sebulan sudah berlalu dari sejak Bu Diah dioperasi, selama itu juga Susi gak menampakkan batang hidungnya untuk menengok ibunya, dan Bu Diah pun sepertinya sudah bosan menanyakan kedatangan Susi dan sepertinya sudah pasrah, Mira dan Arif pun sudah tak lagi menghubungi Susi , kecuali kalau Susi yang menghubungi mereka duluan hanya sekedar basa basi menanyakan keadaanbu Diah.
dan keadaan Bu Diah pun masih belum ada kemajuan malah dokter menyarankan untuk melakukan operasi lanjutan dan dokter pun menyarankan untuk operasi di rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya dari pada disini.
" bang bagaimana dengan mama, bagai mana dengan saran dokter yang menyarankan mama di operasi di kota saja?" kata Mira membuka pembicaraan ketika mereka sedang berkumpul dengan Arif dan bapa setelah menyuapi Bu Diah makan dan Bu Diah sudah tidur.
" iya bapak juga bingung mana biaya operasinya sangat besar tabungan bapa hanya tinggy sedikit tak akan bisa menutupi biaya operasi ibu kalian" kata bapa sambil mengusap wajahnya dengan kasar " apa nggak sebaiknya kita minta bantuan Susi dan suaminya ya" sambungnya sambil mely ke arah Mira dan Arif secara bergantian.
" aku nggak tau pak aku sudah gak punya simpanan lagi, uang sisa pesangon ku dulu sudah habis di pake modal warung sama modal kreditan Mira, dan yang terakhir kemarin di pake buat nombokin pengobatan mama" kata Arif sambil menyasak rambutnya kebelakang menggunakan jari tangan nya,
"aku sih ada simpanan sedikit tapi sepertinya y akan bisa menutup biaya operasi mama walaupun sudah di gabung sama simpanan bapa" kata Mira sambil tertunduk.
" jangan jangan kamu sudah berkorban terlalu banyak mir, kebutuhan kamu masih banyak mana sekarang menjelang bulan puasa pasti banyak pesenan dan pasti harus nambah modal" kata bapa sambil menatap tak setuju karena memang benar dari awal Bu Diah sakit sampai sekarang Mira sudah banyak membantu baik berupa materi, waktu apalagi tenaga dan pikiran, dan Mira sudah jarang keliling menagih kreditan sebab waktunya sudah banyak tersita untuk mengurus Bu Diah yang sakit.
" sebentar coba bapa hubungi Susi barango saja mereka punya simpanan" kata Agus sambil merogoh hp jadul yang bunyi deringnya masih tulalit tulalit di dalam saku celananya, langsung mencari kontak Susi lalu menampilkannya di telinga.
"Assalamualaikum, sus gimana kabar kamudan anak anak juga Ridwan sehat sehat aja kan" kata pa Agus langsung setelah tersambung.
" Alhamdulillah sehat pa, ada apa bapa nelepon aku malam malam?" jawaban dari Susi sudah dengan nada suara yang sudah tidak enak di dengar.
" ini sus," pa Agus menjeda ucapannya yang sepertinya enggan untuk di ucapkan karena mendengar jawaban Susi yang sepertinya sudah tidak senang, tapi mengingat dia sangat membutuhkan bantuan dari Susi dan suaminya pa Agus melanjutkan ucapanany" kata dokter yang menangani mama, mamamu harus dioperasi lanjutan karena sel kanker nya malah menjalar kebagian lain, dan itu harus di lakukan di kota dan secepatnya..."
" jadi bapa nelepon aku tuh cuma mau minta biaya buat operasi mama, aku tuh lagi banyak biaya yang harus dikeluarkan karena banyak cicilan yang harus di bayarkan apalagi sekarang mas Ridwan mau ada rencana ambil cicilan mobil, kan cicilan rumah juga belum lunas, aku kan harus beli sendiri rumah juga kalau nggak mana ada yang mau ngasih rumah kalau nggy nyicil dari mana aku tuh mana anak juga sekolah harus pake biaya pak ngerti dong, lagian ya pa kan ada bang Arif sama Mbay Mira kan itu termasuk tanggung jawab anak laki laki, sudah pak maaf Mira ga bisa bantu kalau itu, Assalamualaikum." kata Mira yang langsung menutup sambungan telepon tanpa menunggu ucapan yang lainnya dari pa Agus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments