Dengan santainya Diana menghindari tinjuan Nazif, bahkan Diana membalas tinjuan Nazif, dan tinjuan yang dia layangkan mendarat telak di beberapa bagian tubuh Nazif. Bukan hanya bogeman mentah dari kepalan tangan Diana, namun juga tendangan dari kakinya terus mengenai tiap bagian badan Nazif.
Dua pengawal Nazif tidak tinggal diam, mereka berdua kompak menyerang Diana, namun nasib mereka sama dengan atasan mereka, yaitu menjadi samsak tinju dan tendangan Diana.
Saat Diana asyik memberi sentuhan manis pada tiga orang yang ingin menghajarnya, di sisi lain, seorang wanita cantik yang berada di jalan itu mengehentikan langkahnya, kala dia melihat sosok yang membuat darahnya mendidih malam itu.
Mengetahui siapa sosok Diana, dia langsung mengabadikan momen tersebut. Wanita itu adalah Amanda, sekretaris Ivan. Begitu bangganya Manda mengambil foto dengan handphonenya, dan segera menghubungi Ivan.
Sejak lama Amanda menyukai Ivan, setiap saat menatap Ivan membuat dirinya jatuh cinta, tapi Manda hanya bisa mencintai Ivan dalam diam. Mengetahui Ivan akan menikah, tentu Manda sangat sedih.
"Iya Manda."
Sapaan itu mengejutkan Manda dari lamunannya.
"Tuan, tunangan Anda saat ini berkelahi dengan tiga orang laki-laki." Manda mulai menceritakan kejadian yang dia lihat. "Sebentar Tuan, biar Anda percaya saya akan kirim foto."
Manda pun mulai mengirimkan foto yang sempat dia abadikan pada Ivan.
"Dia seperti preman saja, apa Anda yakin akan menikahi perempuan bak preman jalanan seperti dia?"
"Dia sangat kasar, anarkis, apa-apa main pukul orang, lukai orang, gayanya juga sangat barbar."
Ivan tidak fokus pada laporan Amanda, dia fokus pada plat mobil yang ada dalam foto. Karena nomor polisi mobil itu adalah dari kota lain.
Setelah selesai mendengari laporan dari Amanda, Ivan meminta Asistenya yang bernama Dilah untuk memeriksa nomor polisi mobil yang ada pada foto tersebut.
***
Diana mau pun Ivan tetap seperti biasa, mereka betah dengan kebisuan mereka, dan asyik dengan kegiatan mereka masing-masing.
Pagi ini pun Diana kembali ke kampus tanpa pamit pada Ivan. Dia sengaja turun dari taksi yang dia tumpangi lebih dulu sebelum tujuannya sampai.
Lagi-lagi langkah Diana dihadang oleh sebuah mobil mewah. Dia menengok untuk mengintip siapa yang ada dalam mobil itu.
Ternyata itu adalah Zilma, seorang kepala pelayan dikeluarga Bramantyo.
"Bisa ikut saya sebentar?"
Merasa mengenali sosok itu, Diana pun menuruti, dan masuk kedalam mobil tersebut.
Mereka sampai di sebuah bangunan, Diana diajak masuk ke sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu Diana bertemu seorang Nyonya besar keluarga Bramantyo, namanya Nyonya Aridya.
"Dasar anak pelakor! Kenapa kamu memukuli anakku!" Maki Nyonya Aridya.
"Ibumu itu adalah pelakor! Kedatangannya membuat rumah tangga kami hancur!"
"Bakat ibu yang menurun pada anaknya, ibunya perusuh rumah tangga orang, dan menyakitiku, anaknya merusuh dan melukai anakku."
Diana hanya diam. Walau kala itu dirinya masih kecil, Diana sangat ingat wanita ini malah baru masuk ke dalam keluarganya saat ibu dan Ayahnya telah tiada, namun Aridya mengira Diana tidak mengetahui masa itu, karena dia dianggap anak kecil yang tidak mengerti apa-apa.
Andai bukan karena neneknya, rasanya Diana ingin balas memaki Aridya, namun neneknya berpesan agar tidak berurusan dengan keluarga besar Bramantyo. Diana pun memilih diam. Membiarkan Aridya dengan segala kebohongannya.
"Ku dengar, kamu akan menjadi menantu keluarga Agung Jaya?"
"Kamu tidak pantas menjadi menantu keluarga Agung, Diana. Kamu tidak pantas menjadi istri Ivan."
"Dengarkan aku, sebelum kamu malu sendiri, karena masuk pada tempat yang bukan untukmu sebaiknya kamu pergi duluan. Ayolah Diana, bercerminlah … kamu siapa dan Ivan siapa, lihat dengan jeli dirimu di kaca."
Diana mengetik jawaban pada handphonenya.
...Seharusnya Anda yang ngaca!...
Aridya sangat marah membaca jawaban Diana. "Jika kamu tidak mau meninggalkan Ivan, maka kamu akan sangat menyesal, Diana! Karena hal itu akan mengantarkan nenekmu kedalam bahaya!"
Diana meraih sesuatu dari dalam tasnya, dan mulai menulis cepat di sana. Dia memberikan alamat neneknya pada Aridya.
Diana menatap tajam Aridya, dia tidak takut dengan tantangan Aridya, dan balik menantang Aridya dengan memberikan alamat neneknya saat ini pada Aridya.
Diana yakin, neneknya di sana memiliki puluhan pengawal hebat yang senantiasa menjaga neneknya. Maka tidak akan ada yang berani mendekati neneknya. Jika nekad, maka sama saja dengan cari mati.
Diana segera pergi dari sana, namun dia meninggalkan kertas yang bertuliskan alamat rumah neneknya.
Di sisi lain, Ivan berbicara serius dengan Asistennya. Karena Dilah berhasil mendapatkan informasi tentang pemilik mobil yang berduel dengan Diana.
Informasi di dalam terdapat, bahwa Diana adalah anak haram dari keluarga Bramantyo. Juga informasi tentang ibu Diana yang menghilang, keberadaannya seperti disembunyikan oleh seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Fitriyani Puji
heeeem ini masih dilema baca nya
2022-12-23
0
Suheda
s siapa sebenarnya Diana d ad n ad ap dng ms llu ibunya Diana
2022-10-28
0
Maron Sether
sabar diana
2022-09-04
0