ziana.
"Oh itu gue baru pindah ke kampus ini, ya syukur deh ada yang kenal."
"Iyalah ntar juga lo bakal banyak yang kenal, anak- anak dari SMA kita banyak ko yang di sini."
"Iya sih gue denger juga gitu." Tambah Evan tersenyum manis yang mana membuat hati seorang Ziana kembali berdebar.
"Eh iya kenalin temen gue."
"Fariha.."
"Evan.."
Mereka menyebutkan nama masing - masing dengan berjabat tangan.
"Kalau gitu gue duluan ya mau ke kantin." Ucap Ziana.
"Oh ok gue juga mau ke perpustakaan, ya udah sampai ketemu lagi." pamit Evan.
gue dulu berharap banget kalo kita nggak akan pernah ketemu lagi, gue pengen cepat move on dari lo Van. Karena gue tau diri siapa gue tapi kenapa takdir malah berkata lain huft..bathin ziana.
"Heh ayo buruan lah malah bengong dia." ucapan lena menyadarkan lamunan nya tentang evan.
"Ok lah cuss beb."
"Lo kenapa sih?" tanya Lena.
"Gue nggak apa- apa ko."
"Gue tau lo ya, cepat cerita." Lena langsung menimpalinya karena dia tau temannya itu pasti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Lena sayang lo itu ya selalu tau aja." sambil memencet hidung Lena.
"Iya ntar gue cerita tapi makan dulu kali, kasian cacing demonya ga kelar - kelar, yuk ah." ajak Ziana sambil berjalan menuju kantin dan mencari tempat duduk yang kosong, karena kantin yang selalu ramai maka harus ekstra gerak cepat mencari tempat duduk setelah itu baru memesan makanan.
Ziana memesan bakso dan es jeruk sedangkan lena memesan soto juga jus mangga. Di kantin yang dekat dengan taman kampus dapat memanjakan mata dengan aneka tanaman yang tersusun rapi dengan baik. Dan setelah tandas semua makan yang mereka lahap, Lena langsung bertanya tentang siapa itu Evan.
"Ayo cepat cerita sebenernya Evan itu siapa ko dia dateng wajah lo anyep kayak kerupuk dorokdok kulit jengger ayam tau nggak." Lena bertanya dengan wajah yang kepo maksimal.
Ziana menerawang mengingat evan saat d SMA..
flasback on
"Ayo teman - teman keluar semua ke lapangan basket ya." seru Deri ketua kelas IPS 2 memecahkan kegaduhan siswa lain di dalam kelas, hari ini adalah pelajaran olah raga.
Ziana dan Irma teman sebangkunya ikut melangkah bersama teman - teman yang lain menuju lapangan basket. Sebelum kelas mereka masuk ke dalam lapangan, kelas IPS 1 masih ada di dalam lapangan basket.
Duuuuukkkkkk
"Aww sakit nihh." pekik Ziana dengan mengusap keningnya yang tengah berjalan di sisi lapangan terkena lemparan bola basket dari siswa IPS 1.
"Duh sorry nggak sengaja, gimana keningnya coba gue liat?" ucap Evan seorang kapten tim basket sekolah mereka yang populer karena ketampanannya dan sikapnya yg selalu ramah pada tiap orang.
"Wah ini merah banget, ikut gue ke UKS ntar gue obatin." tangan nya menyingkap poni Ziana agar melihat keningnya yang terkena lemparan bola basket tadi dengan jelas.
"Eh nggak apa - apa ntar gue kompres di rumah juga sembuh ko." tolak Ziana.
Evan tidak mengindahkan ucapan Ziana, dia menarik tangan Ziana menuju ruang UKS.
"Bilangin ke Pak Dion, dia gue bawa ke UKS ." teriak Evan pada anak IPS 2.
Evan terus menarik tangan Ziana menuju UKS dan mendudukkan nya di kursi. Setelah itu dia mencari kotak P3K karena petugas piket tidak ada.
"Sorry ya ini pasti bikin kepala lo pusing."
"Eh nggak apa - apa ko kan ini nggak di sengaja." Ziana menimpali.
Tangan Evan terus mengoles salep pereda nyeri pada kening Ziana. Dia merasa bersalah karena kecerobohan nya mengakibatkan orang lain terluka. Dan jarak yang begitu dekat membuat jantung Ziana berdegup kencang.
Ya Tuhan ciptaan Mu ini begitu sempurna, cakep banget kayaknya pas pembagian wajah dia berdiri paling depan deh. bathin ziana
"Udah selesai." ucap Evan.
"Eh udah selesai ya makasih ya." Ziana meringis malu setelah tersadar dari lamunan nya tentang cowok tampan di hadapan nya.
"Lo istirahat dulu di sini aja ngga usah ikut pelajaran olah raga dulu kan gue udah minta izin ke anak- anak biar di sampein ke Pak Doni." lanjut Evan.
"Iya deh gue di sini aja."
"Lo tiduran aja, ehm gue tinggal dulu nggak apa - apa kan mau ganti baju soalnya, ntar gue ke sini lagi ko."tanya Evan meminta persetujuan Ziana.
"Eh iya nggak apa-apa ko di tinggal aja lagian ini juga lukanya ga seberapa, masuk kelas aja lagi, beneran." Ziana menatap wajah tampan Evan dengan canggung agar meyakinkan bahwa dirinya memang baik- baik saja.
"Ok kalau gitu gue tinggal ya, met istirahat." pamit Evan lalu meninggalkan ruangan UKS dengan sedikit berlari untuk bisa segera berganti pakaian sebelum guru lain masuk mengisi mata pelajaran selanjutnya.
"Haduuuh jantung gue berasa lagi disko ini padahal nggak ada musik juga di sini.Busyettt dah cakep banget tuh cowok." Ziana mengingat kejadian barusan yang membuat pipi nya hangat dan merona.
Sejak kejadian itu Ziana sering bertegur sapa dengan Evan bahkan lebih dari itu mereka kadang ngobrol bareng di kantin. Kelasnya yang bersebelahan memudahkan mereka untuk bertemu walau hanya sekedar saling lempar pandang dan senyum, bukan lempar bunga yang Zian idamkan.
Itu membuat hati Ziana makin berbunga - bunga karena bahagia bisa bersama sang pujaan hati. Sampai suatu ketika ada siswi dari sekolah lain menunggu Evan di gerbang sekolah dan pulang bareng berboncengan, mereka sangat mesra. Di situ lah Ziana tau bahwa itu pasti pacarnya, membuat hatinya terasa sakit tak terasa air matanya jatuh menetes. Ziana mulai meyakinkan hatinya untuk melupakan Evan, hingga dia mulai menjaga jarak dengan evan karena menyadari bahwa dia memang harus tau diri.
flashback off
"Heh dia malah bengong" Lena menyikut lengan ziana.
"Buruan napa ih penasan gue."
"Sebenernya Evan itu.." Ziana sengaja mengulur waktu untuk membicarakan Evan karena dia ingin menggoda Lena. Dia tau sahabatnya itu orang yang paling tidak tahan dengan rasa penasaran.
Penasaran kan lo? hahaha biarin ah ntar lagi pasti dia ngomong merepett kayak petasan injek kalau gue belom juga ngomong.
Biar rasaa lo hihihi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Lana light
bagus dan menarik kk,,
2022-06-05
1
JEBBB.
heh mantan cih
2022-05-31
5
mumu
aku mampir lagi kak, nyicil ya ☺️
2022-05-23
4