Melihat aura kekesalan yang menyelimuti wajah Ivan membuat Diana tidak ingin berlama-lama di sini. Diana undur diri pada Saras, dengan bahasa isyaratnya, Ivan pun terpaksa mengikuti Diana yang pergi lebih dulu.
Sesampai di Area parkir, Ivan membukakan pintu bagian belakang, karena di depan sudah ada Yudha. Setelah masuk ke kursi kemudi, Ivan memandangi pantulan wajahnya yang ada pada cermin. "Ketampananku masih sempurna." Ivan sejenak melirik kearah Diana. Sejak Diana hadir dalam hidupnya, rasanya dia selalu menahan emosi, tekanan darahnya pun terasa meninggi, dia pun merasa wajar andai wajahnya terlihat tua.
"Ku kira seketika wajahku jadi tua, karena kekesalanku padamu, apalagi temanmu mengira aku Ayahmu, ya … siapa tau, penuaan dini karena sering meradang menahan kemarahan dan kekesalanku."
"Ayah?" Yudha ingin sekali melepas tawanya, mengetahui Ivan dikira Ayah Diana.
Namun tawa Yudha seketika reda, saat menyadari sesuatu, ternyata gadis yang membuatnya terpana malam itu bernama Diana.
Yudha menoleh kearah Diana yang berada di bagian belakang seorang diri. "Owh jadi namamu Diana."
Diana hanya diam.
"Ternyata yang bernama Diana sering jadi ratu. Ratu Diana, istri pangeran inggris, Diana Pungky, ratu dalam kerang ajaib dalam film Jinny oh Jinny, dan kamu ratu--"
Yudha ingin mengatakan kalau Diana ratu dihatinya, namun melihat sikap Diana yang sangat-sangat tidak peduli, membuat Yudha menahan ucapannya. Tidak seperti wanita kebanyakan, yang menikmati gombalannya, menggombali Diana saat ini hanya mengundang masalah saja.
Drtttttt!
Getaran handphone menyadarkan Yudha, wajah Yudha yang sedari tadi dihiasi senyuman manis, seketika senyuman itu lenyap, berganti dengan wajah yang sangat serius, setelah melihat siapa yang menghubunginya.
Yudha melirik kearah Ivan, dia memberi isyarat kalau profesor Hadju yang menelepon. Yudha pun memberikan handphonenya pada Ivan.
Diana merasa, kalau Ivan ingin bicara hal penting, namun dia bingung harus bagaimana, dia sama sekali tidak ingin tahu apa yang akan diobrolkan Ivan.
Sedang Ivan dengan santainya menerima panggilan, dia tidak peduli Diana menguping pembicaraanya atau tidak.
"Bagaimana prof, tentang dokter hebat itu? Apakah dia mau menerima tawaran saya?"
Mendengar 'Dokter hebat' Diana pun kaget, namun tidak ada yang menyadari raut keterkejutannya.
"Saya sangat berharap, dokter itu mau menerima tawaran saya prof, walaupun saya harus membayarnya 1000 kali lipat sekalipun."
Ivan menyudahi panggilan teleponnya dengan profesor Hadju.
"Bagaimana?" Tanya Yudha.
"Profesor masih berusaha membantu." Dengan lemas, Ivan segera melajukan mobilnya menuju pulang ke rumahnya.
"Ingat pesan yang kamu terima sebelumnya? Hari ini Ayahku kembali," ucap Ivan.
Sepanjang perjalanan, ketiga diam, Diana juga hanya fokus dengan layar handphonenya, akhirnya perjalanan membosankan itu berakhir, kala mobil yang Ivan kendarai perlahan masuk ke halaman rumahnya. Diana turun lebih dulu, sedang Ivan dan Yudha masih dalam mobil.
Diana terus melangkahkan kakinya memasuki rumah Ivan, namun seketika langkahnya terhenti saat mendengar suara asing dari dalam rumah. Diana hanya berdiam di tempatnya, saat matanya melihat Santhy, Veronica, dan salah satu pemuda asing tengah berbicara dengan kakek Agung, Mama Rani, dan seorang laki-laki lain yang duduk di dekat mama Rani.
"Lussy saat ini masih di Rumah Sakit, semua itu akibat ulah Diana. Kasian sekali anakku, aku tidak tahu kenapa Diana menyerangnya, dan menghajar Lussy dengan membabi buta." Isak tangis Santhy pun lepas.
"Hari pertama sekolah saja, Diana seperti itu. Bagaimana kalau dia sudah lama di sana? Hiks!"
"Sebagai teman Ivan, aku sangat prihatin, karena kakek malah meminta Ivan tunangan dengan Diana. Ivan tidak akan mampu menolak permintaan kakek, karena kakek sangat dia sayang. Tapi pilihan kakek akan menghancurkan nama baik keluarga kalian, juga kebahagiaan Ivan." Veronica menambahi
Veronica melirik kearah pemuda yang berdiri di sampingnya, pemuda itu lebih muda darinya, mengenakan celana jeans dan kemeja polos, wajahnya memiliki bekas luka. Berulang kali Veronica memberi isyarat, kalau ini saatnya Thaby berbicara, namun pemuda itu tetap diam.
"Ehmm!" Veronica memberi kode lagi pada Thaby.
"Sebenarnya aku tidak ingin berurusan dengan kalian. Perkenalkan, namaku Thaby, aku adalah tunangan Diana."
