Lagi-lagi laila duduk di meja makan seorang diri dikelilingi oleh beberapa pelayanan perempuan siap untuk melayaninya.
"Aku tidak punya nafsu makan!" teriak Laila memundurkan piringnya.
Satu persatu pelayan tersebut saling menatap. Timbul kekhawatiran mereka. berharap tidak ada piring lagi yang pecah kali ini. Dengan keberanian diri para pelayanan itu menawarkan makanan lain yang mungkin tuan putrinya akan menyukainya walaupun sedikit kecemasan di benak pelayan tersebut.
Dengan nada berbicara yang cukup berhati-hati, pelayan lainnya pun ikut mengiyakan pada tuan putrinya. dan berkata jika mereka siap melayani tuan putri dan pelayanan pun menundukkan kepala sebagai tanda kesiapan mereka dengan tulus melayani tuan putriny.
Laila diam terlihat menahan rasa kekecewaannya. Laila menatap satu persatu pelayannya dan menghitung mereka.
" Makan makanan ini! perintah laila.
"Maaf tuan putri bagaimana kami mau makan sementara tuan putri belum makan." sahut Dayan lainnya
" Aturan dari mana itu? jadi, kalau aku tidak makan kalian juga tidak makan? begitu? suara Laila mulai sedikit meninggi. "Apa kalian tahu itu sama saja kalian mau bunuh diri. Hah?
Dayan Siti datang dan menghampiri Laila. dayan Siti sudah sangat paham kondisi sekarang ini.
"Dayan Siti aturan macam apa itu? tanya Laila karena memang tidak tahu jika ada aturan seperti itu.
" Maaf tuan putri tapi aturan itu memang benar adanya, nyonya akan marah besar pada kami jika tuan putri tidak makan." Dayan Siti menundukkan pandangannya.
" Oh... jadi aturan itu, ibu yang membuatnya? senyum sinis Laila. "Sungguh aku bingung dengan semua ini. Sekarang aku perintahkan makan makanan itu! jika kalian membantah, lihat saja apa yang akan terjadi." geram Laila
Semua pelayan saling menatap satu sama lain, bingung apa yang harus mereka lakukan. Tidak ada yang berani lagi bersuara. hening.....
" Kenapa kalian diam? kalian dengar perintah ku! aku perintahkan, makan makanan itu!" geram Laila kembali memerintah para pelayan untuk makan
Ayah dan ibu laila mendengar teriakan putrinya dari luar dan segera menuju ruang makan. Melihat Laila di sana memarahi semua pelayan
"Sayang ada apa ini?" ucap Ibu Lucia dengan lembut sambil memegang bahu putrinya
" Maaf nyonya tuan putri tidak mau makan. lapor dayan siti pada majikannya yang terlihat memasuki ruang makan
"Laila berbalik dan melihat kedua orang tuanya. "Apa ibu dan ayah tahu, setiap hari bahkan sejak kecil aku harus duduk disini seorang diri. Dengan begitu banyaknya pelayan kalian sediakan, untuk melayani ku. Tapi, apa hati kecil ibu dan ayah pernah berfikir, apakah aku bahagia dengan semua ini? aku tidak yakin kalian pernah memikirkan hal itu. Lihatlah! "rumah bak istana ini yang kalian pikirkan hanya uang dan uang! " geram Laila yang emosi kembali memuncak
"Laila stop!" bentak ayahnya.
" Kenapa ayah? apa aku salah bicara? tidak ayah. Kalian hanya memikirkan kebahagiaan kalian! "Laila tidak menghiraukan bentakan ayahnya.
"Laila sayang, bukan seperti itu sayang. Kami menyayangimu, nak. Semua ini kami lakukan untukmu nak....."ucapan Ibu Lucia grahita begitu lembut terdengar ditelinga putrinya
" Jadi, bentuk kasih sayang kalian seperti ini? dari kecil ayah dan ibu menitipkan aku pada mereka, kenapa kalian tidak sekaligus menitipkan aku di panti asuhan diluar sana. kenapa?
"Jaga ucapan mu, laila! kami tidak pernah mengajarkan dirimu berkata kasar." Ayah Laila mulai terpancing lagi
" Kenapa.....? ayah dan ibu keberatan?
"Laila!" bentak Ayahnya lagi pada Laila yang tidak bisa mengontrol ucapannya.
