memulai hidup baru

5 tahun kemudian

di sebuah taman rumah yang tak begitu luas tapi terlihat begitu asri, seorang anak berusia 4 tahun tengah berlari karena kejaran maminya

"sudah sayang, jangan lari lagi, ayo kita makan dulu" pinta kaila kelelahan berlari mengejar anaknya

"zian gak mau makan sayur mi" rengek zian anak kaila dan virza

"sayur itu baik untuk kesehatan sayang, kamu mau kan sehat? " jelas kaila membujuk zian agar memakan sayuran

"pokoknya zian gak mau makan, zian gak suka" ucap zian memanyunkan bibirnya

"zian bagaskara sudah cukup tingkah mu. kalau kau terus mengeluh makan sayur, mami akan menitipkan kamu pada om arga. sekalian mami bisa istirahat" ancam kaila

mendengar nama arga, zian mulai gelagapan

" zian gak mau mi, om arga selalu teriak-teriak anaku-anaku" ucap zian mempraktekan saat arga memanggil zian

kaila mengeleng geli dengan tingkah anaknya "tapi om arga sayang sama zian" balas kaila

zian menyentuh kepalanya seolah sedang berpikir "iya sih mi, tapi zian risih karena om arga bukan ayah zian" balas zian

mendengar hal itu, kaila mulai teringat virza " maafin mami ya nak, karena mami ayahmu tak tau sama sekali tentang keberadaanmu " batin kaila

" bagaimana dengan om hafiz? " Tanya kaila

"ogah, nanti dikit-dikit tanya mami, capek zian dengernya" balas zian

"kalau begitu sama om.... " Belum sempat kaila melanjutkan sudah dicegah oleh zian

" iya mi, iya, zian makan, jangan titipin zian sama om-om sakit itu" teriak zian sambil melahap makanannya

melihat itu kaila tersenyum lalu mendekati zian mengusap kepalanya lembut " zian gak boleh ngomong gitu. mereka tidak bisa memilih untuk sakit atau tidak. Mereka seperti itu karena keadaan yang memaksa mereka seperti itu dan zian jangan lupa mereka yang selalu bantu kita saat kita butuh bantuan" nasehat kaila pada putranya

setelah kepergian virza ke Inggris. kaila melanjutkan study psikiaternya, sebenarnya dulu ia ingin langsung melanjutkan residensi, yang sempat ia tempuh selama 1 tahun setelah menyelesaikan kuliah kedokterannya tapi karena tak tega meninggalkan sang ayah kaila mengurungkan niatnya dan menemani sang ayah menjadi florist di toko bunga milik ayahnya

setelah menyelesaikan pendidikannya kaila sekarang menjadi seorang psikiater sekaligus florist, tapi untuk pekerjaannya sebagai psikiater ia hanya mengambil beberapa pasien saja dan tak lebih dari 10 orang termasuk arga, hafis, kevin dan morgan yang merupakan pasiennya sejak ia belum merampungkan pendidikan psikiater

kaila menjalani hidupnya dengan bahagia karena dikelilingi dengan orang-orang yang begitu peduli padanya dan juga pada zian

"iya mi, zian tahu, hanya mami saja yang bisa menghadapi mereka, padahal orang tua mereka saja tak ada yang sanggup" ucap zian memeluk kaila lalu mencium pipi kaila

kaila tersenyum mengusap kepala zian lembut " mami membantu masalah mereka, mereka pun juga membantu mami. buktinya mami bisa sering menemani zian tanpa harus bekerja keras. Mereka juga membantu mami menjagamu saat mami bekerja" ucap kaila mengingat ke 4 sahabatnya yyang sering membantu kaila

karena keasyikan mengobrol tak terasa makanan zian pun habis tak bersisa

" wah pinter sekali anak mami" pujian kaila terhadap zian karena menghabiskan makanannya tanpa sisa

kaila membawa sisa makan zian ke dapur sedangkan zian tetap duduk di bangku taman sambil memainkan mainan yang ia pegang

"hei anak ayah yang tampan" ucap arga sambil memeluk zian dari belakang menempelkan pipinya pada pipi zian

zian menanggapi dengan memutar bola matanya jengah tanpa merespon kelakuan arga yang sudah biasa zian dapatkan dari arga

kaila kembali ke taman membawa buah-buahan untuk zian.

"wah ada arga" ucap kaila mendapati kedatangan arga

"iya kai" balas arga tersenyum

Saat kaila akan menyuapi zian tiba-tiba terdengar suara yang memekikkan telinga "Hai istriku sayang" sapa hafis pada kaila, kaila membalas dengan senyuman pada hafis