Rasanya tadi malam Ivan sangat susah memejamkan matanya mengingat kejadian kemaren rasanya ingin sekali menganggap semua itu hanya mimpi buruk belaka, tapi semua itu nyata. Kenyataan lain, ternyata gadis desa itu tidak bisu, suaranya yang begitu lantang terasa membentak seakan rasanya sampai ginjalnya. Setelah mengenakan setelan kerjanya, Ivan meninggalkan Apartemennya dan segera menuju kantornya. Masa bodoh dengan gadis desa itu.
Sedang di Rumah Sakit Healthy And Spirit, terlihat begitu ramai. Terdengar kabar Jonathan Gilham kena tembakkan di perutnya, dan dia memilih Rumah Sakit Healthy And Spirit untuk mengangkat proyektil peluru yang bersarang di bagian perutnya,
Rumah Sakit Healthy And Spirit adalah Rumah Sakit ternama dan bagian dari Universitas Bina Jaya, Universitas paling Top yang ada di kota ini, yang mana pemilik terbesar saham di sana adalah Agung Jaya. Rumah Sakit Healt and Spirit selain Rumah Sakit paling terkenal, Rumah sakit itu juga adalah Rumah Sakit pendidikan.
Mendengar tingkat kesulitan untuk mengambil pproyektil yang bersarang di tubuhnya, Jonathan pun meringis. “Pokoknya saya hanya ingin dokter bedah ternama itu yang melakukan operasi untuk saya!” jerit Jonathan sambil menahan rasa sakitnya.
“Nak, meminta dokter itu yang menangani kamu rasanya sulit, dokter siapa saja ya nak. Asal peluru itu segera dikeluarkan,” rayu Wanita paruh baya yang sangat cemas dengan keadaan anaknya.
“Ibu Anda benar Tuan. Sangat sulit meminta dokter itu menangani sebuah operasi.”
“Kalau bukan dia yang menanganiku, aku tidak mau dioperasi!”
Jonathan bersikeras menginginkan dokter handal tersebut, dokter itu terkenal sangat mahir dan memiliki keterampilan medis yang luar biasa. Tetapi dia tidak pernah menunjukkan wajahnya selama operasi. Jarang sekali orang yang pernah melihat wajah aslinya, dan sulit memintanya melakukan operasi.
“Pak, saya mohon … hubungi dokter handal itu,” Ibu Jonathan memohon pada Kepala Rumah Sakit.
“Baik Bu Frida, saya akan berusaha meminta dokter tersebut.”
Pak Abi segera menghubungi dokter tersebut, dan menceritakan kemauan dan keadaan pasien. Mendapat jawaban pesan dari sang dokter, kalau dia akan segera datang, membuat Pak Abi sangat lega, dia segera menemui Frida.
“Dokter bersedia menangani Jonathan,” ucapnya.
Operasi pun segera dilakukan, semua masih menunggu kabar jalannya operasi. Mendengar operasi yang dilakukan dokter itu berhasil, membuat semua orang bahagia, terlebih proyektil peluru yang bersarang terasa sulit, hingga para dokter lain tidak sabar ingin menemui dokter bedah yang handal itu secara langsung, namun mereka harus mengubur harapan untuk berbincang santai dengan dokter tersebut, karena Pak Abi meminta mereka pergi. Dokter itu pun kembali le ruang kerjanya.
Merasa keadaan aman, Pak Abi segera menemui dokter bedah tersebut di ruangannya.
Tok! Tok!
Seperti biasa, setelah mengetuk dua kali, Pak Abi pun perlahan membuka pintu ruangan dokter tersebut.
“Mohon maaf sekali dok, padahal saya sudah rekomendasikan dokter lain, karena saat ini dokter Diana tengah cuti, tapi pasien kekeh ingin dokter Diana yang menanganinya,” sesalnya.
Dokter itu tersenyum, jemarinya dengan cepat menukiskan kata pada handphonenya.
*Inilah tugas dokter Pak, mau bagaimana lagi.
Diana Rahma Adelia Bramantyo, dia adalah seorang dokter bedah ternama yang tidak diragukan lagi kemampuannya bagi yang telah mengenalnya, namun bagi warga desa, dia hanyalah seorang gadis desa yang bisu, juga bodoh dan tidak berpendidikan, bahkan ada yang mengatai dirinya gila.
“Bagaimana keputusan Anda? Apakah Anda akan melanjutkan Pendidikan Anda, atau tetap bekerja di sini?”
*Saya ingin melanjutkan Pendidikan saya, supaya saya terus belajar dan melatih ilmu yang saya dapat.
Pak Abi tersenyum membaca jawaban Diana. Dia sangat berat melepas seorang dokter hebat seperti Diana, namun dirinya juga tidak berhak melarang Diana meneruskan keinginannya. Walau Diana lanjut kuliah, Fakultas tempat Diana Kuliah nanti juga masih berkaitan erat dengan Rumah Sakit yang dia pegang.