" Ayah, ibu. Setiap hari aku merindukan kalian. Bahkan sentuhan kalian. Tapi, apa!saat kalian pulang, yang terucap di bibir kalian "aku lelah. Bahkan kalian meminta dayan siti mengurus ku. Kenapa Tuhan menitipkan aku pada rahim ibu? kenapa?
plak.......
tamparan keras mengenai pipi mulus cantik Laila
Laila terdiam, matanya tertutup sambil memegang pipinya.
" Tampar ayah, tampar.....biar kalian puas. Aku benci kalian. Aku benci...........!! Laila menangis dan berlari naik ke lantai atas sambil memegang pipinya menuju kamarnya.
Tik......
Jantung ayah Laila seakan berhenti berdenyut. Bagaikan angin malam yang berhembus dengan kencangnya… ayah laila terlihat gemetar dan melihat tangannya. Terlihat begitu jelas rasa penyesalan telah menampar putri semata wayangnya namun apa daya semua sudah terjadi.
"Apa yang aku lakukan." lirih nya dan duduk terdiam di depan meja makan dengan penuh penyesalan.
Ibu lucia istrinya hanya menangis dan juga berlari masuk kamarnya. mengingat kembali semua perkataan putrinya
" Tuan? dayan Siti memberikan air putih pada tuannya.
"Terimakasih. katakan padaku dayan Siti apa aku salah? bukankah aku melakukan semua ini untuknya? dimana salahnya? aku bekerja keras siang dan malam agar kelak putriku tidak kekurangan apa pun. Tapi kenapa dia menyalahkan aku, dimana letak kesalahannya? Kenapa dia tidak mengerti?
Dayan Siti mendengar curahan tuannya hanya diam.hening.....tidak ada yang berani berbicara. semua pelayan di sana tampak diam seribu bahasa.
"Makanlah kalian." perintah tuannya dan berlalu dengan langkah kaki yang seakan sulit untuk digerakkan.
Semua pelayan di sana menyaksikan bagaimana tuannya begitu menyesal setelah menampar putrinya katena nafsu amarah yang tidak bisa dikendalikan. Amarah berlebihan bisa menghancurkan pada siapa saja.... ya..... sebagai manusia terkadang kita dikalahkan oleh nafsu kita dibanding dengan akal sehat kita.
Saat amarah menguasai dalam jiwa insan. Seakan tumbuh kebencian. bahkan kita tidak luput seakan menyalahkan takdir. Sungguh kita terkadang berada dalam keadaan terpuruk. kurangnya bersyukur dan bersabar menyebabkan kita lupa daratan. milik siapakah kita?
" Aku kasihan dengan tuan putri. Aku pikir hidup kaya akan membahagiakan orang ternyata tidak. Kekayaan ternyata bisa jadi sebuah malapetaka. ucap salah satu dayan di sana.
"Tutuplah mulut kalian jika masih mau bekerja disini. dan masuklah makan. perintah dayan siti.
Dengan segera atas perintah dayan siti semua bubar. Tidak ada lagi yang berani angkat bicara atau bergosip semua kembali seperti sedia kala.
Sejujurnya dalam hati kecil dayan Siti sangat iba melihat tuan putrinya larut dalam kesedihan. Namun apa daya dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
Sementara di ruang kerjanya David Tamin masih terus diliputi rasa penyesalan atas tindakannya telah menampar putrinya di depan semua pegawainya.
Sementara ibu Lucia, ibu yang telah melahirkan Laila kini duduk menangis di kamarnya. Seakan dia merasa gagal menjadi seorang ibu. Terasa begitu perih membayangkan saat di mana sang buah hati ditampar di depan mata. Ya.... seorang Ibu bisa merasakan. Bagiamana tidak mengandung selama sembilan bulan dengan penuh kesabaran bukan perkara dan amanah yang cukup ringan.
"Laila maafkan ibu nak.............
hiks..... hiks........ tangis ibu Lucia pecah.
Sementara Laila di kamarnya kini duduk termenung dengan penuh derai air mata sambil memegang pipinya bekas tamparan ayahnya. Tertunduk di depan tempat tidurnya sambil kedua lututnya ditegakkan dan kepalanya di sandarkan di sana.
"Apa salahku...... ayah, Ibu....... apa? lirih nya sambil terus menangis.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Antye Chaca
saya kasih boom like ya 🤗👍👍👍👍👍
2022-03-30
1
linda sagita
kekayaan tak menjamin kebahagiaan
2022-03-20
0