Diana sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Veronica, dia menikmati pesta yang diadakan kakek Agung. Sedang Veronica terlihat sangat geram, karena rencananya membuat Wanita itu insecure, lalu pergi meninggalkan Ivan menjadi sia-sia. Rasanya kecantikannya dan segala ucapannya tadi tidak berpengaruh apa-apa pada calon istri Ivan. Bahkan dirinya seakan tak terlihat oleh Diana.
Melihat ada noda anggur di baju Wanita itu, seketika sebuah ide melintas. Veronica meraih pisau buah yang ada diatas meja, dia melihat keadaan sekitar, memastikan tidak ada yang melihat yang dia kerjakan. Merasa orang di sekitarnya tidak memperhatikan dirinya, Veronica menggoreskan mata pisau itu pada bagian pergelangan tangannya. Veronica segera menaruh pisau itu ke dekat Diana.
“Akkkkkk!”
Jeritan Veronica sangat keras, hingga menjadi penarik perhatian semua yang ada di ruang acara tersebut. Mata orang-orang yang ada di ruangan itu tertuju pada tangan Veronica yang berdarah.
“Ver ….” Tiga orang Wanita lain ikut histeris melihat tangan teman mereka berdarah.
Sontak ketiganya menoleh kearah Diana, Wanita itu malah tidak peduli dengan keadaan Veronika. Mata mereka teruju pada noda yang ada di baju Diana.
“Astaga, calon istri Ivan sangat primiti! Dia menyerang Veronica!” jeritnya.
Salah satu Wanita itu membalut tangan Veronika dengan tisu, untuk menghentikan darah yang terus menetes. “Kenapa Wanita gila seperti dia bisa berada di tempat ini?”
“Apa salah Veronica sama kamu? Sehingga kamu melukai dia?!” maki yang satunya.
Veronica terus mendalami aktingnya, wajahnya terlihat begitu kesakitan.
Hal itu seketika mejadi pusat perhatian.
“Bukan hanya penampilan dia yang primitive, ternyata kelakuannnya juga.”
“Iya, sangat jelas itu Wanita bar-bar, kasihan sekali keluarga Agung Jaya mendapat menantu kampungan, primitive, dan bar-bar.”
“Iya, tindakkannya sangat anarkis, dan membahayakan orang lain, serem!”
“Jangan-jangan setelah menikah nanti semua keluarga Agung Jaya dia bunuh semua.”
“Dari segi penampilan dia sangat tidak pantas menjadi menantu keluarga Agung Jaya, lihat saja. Kuno, jelek, dan kampungan!”
Diana tidak bereaksi apapun mendengar segala kata-kata yang terlalu dan terlewat sanga-sangat yang terus manis tertuju padanya. Mengalami kejadian seperti ini, Diana semakin bahagia menyembunyikan identitas aslinya, dengan seperti ini dia bisa melihat bagaimana orang-orang menilai dirinya, dan dirinya juga mendapat bermacam pengalaman.
Saat berlian itu masih tersembunyi di dalam batu, semua yang memandangnya merendahkan, mengucilkan, membiarkan, bahkan menendang-nendang batu tersebut. Namun saat kilau berlian itu terlihat, semua orang malah memjuanya. Diana sama sekali tidak merasa terhina atas segala hinaan yang terus tertuju padanya. Jelek, kampungan, tidak berpendidikan, tak punya wawasan, bodoh. Rasanya itu sudah menjadi cemilannya kala dirinya bertemu dengan orang umum. Kini hujatan itu bertambah, Anarkis, primitive, dan bar-bar.
“Ada apa ini” Rani bingung melihat orang-orang berkumpul mengerumuni menantunya.
“Itu, Diana melukai Veronica tante.” Teman Veronika memperlihatkan luka yang di alami Veronica.
Rani menatap Diana dengan sorot mata yang penuh kemarahan. “Aku tidak tahu atas dasar apa Ayah menyetujui perjodohan ini, belum apa-apa kamu sudah membuat nama keluarga Agung Jaya tercemar!” Rani terlihat sulit mengatur napasnya, marah, malu, kecewa semua menjadi satu.
“Demi kehormatan keluarga Agung Jaya, minta maaf pada Veronica!” perintah Rani pada Diana.
Diana tidak peduli dengan perintah Rani, bahkan dengan santainya dia meneguk air putih yang sedari tadi dia pegang sambil mendengari drama ku menangis di sampingnya.
“Diana!” Suara Rani seakan memenuhi ruangan pesta.
Tapi, tetap saja Diana tidak mengindahkan perintah Rani.
Sedari tadi Ivan berusaha diam, melihat Diana seperti itu membuatnya harus menghampiri calon istrinya tersebut. “Ada apa ini?” Ivan memasang wajah santainya, seolah tidak tahu apa yang terjadi.
“Calon istri kamu menyerang dan melukai Veronica!” Nada ucapan Rani sangat jelas menunjukkan kalau sang punya diri sangat geram.
“Diana pasti tidak sengaja melakukan itu.” Ivan tersenyum dan mendekati Diana. “Kita pergi,” ajaknya.
Diana dan Ivan meninggalkan pesta itu.
Setelah kepergian Diana dan Ivan, Rani berusaha meminta maaf pada Veronica.
“Ini bukan salah tante, justru saya kasihan sama tante dan Ivan, kenapa kalian malah terikat dengan Wanita aneh dan menakutkan itu.”