"Aku tidak tahu harus bahagia atau sedih. Aku sedih karena kamu fokus kuliah. Tapi aku senang, karena kampus kami memiliki mahasiswi cerdas sepertimu."
Obrolan Diana dan Pak Abi terus berlanjut, walau Pak Abi hanya mendapat jawaban berupa ketikan pada layar handphone. Namun Diana sosok yang sangat dia kagumi.
Diana sangat bersyukur, operasinya kali ini berjalan lancar. Diana pun segera kembali ke Apartemen Ivan. Dia baru masuk kedalam kamarnya, ingin merehatkan tubuhnya.
Dor! Dor!
Gedoran pintu itu membuat Diana membatalkan keinginannya. Saat pintu dia buka, terlihat Ivan dengan wajah kesalnya.
“Cepat bersiap. Kakek mengajak kita ke sebuah pesta.”
Diana sedikit ragu, dia menaikkan sebelah alisnya. seolah bertanya pesta apa?
"Jangan sok lugu dan polos di depanku, pasti kamu kegirangan dan ingin melompat-lompat. Karena malam ini pesta pertungan kita."
Walau dia tidak menginginkan perjodohan ini, namun demi menjaga wibawa keluarga kakek Agung, Diana memberi Isyarat pada Ivan, kalau dia ingin ganti baju. Selesai memakai baju yang lain, Diana segera menemui Ivan, keduanya pun segera menuju parkiran mobil.
“Ganti baju atau tidak, menurutku sama saja, karena semua pakaianmu sangat kampungan,” sindir Ivan.
Diana hanya diam dan memandangi jalanan yang ada di depannya. Hingga mereka sampai di sebuah Gedung, terlihat deretan mobil mewah terparkir di Gedung itu. Diana dan Ivan berjalan berdampingan memasuki Gedung tersebut, hingga mereka sampai di tempat pesta.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya, kalau pesta ini adalah perkenalan resmi sekaligus pertunangan Ivan Hadi Dwipangga dan Diana," ucap kakek Agung yang berdiri diatas panggung.
Saat yang sama pintu terbuka memperlihatkan sosok Ivan dan Diana.
“Nak Ivan, nak Diana, kemari nak.”
Ivan dan Diana pun mendekati kakek Agung. Sorot mata semua tamu yang ada selalu tertuju pada mereka.
Pertunangan mereka secara resmi dilangsungkan.
Mengetahui sosok yang berdiri bersama Ivan adalah calon menatu keluarga Agung Jaya, tentu hal itu menjadi obrolan bagi para tamu, terlebih penampilan Diana yang sangat biasa. Mereka bisa menyimpulkan kalau Diana gadis desa yang tidak berkelas.
Acara pertunangan selesai, Diana pun diminta Agung untuk menempati meja mereka, di sana sudah ada Rani dengan wajah kesalnya kala melihat Diana. Saat Diana menarik salah satu kursi yang ada di dekat Rani, Wanita itu langsung pergi, dengan berpura-pura izin ke toilet.
“Kasian banget ya Ivan, menikah sama Wanita yang tidak jelas asal-usulnya.”
“Iya, sepertinya Wanita itu anak haram, lihat aja saat acara pertunangan dia tidak didampingi keluarganya.”
"Mungkin juga, dia anak haram seorang pengusaha yang kenal dekat dengan keluarga Agung, nah biar anak haramnya punya masa depan, pasti Ayahnya menjebak Ivan, Pak Sofian, mungkin juga menjebak kakek Agung."
“Kasian banget Ivan, sepertinya keluarga Ivan kena santet.”
Sebagian besar tamu yang ada di ruangan itu sangat tidak suka dengan sosok Diana, sorot mata mereka sangat sinis, dan begitu mengintimidasi. Namun Diana memposisikan dirinya dengan nyaman, tidak peduli dengan segala hujatan, hinaan, cacian yang tertuju padanya. Pujian tidak membuatnya menjadi seorang dewi, hinaan juga tidak membuatnya terusir dari bumi ini. Selama mereka tidak menyentuh fisiknya, Diana tidak peduli dengan segala hinaan dan cacian yang sering tertuju padanya.
Seorang Wanita cantik tiba-tiba menarik kursi yang ada di sampingnya. “Aku Veronica, teman Ivan sejak kecil,” ucapnya.
“Bukan hanya teman, lebih tepatnya kami sepasang kekasih, yang saling cinta.”
Diana hanya tersenyum dan terus menikmati pesta yang ada, dia tidak peduli dengan Wanita yang mengaku kekasih Ivan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Efsa Lestari
pasti si ivan tu terkaget-kaget
2024-12-27
0
Rinaa 1234
masa g d make over dulu gitu...
kan orkay kake ko ngga ini ya...🤔🤔🤔
2023-09-17
0
Koala Telkom
dasar mulut gak sopan julid amat sih
2023-05-15
1