Seketika semua mata melotot mendengar kalau pemuda itu tunangan Diana.
"Pertunangan kami belum berakhir, sebab itu aku datang. Karena aku mendengar kabar kalau Diana bertunangan dengan Ivan, padahal aku masih tunangannya."
Mendengar penuturan Thaby, Rani semakin tidak suka pada Diana, dia menatap pada mertuanya, seolah mempertanyakan keputusan Ayahnya yang terlalu gegabah.
Agung memandangi Thaby dan Veronica dengan tatapan mata penuh selidik. Tidak ada yang mencurigakan dari keduanya, Veronica, sejak kecil dia berteman dengan Ivan, Thaby, terlihat pemuda itu begitu polos. Seorang pemuda yang memperjuangkan tunangannya.
"Untung aku mengatur kepulanganku lebih cepat." Seorang laki-laki yang sedari tadi berdiam dekat Rani akhirnya buka suara.
"Ayah, aku mohon pertimbangkan kembali perjodohan antara Ivan dan Diana. Aku sudah mendengar siapa Diana, Ayah yakin akan menghancurkan kehidupan cucu Ayah?"
"Semua ini belum terlambat Ayah, jika Ayah membatalkan perjodohan sekarang, karena ini belum ke jenjang yang lebih resmi, andai dibatalkan, tidak ada pihak yang dirugikan."
Sofian Ayah Ivan terlihat sangat tidak menyukai Diana, terlebih cerita dari sang istri, membuatnya semakin sangat tidak suka. Bagaimana mungkin dia menerima seorang gadis desa, udik, dan bisu untuk jadi menantunya.
"Pendapat om Sofian sangat tepat, lebih baik kakek mempertimbangkannya lagi," Veronica menambahi.
Veronica memberikan beberapa lembar foto pada keluarga Ivan, di sana kakek Agung, Rani, dan Sofian memperhatikan foto tersebut, terlihat seorang gadis sangat mirip dengan Diana bersama laki-laki tua. Foto itu tidak jelas, namun mereka bisa mengenali Diana.
Semua tercengang melihat semua foto-foto yang diambil dari sebuah hotel.
"Bukan maksudku menuduh Diana, mungkin saja bukan, wanita itu kebetulan mirip dengan Diana."
"Diana tidak akan melakukan hal serendah itu, karena Diana berasal dari keluarga kaya." Veronica menambahi.
"Andai itu memang Diana, kan mungkin saja, foto itu hanya kebetulan, Diana menginap di hotel, dan saat ada yang mengabadikannya, eh Diana lewat." Veronica tersenyum dalam hati, melihat raut kekecewaan sangat jelas terlihat dari semua keluarga Ivan.
"Biasa orang kaya, sesekali mereka menginap di hotel untuk mencari suasana baru."
Rani terlihat sangat emosi, dia tahu Diana bukan berasal dari keluarga kaya, menurut cerita mertuanya. Diana hanyalah gadis Desa, bodoh, dan bisu. "Apa maksudmu dengan mengatakan kalau Diana berasal dari keluarga kaya?"
Veronica tersenyum, pancingannya ada yang menyambar. "Hari pertama Diana masuk asrama, tahu sendirilah tante, kalau makanan di kantin tidak murah, aku kasian sama Diana karena dia berasal dari desa, aku takut kalau dia tidak cukup uang untuk jajan. Jadi aku menawarkan bantuan, yah … mau bagaimana lagi? Diana calon istri Ivan, dan berarti dia temanku juga."
"Niatku hanya ingin membantu Diana, rupanya caraku salah. Hingga Diana tersinggung dan marah." Veronica menghela napasnya begitu dalam.
"Dia memperlihatkan padaku uang satu koper, 1 koper ukuran segini." Veronika mengisyaratkan ukuran koper Diana dengan gerak tangannya. "Koper segitu, isinya semuanya uang."
"Jadi, kalian semua sudah tentu tahu kisaran berapa nominal uang di dalam koper Diana."
Dian masih diam ditempatnya, tepat dibelakang Diana Ivan mulai memasuki rumahnya, dia heran melihat banyak orang yang berada di dalam rumahnya.
"Ada masalah apa?"
Pertanyaan Ivan sontak mengejutkan mereka, termasuk Diana, dia tidak jadi meneruskan langkahnya, sedang Ivan terus melangkah masuk kedalam rumah.
"Diana punya uang satu koper penuh yang dia bawa ke asrama, apakah itu pemberianmu?" Tanya Veronica.
"Upss, maaf pertanyaanku salah Ivan. Bukan maksudku mencampuri urusanmu, hanya saja kenapa kamu tidak beri kartu saja? Lalu berikan uang tunai sekadarnya, satu koper itu terlalu banyak lo Van."
Ivan hanya diam.
"Apa uang itu bukan darimu?"
"Jika bukan pemberian kamu berarti uang hasil …." Veronica menggantung ucapannya.
Mata Ivan tertuju pada foto yang ada diatas meja tamu. Saat melihat itu foto Diana bersama laki-laki Tua, Ivan langsung mengubah arah tubuhnya menghadap kearah Diana. Sorot matanya seakan meminta penjelasan dari Diana atas semua yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Belva Rado
rasanya aku pengen jadiin Veronika jadi seblak😡
2023-09-04
2
Lukman Hakim
cerita ya bagus ...
2023-07-26
0
Olla Tulandi Jom
ahk veronika, senjata bakal berbalik padamu lihat saja
2023-05-21
0