Rasanya Rani ingin menenggelamkan dirinya ke dasar bumi, sangat malu akibat ulah calon menantu pilihan mertuanya.
***
Setelah keluar dari ruangan pesta, Ivan berjalan lebih cepat hingga Diana jauh tertinggal di belakangnya. Diana terus berjalan menuju pintu utama, sedang Ivan berjalan menuju pintu lain, yang dekat dengan parkiran mobilnya. Rasanya Wanita pilihan kakeknya itu selalu membuat tekanan darahnya meningkat. “Belum menikah saja dia sudah berulah seperti ini!” Rasanya segala ungkapan kata kesal tidak akan cukup untuk mewakili segala kekesalannya karena Diana.
Sesampai di mobilnya, Ivan segera menuju pintu utama Gedung. Di depan sana tidak terlihat gadis menyebalkan itu. “Ternyata dia benar-benar idiot! Dia malah tidak menungguku di sini” Ivan memukul setiran motornya.
“Kalau gadis itu hilang aku sangat bahagia, tapi pasti kakekku yang kesusahan kalau dia hilang.”
“Aku tidak tahu kesalahan fatal apa yang aku perbuat hingga harus berurusan dengan gadis idiot dan menyebalkan ini.” Ivan terus mengemudi, seperti mulutnya yang tidak bisa berhenti terus mengoceh.
Di depan sana, Ivan serasa mengenali seorang gadis yang berdiri di tepi jalan. Ivan menghembuskan napasnya begitu kasar, mempersiapkan pertahanan batinnya untuk menghadapi gadis menyebalkan itu. Perlahan Ivan menepikan mobilnya dan berhenti tepat di depan gadis itu. Kaca mobil perlahan turun, kunci mobil pun Ivan buka otomatis.
“Masuk,” ucap Ivan.
Tapi Diana malah fokus pada layar handphonenya.
Melihat Diana sama sekali tidak mempedulikan dirinya, Ivan terpaksa turun, dia membanting pintu mobil cukup kencang, dan berjalan cepat mendekati Diana.
“Sepertinya kita perlu bicara!”
Diana menoleh kearah Ivan, sedang jemarinya masih menari diatas layar keaboard handphonenya, dan memperlihatkan kata yang diketiknya pada handphone, pada Ivan.
*Siapa yang larang?
Namun Diana kembali fokus dengan layar handphonenya.
“Diana, dengar! Ini adalah kota. Di mana penduduknya mempunyai etika, jadi tolong bersikap lebih baik. Andai ini desa kamu, aku tidak peduli kamu melakukan apa saja, ini kota Diana!”
Diana mengetik cepat pada layar handphonenya.
...Yang bilang ini desa, siapa?...
Melihat Diana yang sangat tidak peduli, rasanya Ivan ingin sekali membuka lebar-lebar kedua mata gadis itu. Hey! Ini Ivan Dwipangga, di mana perhatiannya sangat diinginkan oleh gadis-gadis, sedang gadis di depan matanya malah mengabaikannya.
“Huhhh!” Ivan membuang kasar napasnya, mempersiapkan energi untuk berbicara dengan gadis aneh dan menyebalkan ini.
“Sepertinya kita harus membuat kesepakatan, agar kamu aman, keluargaku juga nyaman.”
Diana mengalihkan tatapan matanya, dia membalas tatapan mata Ivan. Melihat hal itu, Ivan merasa dihargai lawan bicaranya.
“Pertama, jangan cari masalah. Kedua, jangan membuat masalah, ketiga jangan masuk ke dalam masalah,” ucap Ivan tegas.
“Ini kota besar Diana, sangat berbeda dengan tempat tinggalmu. Mungkin di desa kamu biasa membantu orang dengan permasalahan mereka, tapi di kota. Itu sama saja kamu cari masalah dan masuk kedalam masalah.”
“Apalagi tadi.” Ivan menggelengkan kepalanya, masalah yang terjadi di Gedung acara bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya. “Jika ingin ketenanganan, patuhi kesepakatan itu.”
Diana sangat datar, dia kembali memperhatikan layar handphonenya, mengetik beberapa baris di sana, dan kembali menoleh pada Ivan.
...Kamu ingin kesepakatan?...
Diana memperlihatkan tulisan pada handponenya pada Ivan. Merasa Ivan sudah membaca, Diana mengetik lagi kalimat yang baru.
...Kamu mengajukan 3 hal, maka aku juga. Tinggalkan aku sendiri, jangan ganggu aku, jangan main-main denganku!...
Pandangan mata Diana penekanan, dia segera masuk kedalam mobil Ivan, dan menutup pintu mobil dengan sangat keras.
Brakkkk!
Ivan terkejut, kesal, dan marah. Andai gadis itu selembar kertas, ingin dia re-mas-re-mas menjadi bola kertas, lalu dia pijak sekuat yang dia bisa.
Sambil menahan kemarahannya, Ivan segera menuju mobilnya, dia pun segera melajukan mobil menuju Apartemennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Rinaa 1234
jauh dri harapsn ya...tdi nya ku harap ivan g sama kya ibu nya ..dia bijaksana ky kakek nya...eeeeh sama aja...😏😏😏
2023-09-17
0
Solehan Zuhri
dirayu dengan ucapkan Diana -Diana kekasihku,
2023-06-19
0
Putra Al - Bantani
semnagat kak untuk berkarya.
aku baru mampir disini, jangan lupa mampir juga ya ke karya ku, biar kita saling mendukung
2023-06-05
0